"Aku sudah membulatkan tekad pindah ke Swiss, Ma. Dan itu hanya dalam hitungan bulan," kata Yoel.
"Swiss?" Eva agak kaget. Dia tak mengira Yoel punya rencana akan pergi sejauh itu.
"Keluarga Vicky membutuhkannya. Aku berjanji akan membawa dia pulang kembali pada mereka," jelas Yoel.
"Oohh ..." Terdengar ada rasa kecewa di suara Eva. Dia sangat terlambat. Ya, sangat terlambat.
"Yo, pikirkanlah lagi." Eva masih mencoba membujuk.
"Hhuffhh ..." Yoel mengetuk dahinya dengan kepalan tangan beberapa kali. "Aku akan pikirkan. Tapi aku ga janji apa-apa, Ma."
"Terima kasih, Yo. Terima kasih," ujar Eva. Sedikit lega meski belum ada kepastian.
"Kamu mau makan?" tanya Eva.
"Vicky selalu menyiapkan makan malam di rumah. Kesempatan kami bicara adalah saat makan bersama. Aku harus pulang." Yoel berdiri.
Eva ikut berdiri. Yoel melangkah.
"Yoel ..." panggil Eva. Yoel berhenti dan menoleh. Tiba-tiba Eva mendekat dan memeluknya. Yoel gelagapan.