Chereads / Berlabuh pada Ketetapan Nya / Chapter 7 - Berselimut Kegundahan

Chapter 7 - Berselimut Kegundahan

Malam dinginku masih terasa menusuk

Lantas,

Harus dengan apa ku selimut

Hati yang tengah dirundung sepi?

Malam itu masih sama dengan malam - malam sebelumnya, gelap. Bukan hanya tampak di mata tapi juga dalam rasa. Gelak tawa yang tak berhenti meski panggilan cinta-Nya telah menyapa dan malah amarah membuncah tat kaya Al Quran dibacakan. Hal inilah yang harus selalu dihadapi Ziya. Sahutan jalang, gelak tawa, musik tak menentu, yang tak memandang waktu.

Kamar B lantai 2 menjadi satu - satunya kamar yang pintunya selalu tertutup. Sekalipun sengaja dibuka, akan ada orang yang menutupnya kembali. Satu satu nya kamar yang sering di kutuk. Hanya bapak dan ibu kos saja yang sering mengetuk, berbicara tentang kehidupan. Ziya, sang pemilik kamar B menjadi orang yang diacuhkan. Mereka sangat membenci Ziya, karena bapak da ibu kos setiap kali menasehati mereka, akan membandingkannya dengan Ziya.

Pindah dari sana sempat terpikirkan. Tapi mencari tempat baru akan melelahkan lantaran satu-satunya kosan yang dekat ke kampus hanya itu. Jika mencari tempat baru dia akan sulit pergi ke kampus.

Hari - hari pun terasa cepat berlalu. Hati seorang Ziya mulai kebal dan ikhlas. Dia meyakini bahwa itu adalah skenario terbaik, tugasnya hanya satu yaitu mencari pesan cinta - Nya.

Menjadikan malam sebagai tumpuan hati yang dilanda kebimbangan. Hari - hari pahit akan berlalu, karena waktu terus berputar entah kita mengabaikannya ataupun tidak. Asumsi orang pun akan terus berkeliaran kita diam ataupun tidak. Daripada memikirkan asumsi itu lebih baik mengabaikannya, karena mereka akan lelah dengan sendirinya. Di kosan biarlah seperti neraka, toh lambat laun mereka akan merasa terbiasa dengan Ziya, begitu pula sebaliknya. 

Ziya tak lagi memikirkan tingkah laku penghuni kosan, kesadarannya sudah tumbuh, dia yakin dengan terus bersikap baik maka semua akan menjadi baik.

Benar saja, di kosan dia terasingkan tapi tidak saat di dalam kelas. Waktu itu Ziya duduk di pojok kelas. Tertunduk dan mulutnya membungkam. Ada tiga kursi kosong di dekatnya, namun tak ada seorang pun yang mau mengisi kursi kosong itu.

"Akika duduk di sini ah!" Ucap gadis bersuara serak - serak basah bernama Indah.

Ziya hanya tersenyum. Tak lama kemudian gadis pecicilan dengan gaya pakaian agak aneh masuk dan duduk si samping Indah.

"Hay... Aku Gina temennya Indah." Ucapnya dengan sedikit centil.

"Kamu pindahan kah?"

" Ya, begitulah." Jawab Gina

"Sebenarnya tuh akika pengen sekelas sama kamu Ziya, tapi kakak lupa nama kamu tuh siapa. Akika udah pindah berapa kali, eh kelasnya nggak ada cewek kaya kamu." Kata Indah sembari memainkan pensil.

"Maklum dia rada lola, nama orang aja sampe lupa." Ucap Gina meledek

"Orang bilang aku tuh ngebosenin, lah kenapa kamu mau deket - deket.

"Akika liat kamu tuh nyenengin, cuman belum keliatan aja hehe. Ya, nggak Gin?

"Yoyoy... "

Obrolan sederhana sebagai awal dari pertemanan mereka, harus terhenti karena jam kuliah akan segera dimulai.

Dosen masuk, memberikan sedikit motivasi dan berbasa basi. Sisanya ya... persentasi. Kali ini kelompok miss kampus yang kebagian. Tentu sudah bisa ditebak semua akan terpesona, baik dari cara dia menyampaikan, juga dari outfit yang dikenakannya sehingga terlihat anggun.

"Sesi selanjutnya yaitu tanya jawab. Bagi yang ingin bertanya saya persilahkan." Ucap moderator

Seisi kelas terdiam sunyi, merasa apa yang telan dipaparkan miss kampus cukup jelas dan dimengerti.

"Baiklah jika tidak ada yang bertanya, persentasi dari kelompok 2 ini akan ditutup." Pungkas moderator

"Bolehkah saya?" Ziya 

"Oh ya, silahkan um..." Mempersilahkan namun meragukan kemampuan Ziya

"Saya ucapkan terima kasih kepada moderator yang sudah memberikan kesempatan kepada saya. Perkenalan saya bernama Naziya Khairatunnisa. Langsung saja, kepada pemateri tolong tampilkan slide ke 1. Coba teman - teman amati tata bahasa di bagian itu, enggak seharusnya, kayaknya. Dua kata itu tidak tepat digunakan karena keluar dari pembahasan penggunaan bahasa Indonesia yang baik. Kemudian di slide berikutnya pun masih demikian, sedikit saya kritisi yaitu berkenaan dengan kesinambungan persentasi dengan materi. Materi yang disampaikan jauh dari yang seharusnya. Pelajarannya bukan pada polusi udara tapi pada bahasa serapan. Mungkin itu sedikit komentar dari saya. Terima kasih." Jelas Ziya.

Usai Ziya mengkritisi Feliza si miss kampus, sedikit membuat serius kelas tercerahkan. Pintar bicara tak selalu sesuai dengan topik. Mencermati isi lebih penting dari sekedar mengukur seberapa banyak kata yang dikeluarkan. Belum sampai kegiatan itu ditutup, seseorang tiba - tiba memasuki kelas.

"Kamu?!" Ziya terkejut melihat seseorang memasuki ruangan kelasnya. Takut dan gundah melihatnya.