Mata Kiara terangkat, dan aku mencengkeram tangannya sebelum dia bisa memotong jarinya. "Nino perlu menunjukkan cara memegang pisau dengan benar," tuntutku lalu melepaskannya.
Dia meletakkan pisaunya. "Kapan kamu akan mengirimnya kembali?"
Aku menatapnya.
Dia mendorong sehelai benang ke belakang telinganya, membuang muka. Kiara masih cepat menyerah. "Kamu akan mengirimnya kembali, kan?"
Nino masuk dengan Tylenol, melirik ke antara aku dan istrinya. Dia mengerutkan kening tetapi tidak berkomentar.
"Kapan lasagnanya selesai?" Aku bertanya.
"Seharusnya sudah siap sekarang." Dia mencengkeram gagangnya, dan aku melangkah mundur agar dia bisa membuka oven. Dia mengangguk. "Sempurna."
Nino mengambil sarung tangan oven dan dengan lembut mendorong istrinya ke samping. "Biarkan aku."
Dia meletakkan panci yang menggelegak ke atas kompor, dan Kiara tersenyum padanya, menyentuh lengannya. "Terima kasih."
