"Kamu sudah siap, sayang?" tanya Farrel membenarkan jas kerjanya.
Reyna mengangguk. "Iya, Pa. Maaf aku ngerepotin padahal hari ini, Papa, ada meeting penting, ya?"
"Itu bukan masalah besar. Yang paling utama itu kamu dulu, nak. Ayok." sahut Farrel merangkul bahu puterinya.
"Jay, pasti harus istirahat dan diam dulu untuk masa penyembuhannya."
Reyna mengangguk setuju. "Iya, Pa. Nanti pulang dari kampus aku mau jenguk dia boleh, kan?" tanyanya meminta ijin.
"Tentu boleh, sayang. Papa, juga akan jemput kamu dan kita bersama ke sana." ujarnya buat kepala Reyna kembali mengangguk.
Mereka akhirnya melangkah keluar rumah setelah selesai sarapan. Farrel membuka kan pintu mobilnya untuk Reyna, dia tersenyum merasa senang bisa lagi mengantarkan puterinya. Walau tidak sesering yang dia inginkan namun tidak menjadi masalah juga karena Reyna masih bisa dia lihat.
"Makasih, Pa." ujarnya saat Farrel juga duduk di kemudi.
"Iya, sayang."