Farrel memeluk Reyna saat cewek itu sudah pulang. Puterinya datang dengan selamat tanpa ada lecet sedikit pun, atau hal yang bisa membuat Farrel marah karena tidak bisa menjaga puterinya dengan sangat baik.
"Sayang, kamu baik – baik aja, kan? Tidak ada yang sakit atau apa gitu?" Farrel begitu mencemaskan Reyna.
Reyna terkekeh. "Reyna, ngerasa baik aja, Pa."
"Jay, udah ceritain semuanya kalau kamu di bawa."
"Iya, Om."
Farrel memalingkan arah pandang ke arah pintu utamanya. "Kamu."
"Saya, Mario."
Reyna tersenyum, namun Farrel menatapnya seperti tidak suka. Mario masih berdiri di ambang pintu sambal menampilkan senyumannya.
"Untuk apa kamu mengganggu anak saya?" Farrel menyambar dengan sengit.
Mario di sana masih tetap menampilkan senyumannya dengan tulus. "Saya hanya memastikan dia pulang dengan selamat, Om. Maaf kalau selama ini saya telah menggegerkan kalian semua jadi … ketakutan dan tentunya merasa ga nyaman."