Jika biasanya dia malas dengan sosok cowok di depannya sekarang, kini dia mengulas senyuman manis yang di pamerkan.
"Makasih banyak, Kak."
"Tumben."
Reyna terkekeh kecil. Reno masih tetap sama, hanya saja cowok itu membuat Reyna terkejut saat sudah berada di lobi kampus nya. Cowok itu menjemput, padahal Reyna sama sekali tidak memberitahu. Lagi pula Reyna tidak memiliki nomor handphone Reno.
"Padahal aku niat buat naik taksi. Maaf, juga. Aku ijin ga masuk kerja, Kak. Kayaknya kaki aku belum cukup kuat." Reyna bukannya manja atau mengeluh, tetapi memang dia sudah tidak kuat berpijak. Jika seandainya dia masuk dan kembali bekerja di toko, pasti Reyan yang akan semakin membuat Reno kerepotan. Apa lagi Reyna mengingat Citra yang begitu menyayanginya. Dia tidak ingin membuat Kakak senior nya semakin khawatir dan memikirkan keadaannya sedangkan pelanggan pasti mengantri untuk bayar.
Reno menyilangkan kedua tangannya di perut. "Suruh siapa juga ngampus?"