Suasana menjadi dingin saat Tabe Handa dan Kim Seo saling berhadapan. Kim Seo datang ke kantor Tabe Handa karena masalah lahan yang akan dijadikan hotel baru yang akan diurus Nyonya Yoshitaka Marie. Hotel Blue Sky tinggal menunggu untuk di bangun, tetapi Kim Seo ingin Tabe Handa membatalkan rencananya karena Kim Seo sudah berencana untuk membangun hotel di tempat yang sama.
"Aku tidak meminta gratis, kamu masih bisa mendapatkan sejumblah uang dariku sebagai biaya atas pemintaanku."
"Maaf, aku sudah akan membangunnya di sana, aku tidak punya niat untuk membatalkannya."
"Kamu lebih keras kepala dari ayahmu."
"Begitulah," balas Tabe Handa.
Perang dingin begitu menegangkan sehingga Tabe Kyoko takut dalam diam. Dia baru tahu bahwa suaminya sangat mengerikan meskipun semua orang tahu bahwa Kim Seo adalah orang yang sangat kejam dan menghalalkan segala hal dalam bisnisnya. Seorang pria berusia 35 tahun bernama Kim Seo ditakuti oleh dunia bawah yang gelap. Kim Seo juga dikabarkan sering menyelundupkan obat-obatan terlarang namun tidak banyak bukti yang membenarkan hal tersebut.
"Ternyata kabar itu benar kalau kamu menunjuk istrimu sendiri sebagai sekretaris pribadi."
"Kamu menyimpang dari percakapan!"
"Ooh, aku hanya bercanda sedikit."
Seorang pria seusia Tabe Handa berbisik kepada Kim Seo. Pria itu bernama Kim Shin, dia dikabarkan sangat jenius dan akan menjadi calon penerus Kim Seo. Dilihat dari sisi manapun, sosok Shin sangat menjanjikan, ia terlihat kalem dan baik hati namun, sayangnya hanya terlihat dari luar karena ia memiliki hobi yang suka bermain dengan wanita. Shin menebar senyuman pada Tabe Kyoko yang langsung membalas senyuman ramah tetapi wajah sang suami menunjukkan kemarahan sehingga Kyoko terkejut melihatnya.
"Kalau begitu permisi. Aku akan memberimu waktu seminggu untuk memikirkannya."
"Aku tetap dengan keputusanku."
"Ooh, jika kamu tidak berubah pikiran, aku khawatir kamu akan menyesalinya nanti," kata Kim Seo.
Tabe Handa tidak takut dengan ancaman seperti itu, hanya omongan tanpa bukti sama sekali tidak membuatnya bergeming. Kyoko mendekat dan menyentuh dada suaminya, dia khawatir dengan sikap berani suaminya. Kyoko tahu bahwa suaminya memiliki karakter yang keras tetapi dia tidak boleh kasar pada orang yang cukup ditakuti di banyak kalangan terkenal.
"Kenapa tadi kamu tersenyum padanya?"
"Hanya membalas untuk membuat kesan ramah."
"Mm, lain kali jangan lakukan itu."
"Kenapa?"
Dengan ekspresi polos di wajahnya, Kyoko bertindak seperti itu dengan sengaja meskipun dia sudah tahu bahwa suaminya sedang cemburu. Kyoko hanya tersenyum ketika suaminya tiba-tiba bantalan pahanya, Kyoko membelai rambut suaminya dan menyuruhnya untuk menutup matanya. Kesibukan membuat suaminya lelah, Kyoko merasa tidak puas karena dia hanya bisa membantunya sedikit meskipun dia seorang sekretaris pribadi. Pekerjaan yang dia miliki sangat ringan, tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan untuk gajinya.
Sementara itu, Kim Seo sangat marah karena Tabe Handa menolak permintaannya untuk membatalkan pembangunan Blue Sky Hotel. "Sepertinya anak kemarin sore harus diberi pelajaran." Kim Seo mendecakkan lidahnya membuat Kim Shin menoleh. Kim Shin mencoba menghibur ayahnya, namun, tidak perlu menjadi emosional karena sesuatu yang sepele.
"Ayah tidak perlu khawatir, dia sangat mencintai istrinya, kita bisa memanfaatkannya."
"Eh, apa maksudmu?"
Maksudku, lebih baik kita menculik istrinya dan agar dia membatalkan pembangunan Blue Sky Hotel sebagai tebusan, ayah setuju dengan rencanaku?"
"Setuju, tadi aku juga memikirkan rencana seperti itu rupanya kamu juga memikirkannya, aku setuju lebih cepat lebih baik."
Entah kebetulan atau tidak, setiap rencana yang muncul di benak Kim Shin, selalu sama dengan rencana ayahnya setiap kali dia mengatakan rencananya. Shin hanya harus menyusun rencana untuk menculik istri Tabe Handa, tetapi ada sesuatu yang menghalangi setiap kali dia memikirkannya. "Aku punya sesuatu yang menarik."
***
Keesokan harinya, Shin dan kedua anak buahnya mengawasi pergerakan Tabe Kyoko, tetapi mereka kesulitan untuk menculik wanita itu yang selalu bersama suaminya. Ketika dia di rumah sama sekali tidak pernah keluar rumah. Kim Shin tidak menyangka bahwa di era modern ini masih ada istri rumahan seperti Kyoko, yang diluar dugaannya. Kim Seo mengutuk anaknya yang belum berhasil menculik istri Tabe Handa meski hanya penculikan yang sampai bisa memakan waktu hampir sebulan.
"Ayah, bersabarlah, dia seorang istri rumahan jadi butuh waktu lebih lama," kata Shin menjawab telepon dari Kim Seo.
"Sial," gumam Kim Seo dalam telpon.
Seminggu kemudian penantian Shin tidak sia-sia, Kyoko meninggalkan rumah bersama adiknya Handa. Tabe Kazuya meminta Kyoko untuk menemaninya, mereka pergi ke mal untuk membeli pakaian, mencari buku komik dan konsol game terbaru. Kyoko dan Kazuya bertemu dengan seorang gadis berambut hitam panjang sepinggul, Nagasawa Chinatsu, teman sekelas Tabe Kazuya. Kyoko pernah melihat gadis itu saat Kazuya sedang video call, Kyoko menduga Chinatsu menyukai Kazuya sehingga Chinatsu kelabakan karena tebakan Kyoko tepat sasaran.
"Sial, apa mungkin aku akan gagal!"
Kim Shin menepuk dahinya sendiri. Dia tidak berharap hal seperti ini terjadi padanya. Dia memerintahkan kedua anak buahnya untuk mencoba memisahkan Tabe Kyoko dari dua pengganggu. Ajaibnya rencana itu berhasil karena Kyoko terpisah dari Kazuya dan Chinatsu. Kedua anak buahnya menangkap kedua anak-anak itu ketika ada kesempatan tanpa ada yang memperhatikan. Shin bertemu Kyoko tapi dia memakai masker hitam sehingga Tabe Kyoko tidak menyadarinya.
"Jika kamu mencari mereka lebih baik ikut denganku, jangan berteriak atau memanggil polisi jika kamu ingin mereka hidup."
"... Baik."
Tabe Kyoko menuruti keinginan Shin karena dengan begitu Kazuya dan Chinatsu mungkin akan aman. Kyoko dibawa ke sebuah Villa pegunungan di daerah terpencil yang jauh dari kota. Shin meminta ponsel Kyoko, Shin mengambil kartu sim dan melemparkan ponsel ke dinding. "Aku lupa mengatakan bahwa sebenarnya mereka berdua tidak ada di sini, anak buahku telah membawa mereka pulang."
"Apa!"
Di Villa ada 20 pengawal yang menjaga rumah dan 10 CCTV disetiap sudut kecuali kamar mandi. Shin memikirkan permainan seperti apa yang akan menarik apakah dia harus meniduri Tabe Kyoko sampai dia bosan atau menyerahkannya pada 20 pengawalnya untuk mengilir Kyoko bergantian?
"Aku ingin bertanya apakah kamu suka bermain denganku atau 20 pengawalku? Mana yang kamu suka?"
"Maksud kamu apa!"
"Ohh, pura-pura bodoh. Maksudku, tidur denganku atau 20 pengawalku?"
"... Apa..."
"Kamu jangan menangis karena aku belum memulai. Semoga kamu tidak diceraikan oleh suamimu karena kamu jadi rusak, ahahaha..."
"..."
"Pasti sangat menyenangkan bermain dengan wanita kalem sepertimu, mungkin aku harus syuting adegan itu nanti, aku harap kamu tidak menjadi gila setelah semua ini selesai."
Tabe Kyoko hanya menutup mulutnya rapat-rapat sambil meremas lengan kirinya, tubuhnya gemetar karena takut. Dia berharap suaminya akan menolongnya karena dia tidak mungkin melarikan diri di bawah penjagaan yang ketat, tapi dia tidak mau menyerah mungkin jika tidak ada cara pilihan mungkin dia memilih untuk bunuh diri.
"Kamu kelihatan masih bisa tenang walaupun kelihatan memaksakan diri," kata Shin.
"... Brengsek, gila..."
"Ahahah, kamu lucu juga sampai memujiku sampai sebegitunya."