Sementara itu di Surabaya ....
Yuda tertegun ketika pengendara motor membuka helm dan jaket kulit hitamnya. Tampan, atletis, berkulit putih. Ai menyambut dengan tawa kehadiran pemuda itu, menjambak rambut hitam cepak Sang pemuda. Siapa perusuh itu? Mereka begitu dekat, mungkin kekasih? Tapi Ai bilang dia single. Tidak, mungkin Ai bohong?
Membuang wajah dari pemandangan setajam pisau yang menusuk-nusuk hati, Yuda melangkah pergi memasukkan tangan ke dalam jaket, menerawang teduh bayang dedaunan pepohonan di trotoar sambil menendang kerikil.
Mengenang pertemuan mereka pertama kali, membuatnya tersenyum pahit. Kala itu dia hanya ingin tahu rumah Sutris. Senyum manis gadis bertubuh langsing langsung membuat matanya tersita. Secuil surga dunia yang Ai beri membuatnya tersihir. Semakin sadar Yuda perasaan apa itu, ketika sekarang hatinya tercabik-cabik. Dia tersenyum. Cinta butuh perjuangan.