Chereads / It’ Precious / Chapter 26 - Membangunkan Lisya

Chapter 26 - Membangunkan Lisya

Langit sore hari ini terlihat berwarna jingga keunguan. Tiga hari dari awal tahun baru akan berakhir dengan cepat. Minggu di hari kali ini sudah akan melewati waktu petang. Keadaan di rumah keluarga Haikal sekarang terlihat santai. Papa terlihat berada di kamarnya sedang menonton televisi yang ada di dalam kamar utama. Sedangkan Vanka sedang ada di dalam kamarnya, dirinya sedang online di notebook miliknya.

Mama dan Syika memiliki waktu longgar untuk bisa membangunkan Lisya yang sampai jam lima sore ini belum juga bangun. Rupanya dia memang sangat kelelahan, hingga lupa waktu. Karenanya Mama dan Syika sekarang sedang berada di pantry. Menyiapkan makanan yang tadinya dibeli via drive thru di atas piring, dengan coke miliknya, kentang dan sepiring berisi martabak manis tiga biji untuk Lisya makan sesudah mereka berencana membangunkan Lisya yang masih tertidur di dalam kamarnya.

Saat itu Mama dan Syika membagi tugas membawa nampan. Mereka sama-sama membawa nampan yang di atasnya sudah banyak terdapat jenis-jenis makanan untuk Lisya. Dan mereka pun beriringan menaiki tangga menuju ke lantai atas ke kamar Lisya. Sesampainya di depan kamar Lisya, Syika pun membuka kenop pintu kamar Kakaknya itu. Dan akhirnya dia dan Mama sudah berada di dalam kamar Lisya lengkap dengan nampan berisi makanan untuk Lisya makan, yang mereka taruh tepat di atas meja belajar Lisya.

Dari apa yang dilihat oleh keduanya, Lisya sedang tertidur dengan menggunakan selimut tebal yang membungkusnya dengan Ac yang menyala di kamarnya. Dia tidur dengan membelakangi arah Mama dan Syika yang sedang berdiri menatap Lisya kasihan karena dia sedang kelelahan dengan keadaannya.

Mau tidak mau, Mama pun terkesiap membangunkan Lisya. Dia pun duduk di pinggir kasur untuk membangunkan Lisya. Mulai menggenggam lengan Lisya dan memanggilnya agar Lisya bisa bangun dari tidurnya. Dengan membutuhkan waktu selama kurang lebih lima menit akhirnya Lisya pun bangun juga.

Dia kemudian melihat kearah Mama dan Syika. Dengan merasa tidurnya sudah cukup itu, dia langsung beranjak duduk dan langsung meregangkan tangannya. Sayup-sayup dia mendengar suara Mama mengajaknya bicara. Namun yang dia butuhkan adalah agar dia bisa mengumpulkan ion nya kembali agar bisa fokus dengan sekitarnya.

"Nak,, Mama sama Syika bangunin kamu. Tadi semua nyariin kamu yang nggak ikut makan siang. Gimana tidurmu? Apa kamu sudah pulih dan nggak merasa ngantuk lagi?" ujar Mama dengan melihat anak perempuannya itu masih belum bisa memberi jawaban.

Mengerti itu, Mama pun refleks menyuruh Syika untuk membawakan segelas air dingin agar Lisya bisa kembali kesadarannya. Dan Syika pun memberikan gelas itu ke Mama yang langsung memberikan ke Lisya, menyuruh agar dia langsung meminumnya. Seteguk demi seteguk air dingin itu diminum Lisya sampai akhirnya dia pun sudah menandaskan air minum itu dan kemudian mengucapkan terimakasih kepada Mama dan Syika yang berbaik hati kepadanya sekarang ini.

"Makasi banyak Mah, Syika sudah bangunin Lisya. Keadaan Lisya sudah agak baikan kok Mah. Sudah sekitar hampir lima jam Lisya tidur nyenyak. Untung aja Mama sama Syika beneran bangunin Lisya, kalau nggak mungkin Lisya bangunnya pas malam. Oh iya, Lisya laper banget Mah," ucap Lisya mengatakan keadaannya dan meminta untuk makan karena dia lapar saat bangun tidur.

"Iya, Mama sudah bawain kamu fast food tadinya. Mama tadi juga beli martabak manis. Yuk kamu bangun dulu dari kasurmu. Mama nyiapin makanan kamu di atas meja belajar," pinta Mama menopang berdirinya Lisya sehingga dia sekarang sudah berjalan menuju ke kursi belajarnya dan sesegera memakan makanan yang dibawakan oleh Mama dan Syika.

"Maaf ngerepotin kalian semua, susah-susah bawain nampan makanan ke dalam kamarku. Oh iya, apa tadi Vanka ikut serta makan siang? Apa dia tidak tanya kenapa aku tertidur lelap dan tidak ikut kalian semuanya makan?" Lisya menyinggung Vanka yang dirinya tidak tau sama sekali jika Vanka tadi pagi menguping pembicaraan Lisya dan Vanka. Perbincangan mengarah ke alasan Lisya tidak bisa tidur semalam.

"Nggak kok, tapi tadi dia ikut kita semua kumpul-kumpul di ruang santai. Dan awal perbincangannya itu aku yang bilang kalau Kakak kasian. Papa tanya apa yang dipikirkan Kak Lisya. Dan Vanka juga nyimak waktu itu. Papa cerita kalau Kak Lisya mau masuk ke akademi penyanyi. Cuman tadi Vanka nggak sengaja tanya kenapa kok Kak Lisya masuk ke akademi penyanyi," jelas Syika yang barusaja duduk di atas karpet yang ada di kamar Lisya. Berserta Mama pula yang duduk di atas kasur Lisya.

"Oh, jadi Papa sudah cerita ke Vanka kalau aku mau ikut akademi penyanyi? Ya memang dia nggak harus tau apa alasan Kak Lisya ikut akademi penyanyi. Lagian kan Kakak terpaksa ambil jalan itu karena keputusan semua anggota keluarga berumur," kata Lisya yang saat itu berbicara, dan dia pun meminta waktu beberapa saja untuk makan dan dia berkata jika dia ingin ditemani dengan kedua orang di keluarganya yang dia sayang hanya sekedar untuk menemani waktu luangnya di malam ini.

"Kalian mau menemani aku makan sebentar? Aku nggak mau kalian ninggalin aku sendirian. Malam tahun baruku menurutku sangat bobrok. Dan aku butuh orang terdekatku untuk menemaniku," pinta Lisya.

"Iya, Mama sama Syika nungguin kamu kok. Mama sama Syika sebenarnya malas kalau harus ketemu sama Vanka. Karena dia tadi sempat ajak ngobrol kenapa kok kamu mau masuk akademi penyanyi, jadinya Mama agak sensitif aja. Kok bisa dia tanya hal yang arahnya malah bicarain masalah kalian berdua," Mama menjawab jika keberadaannya di kamar Lisya karena dia malas jika bertemu dengan Vanka.

"Jadi gitu. Lisya juga nggak bisa bicara banyak ke Vanka kalau dia masih tanya tentang jadi-jadian kita nyuruh Vanka pulang dari belanjanya di Mall sebelum malam natal. Ditambah Lisya yang sudah tau keputusan keluarga berumur. Itu buat Lisya jadi pusing," ucap Lisya yang menyatakan jika dia juga tidak bisa ada di posisi di mana harus menghadapi Vanka jika dia bertanya beberapa hal tentang masalah ini.

"Mama juga jadi nggak enak tau keinginan kamu. Kita lagi dikeadaan kalau sebenarnya kita sendiri yang bisa berusaha untuk apa yang bisa terjadi nantinya," ujar Mama merasa tak enak hati dengan keadaan anak sulung perempuannya, Lisya.

"Lisya memang terlalu berharap buat keadaan Lisya yang bahagia dia akhirnya. Jadi, gimana ya Mah biar kita bisa kasih tau Vanka lewat telepati kalau sebenarnya semua keluarga itu nggak suka sama Vanka? Iya, kalau Lisya nyuruh semua anggota keluarga berumur buat kasih tau Vanka kalau dia harus mengalah demi aku. Lisya pastinya ngerasa bersalah, Mah. Vanka pun kayaknya akan susah untuk nerima semua kenyataannya," Lisya kali ini memperumpamakan kalau-kalau dia mengambil tindakan tangkas.

"Oh, iya. Mah. Kemarin hari kedua kita lagi liburan dan jaga penginapan di mana kita semua ada di pendopo masing-masing. Ternyata Vanka bawa buku journal yang dibeliin sama Adimas buat Kak Lisya. Kan Mama sudah kasih ke Vanka beberapa waktu sebelum liburan, gara-gara Kak Lisya yang sengaja kasih itu ke Vanka. Dan kayaknya pas itu Vanka baru tau isi post card mini yang ditulis sama Kak Lisya, Mah," ucap Syika yang bercerita akan Vanka yang sudah tau isi dari mini post card yang ditulis Kak Lisya.

"Apa dia baru sadar kalau di dalamnya ada mini post card itu? Terus kamu gimana pas lihat Vanka lagi baca mini post card itu? Apa dia nggak tanya siapa yang nulis dan apa arti dari tulisan di mini post card itu?" tanya Mama yang menebak jika Vanka tidak akan menggubris isi tulisan penuh tanda tanya itu. Karena sebuah tulisan itu punya arti dengan masalah dia dengan Lisya. Sepertinya Mama sudah menebak jika Vanka tidak akan mengambil jalan dengan mencoba mengambil tindakan demi menyelesaikan semuanya.

"Nggak Mah, Vanka pun kayaknya nggak kasih liat kalau dia penasaran sama isi mini post card itu. Yang aku tau saat itu Vanka hanya menyimpan mini post card itu di dompetnya. Apa benar kalau Vanka beneran nggak mau ambil tindakan awal? Apa susahnya dia tanya tentang semuanya yang dia sudah tau sebelumnya?" ucapan Syika kala itu memang membekas di benak Mama dan Kak Lisya. Mereka tidak akan menyangka bagaimana dengan keadaan seterusnya jika Vanka sendiri ketakutan untuk bisa memecahkan teka-teki masalahnya dengan Kak Lisya. Bisa-bisa dia mendekam terus menjadi bagian dari keluarga.

"Mama sudah bisa tebak kalau Vanka akan pesimis dengan masalahnya ini. Dia tidak mau juga mengungkapkan perasaannya saat ini ke kita semua. Karena dia tau konsekuensinya mungkin baginya buruk. Dia sudah mendengar jika dia tidak diharapkan, dan karena itu dia tau apa yang akan terjadi jika dia yang mau berbicara awal mengenai semuanya," ucap Mama yang merasa pesimis jika Vanka juga mengambil pilihan dengan tidak bereaksi sama sekali mengenai masalahnya ini.

"Lisya mau jujur. Kalau Lisya cuman mau Vanka nggak ganggu Lisya aja. Tapi kenyataannya Lisya tau masalah ini bukan hanya sekedar Vanka ganggu Lisya aja. Ternyata masalah antara Lisya sama Vanka buat emosi di masing-masing anggota keluarga. Semuanya sadar jika selama ini masalah Lisya sama Vanka adalah tentang harga diri keluarga juga. Gara-gara semua ada di pihak Lisya, dan karena Vanka selalu yang dinilai salah. Tapi, kita semua nggak bisa bilang ke Vanka alasan pastinya apa," ujar Lisya dengan perasaannya yang tidak menentu kalau sampai kapan pun keluarga tidak akan mengatakan apapun ke Vanka. Karena mereka belum siap.

"Iya, nak. Makanya Mama itu ngerasa bersalah juga ke kamu. Kesalahan semuanya yang memang suka dari dulu nggak nyalahin kamu, Lisya. Kenapa juga selama ini semua keluarga ngerasa sakit hati sama keadaan kalau keluarga kita bawa-bawa Vanka awalnya karena alasannya hanya agar dia mau mengalah demi kamu, Lisya? Mereka ngerasa kalau harus ngerepotin Vanka kalau dia tau masalahnya apa dan juga perubahannya kalau sampai dia ngerasa mengasihani dirinya," ucap Mama yang sama-sama merasakan apa yang selama ini dirasakan olehnya sebagai anggota keluarga ini.

"Kalau Vanka nanti berubah jadi anak yang mengasihani dirinya, Lisya sudah bisa maklumin. Yang buat Lisya kebeban itu kalau nanti memang Vanka bukan yang awal mau ajak bicara tentang masalah ini. Bisa-bisa kita semua yang cari cara gimana ngejelasin ke Vanka kalau dia sebenarnya jadi anggota keluarga ini hanya karena semuanya mau dia tau kalau kita selama ini menyalahkan Vanka. Dan semuanya mengira kalau aku yang nggak salah. Jadi, apa yang pertama kali kita lakuin kalau nantinya juga harus ngaku ke Vanka? Dia cuman tau kalau dia ganggu aku aja, dan bukan lainnya," kata Lisya yang masih kebingungan bagaimana jika benar kalau Vanka tidak mencari penjelasan atas masalah mereka berdua.

"Kita masih belum ngebicarain keseluruhan gimana juga buat kedepannya. Lebih baik kita bicarain lagi besok pagi, gimana? Kayaknya lebih baik kita lanjutin besok pagi aja. Nanti Mama bangunin kamu lagi jam enam pagi. Dan ajak si Syika juga. Kamu kasian belum mulai makan sudah diajak bicarain masalah Vanka," ujar Mama menyuruh Lisya untuk langsung makan. Karena pembicaraan mereka dimulai saat Lisya bertanya bagaimana tadi Vanka saat makan siang tanpa dirinya dan mengarah ke arah yang tidak-tidak.

"Ya sudah, Mah. Lisya makan dulu ya. Tapi Mama jangan kemana-mana dulu ya, soalnya Lisya juga mau cerita ke Mama sesuatu. Bukan masalah Vanka, tapi tentang Adimas. Kemarin malam Lisya kirim pesan ke Mama, mau bicarain Adimas. Syika kalau mau keluar, duluan aja. Pastinya nanti kamu dicariin sama Vanka," ujar Lisya yang mengatakan jika dia masih butuh Mama untuk berbicara mengenai Adimas.

"Oh. Oke. Mama tunggu kamu selesai makan. Syika juga keluarnya nanti aja kalau kamu sudah selesai makan, sekalian dia bawain nampan sama piring sisa kamu makan," kata Mama yang mengatakan jika Syika akan keluar sampai Lisya sudah selesai makan. Jadi dia bisa bawa keluar nampan agar tidak mengotori kamar Lisya.

"Oke, Lisya makan duluan ya. Makasi buat Mama sama Syika," kata Lisya yang tanpa banyak kata langsung menyantap makanan yang dibawa oleh kedua orang tersayang di keluarga intinya itu.

Lisya pun selesai makan kurang lebih selama dua pulih menit lamanya, tanpa menyantap martabak manis. Karena perutnya sudah kenyang. Setelah itu tidak lupa pula Syika bersiap-siap membawa nampan bekas makan Lisya keluar dari dalam kamar itu. Saat itu Syika berhasil keluar dari dalam kamar Lisya tanpa sepengatahuan Vanka yang sepertinya masih di dalam kamarnya setelah dia barusaja selesai berkumpul setelah makan siang. Dengan itupun Syika bisa lebih leluasa dengan membawa nampan itu ke lantai dasar.

Sedangkan di dalam kamar Lisya yang dia barusaja selesai mencuci tangannya di wastafel di dalam akamr mandi dalam kamarnya itu. Dia melihat Mamanya yang saat itu sepertinya mulai bertanya mengenai Lisya yang ingin bicara mengenai Adimas.

"Kamu, mau tanya apa tentang Adimas, Lisya? Apa ada masalah diantara kalian berdua?" tanya Mama. Saat itu pembicaraan pun masih dilanjutkan. Karena Lisya pun masih bertanya-tanya ke Mamanya mengenai apakah Adimas perlu tau tentang rahasia keluarganya mengenai Vanka. Dia ingin bertanya itu, karena dia tidak mau sewaktu-waktu Adimas mengetahui apa yang sedang menjadi permasalahan antara dia dan Vanka di kemudian hari. Dan itu juga salah satu alasan kenapa Lisya nggak bisa tidur kemarin malamnya.