Chereads / Berlabuh pada Ketetapan Nya / Chapter 8 - Apa Kita Berteman?

Chapter 8 - Apa Kita Berteman?

"Maaf pak saya terlambat, saya baru selesai mengurus perpindahan kelas. Saya masih boleh ikut kelas bapak kah?" Tanya lelaki yang tak memperkenalkan diri itu.

"Iya nggak papa, langsung duduk saja karena sekarang masih persentasi kelompok. Perkenalannya nanti setelah jam mata kuliah saya selesai saja." Ucap pak dosen.

"Iya pak siap, makasih pak." Balasnya antusias

Sementara dosen itu hanya mengangguk dan tersenyum saja. 

Lelaki asing duduk di dekat Ziya dengan santainya. Tak ada rasa malu sedikitpun meski kanan kirinya perempuan semua. Heran memang, padahal kursi barisan laki - laki masih ada yang kosong.

Mata kuliah bahasa Indonesia tak terasa telah usai, namun mahasiswa eksekutif itu masih harus menjaga semangatnya sampai magrib tiba. Disela - sela waktu menunggu pergantian dosen, lelaki urakan di samping Ziya berkali - kali mencoba memberanikan diri untuk berkenalan. Dalam hatinya dia mencoba merangkai kata, sayangnya tak mampu terucap. Hingga adzan magrib berkumandangpun dia masih belum bisa berkenalan dengan Ziya.

Saat mata kuliah usai, mahasiswa eksekutif berlarian dari lantai 3. Mereka begitu ketakutan hanya karena hari itu merupakan malam jumat kliwon, tapi Ziya tetap berjalan dengan santai biasa saja. Lelaki urakan yang masuk kelas terlambat, berjalan pelan di belakangnya.

Langkah yang beriringan namun tak berdampingan. Lelaki urakan itu merasa hidupnya mulai berwarna. Ziya menjadi menjadi giok di tengah - tengah kerumunan masalahnya.

"Dia adalah wanita yang aku cari. Sekarang aku tepat di belakangnya." Ucapnya dalam hati.

Nekad menjadi pilihan terakhir, dengan berani dia perlahan mengeluarkan kata - kata sayup. Penuh harap bisa berkenalan dan lebih dekat dengan Ziya.

"Hey, tunggu!"

Diya kemudian menoleh, menunjuk wajahnya sendiri sebagai isyarat apakah lelaki itu bicara pada Ziya.

"Iya, boleh berkenalan?" ucap lelaki urakan

Ziya mengerutkan dahi

"Aku Handoko. Kamu?"

"Ziya." Jawabnya singkat tak mau bersalaman.

"Lagi?" Tanya nya heran

"Apa?" Ziya tak paham

"Ini kedua kalinya kamu nggak mau bersalaman sama aku." Sedikit kecewa

"Afwan tapi kita bukan mahrom. Tidak seharusnya bersalaman juga berduaan. Aku duluan ya." Ziya bergegas pergi meninggalkan beberapa kebingungan untuk Handoko.

"Afwan? Bukan mahrom? Argh...! Tapi seenggaknya udah tau nama dia, yes." Bingung campur bahagia.

Pertemuan pertama Ziya sudah membuat Han terpesona. Lalu dipertemuan kedua Ziya semakin membuat Han terkesima. Semakin dekat semakin tak bisa dimengerti bagaimana bisa getarannya jadi tak menentu begini. 

Bagi Han, Ziya selalu pergi dengan teka - teki, yang membuatnya semakin penasaran. Saat jawabannya ditemukan, seolah tak henti kekaguman itu tumbuh dan tumbuh.

Lalu apakah perkenalan singkat itu bisa menjadi sebuah arti, bahwasannya Ziya dan Han resmi berteman?