Hari ketiga Prastama di rumah. Kondisinya justru sedikit membaik. Bantuan pernafasan bisa dilepas. Tidak sesak lagi dan bisa bernafas dengan normal. Dokter Edo mengatakan semangat Prastama bangkit karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya.
Prastama mulai bisa bicara lebih jelas meski sangat terbatas. Benar-benar perkembangan yang baik. Wajahnya lebih cerah, tidak lagi pucat. Lebih banyak tersenyum dan terlihat lebih segar.
"Papa, makan, ya ... biar tambah kuat." Yuana masuk ke kamar membawa bubur untuk papanya.
"Pagi, Pa." Manfred ikut di belakang Yuana. Dia sudah rapi siap ke kantor.
"Pa ... gi ..." sambut Prastama dengan senyum cerah.
"Saya pamit ke kantor," kata Manfred. Dia menyentuh tangan Prastama, bersalaman, mencium punggung tangan Prastama.
"Hm ... baik ... baik ..." ucap Prastama.
"Iya, Pa." Manfred tersenyum. Manfred membalikkan badan hendak keluar kamar.
"Man ... fred ..." Prastama memanggilnya lagi.