Sandra, memakai baju bermerek terkenal dengan hiasan cetar membahana di sekujur tubuhnya, tangannya berusaha menutupi wajah merahnya yang terbakar sinar matahari saat perjalanan dari parkiran ke dalam cafe tempatnya bersinggah siang ini.
Matanya menelusuri setiap sudut ruangan dan berjalan sombong ke salah satu meja yang sudah di duduki oleh orang yang berjanji ingin bertemu dengannya.
Tatjana, teman dekatnya sekaligus anak dari bos tempatnya bekerja.
"Hai, Tatjana," sapanya riang sembari duduk di depan wanita yang berpenampilan jauh lebih sederhana tetapi lebih berkelas darinya. Dia ingin mengumpat akan kenyataan ini.