Di dalam kamar itu Prastama belum bisa tidur. Semua kenangan sejak masa remajanya kembali muncul. Dia tak bisa lupa, orang tuanya begitu keras mendidiknya, mengikuti semua apa maunya. Tak sekalipun Prastama bisa memilih jalan yang dia inginkan. Itu membuatnya benci orang tuanya.
Mamanya juga tak jauh beda. Selalu mendukung papa karena takut dengannya. Sekalipun dia kasihan pada Prastama, tak pernah mencoba membujuk papa untuk mendengar dia. Tapi kali ini, Prastama mau menyelesaikan hatinya. Masa-masa itu telah sangat lama berlalu. Semua sudah berubah. Untuk apa dia marah lagi?
"Aku memaafkanmu, Pa ... aku juga memaafkanmu, Ma ... Aku mendapat kebahagiaan hidup sekarang. Aku tak akan menyimpan marah lagi. Bagaimanapun juga kalian yang merawat dan mendidikku. Entah itu baik atau tidak, aku jadi pria kuat karena kalian," bisik hati Prastama.