Dingin menusuk kulir Sutris. Butiran salju bertumpuk di balkon. Seperti gula lembut menutup kota, menjadi seoutih kanvas. Ini kali pertama melihat melihat hal ini. Sesuatu yang menurut orang di sana indah tapi menyembunyikan teror mematikan.
"Ih ada salju!" Seperti anak kecil Aris menari-nari seakan dirinya penari tari turki, menengadah kepala membiarkan salju menyentuh wajahnya.
"Dasar bocah." Berselimut selimut tebal, Anna bersandar pintu kaca balkon yang terbuka. Kedua telapak tangannya menghangatkan diri dengan menempel pada mug putih yang mengeluarkan asap tipis.
"Hohoho, salju!"
Anna terbelalak mendapati Sergei berlari kecil ke tumpukan salju di balkon hotel, mengepal benda itu seperti onigiri, lalu melempar ke wajah Aris.
"Oh Tuhan, tolong jangan ada bocah ke-tiga di sini." Harapannya tertuju pada Sutris, yang memilih masuk kamar. "Terima kasih Tuhan. Tris, mau kopi panas?"
Sutris duduk di tepi kasur menyalakan TV. "Boleh. Mau kau buatkan?"