Reyna kembali masuk lagi ke toko, walau ragu dan masih cemas dalam dirinya namun dia harus melawan rasa itu. Reyna pasti bisa tanpa ada lagi seorang teman atau yang di kenal dekat olehnya. Reyna bisa sendiri tanpa orang lain.
Seharusnya memang dia tidak mengenal cowok senior yang terkenal dengan lawakan garingnya itu. Rasanya Reyna sedikit menyesalinya. Sesekali cewek itu menghela napas dalam kala melirik pintu ruangan bahan yang tertutup rapat itu. Dia tidak ingin lagi ke sana. Reyna tidak ingin di suruh lagi jika ada seseorang di sana yang menyuruhnya untuk mengambilkan tepung dan bahan lainnya.
Reyna cukup trauma. Masalah yang sudah larut itu masih saja terngiang di kepalanya hingga saat ini. Reyna tidak bisa menghilangkan bayangan yang bisa kapan saja nyawanya melayang. Reyna tidak ingin mati tragis di tangan senior yang sempat di puji baik itu.