Chereads / Love Bears a Wound / Chapter 5 - Dingin Tak Tersentuh

Chapter 5 - Dingin Tak Tersentuh

Setelah kembali sadar dari lamunannya Tjhin segera beranjak menuju kamar mandinya yang terbilang mewah.

Pria itu masuk kedalam bathub yang sudah terisi air dan berbagai wangi-wangian aromatherapy yang sudah disiapkan pelayan pribadinya, lalu ia merilekskan diri disitu.

Setelah 1 jam kemudian ia sudah selesai membersihkan dirinya lalu menuju walk in closet disitu sudah menunggu nyonya Kim kepala dari semua pelayan di kediaman Tjhin, dan sekaligus pengasuh Tjhin dari kecil.

Semua pelayan dirumah itu memanggilnya nyonya Kim hanya Tjhin yang memanggilnya bibi, disampingnya berdiri gadis pelayan yang baru bekerja bernama Lara.

Terlihat gadis itu menelan saliva dan wajahnya memerah saat melihat pria rupawan itu masuk dengan hanya mengenakan handuk mandi yang menutupi hingga pinggang, terlihat dadanya yang bidang, perutnya yang sixpack, kulitnya yang eksotik, dan air yang masih menetes di rambutnya bikin setiap gadis yang melihat nya ingin segera melemparkan diri kedalam dekapan pria itu dengan gratis, dia tak percaya tuan rumahnya itu masih muda dan amat sangat tampan.

"Kemeja, jas, dan dasi sudah saya siapkan tuan silakan berganti pakaian terlebih dahulu," ucap Nyonya Kim.

Nyonya Kim segera melangkahkan kakinya keluar namun Lara masih berdiri terpaku ditempatnya, bibi Kim berhenti dan menggeleng sedikit kepalanya.

" Lara...LA-RA, "

Suara bibi Kim terdengar sedikit berteriak memanggil, Lara pun tersadar dari lamunan indahnya.

"Maaf nyonya Kim, " jawab Lara kaget sekaligus malu dengan tingkah lakunya barusan.

Lara pun segera mengikuti nyonya Kim melangkah keluar walk in closet dan berdiri menunggu di depan pintu.

Beberapa menit kemudian Tjhin sudah selesai memakai celana, kemeja, dan dasinya.

"Silakan masuk bi," perintah Tjhin.

Nyonya Kim dan Lara pun segera kembali memasuki walk in closet, untuk memakaikan jas dan sepatunya.

"Hari ini ingin memakai sepatu warna apa tuan?" tanya nyonya Kim sembari memakai kan jas ke tubuh tuan mudanya.

"DarkBlue, " jawab Tjhin singkat.

Hari ini pakaian Tjhin bertemakan warna blue, Tjhin tipe laki-laki yang suka memakai pakaian sesuai dengan suasana hatinya, warna biru seperti mengesankan suasana hati yang sendu.

"Lara ambilkan sepatu berwarna darkblue itu, " perintah nyonya Kim ke Lara,

"Baik nyonya. "

Gadis itu segera berlari menuju rak sepatu, namun dia kehilangan ke seimbangan dan terjerembab jatuh menabrak rak sepatu membuat koleksi sepatu Tjhin jatuh berhamburan.

"Apa yang telah kamu lakukan haaa!!!" bentak Tjhin.

"Maaf... maaf tuan, sa.. ya tak sengaja," jawab Lara sambil bertekuk lutut dilantai gemetar ketakutan.

Nyonya Kim segera menghampiri Lara lalu membantunya untuk bangun.

"Kau dipecat!!!" bentak Tjhin.

Lara kaget sekaget-kagetnya baru 3 hari dia mulai bekerja di rumah itu namun sudah dipecat hanya karena melakukan 1 x kesalahan. Lara terduduk dilantai sambil menangis, dalam hati berkata kejam sekali tuannya ini.

"Bi urus pembayarannya dan suruh dia segera pergi dari rumah ini!" perintah Tjhin.

Tjhin duduk sembari menghentakkan tubuhnya ke kursi sofa yang sudah tersedia dengan wajah kesal.

Nyonya Kim hanya bisa menahan nafas melihat anak yang di asuh nya dari kecil ini benar-benar berubah drastis. Sudah seminggu ini Tjhin menjadi sosok dingin tak tersentuh oleh siapapun, ia tidak tahu apa yang membuat tuan mudanya itu menjadi begitu murung tidak ada tawa bahkan senyuman sama sekali, namun nyonya Kim tetap mengikuti perintahnya ia amat sangat tahu dengan kebiasaan dan sifat anak yang telah diasuhnya dari kecil itu, pasti ada suatu rahasia besar yang tidak bisa diungkapkan oleh tuan mudanya kepada siapapun sekalipun orang itu adalah dirinya maupun orang tuanya sendiri.

Nyonya Kim membawa Lara ke luar ruangan, tak lama datang pelayan lainnya segera memasuki ruangan, mereka mengambil dan memakai kan sepatu ke kaki Tjhin.

Sejak peristiwa tragis yang terjadi dengan kekasih nya Jenifer sifat Tjhin memang berubah drastis menjadi lebih dingin, pendiam, dan pemarah, setiap ada pelayan yang melakukan kesalahan kecil saja tanpa pikir panjang pasti dipecat, dalam 1 Minggu ini saja sudah 7 pelayan yang dipecat olehnya sehingga membuat nyonya Kim kesulitan untuk mencari pengganti para pelayan itu.

Tjhin keluar dari kamarnya dan menuruni tangga rumahnya dibawah sudah berjejer rapi pelayan-pelayan di kediaman nya, hanya untuk sekedar menyapanya setiap pagi.

"Selamat pagi, tuan muda," serempak menyapa lalu membungkuk hormat begitu melihat pria itu menuruni anak tangga.

Tjhin langsung menuju ruang makan, sesampainya di ruang makan Jhon segera menarik kursi untuk Tjhin duduki,

kepala koki juga beberapa pelayan dapur berdiri di sampingnya untuk melayani dan menyiapkan hidangan di meja makan

"Menu pertama pagi ini saya memasak Densuke Black Watermelon tuan, saya harap tuan muda menyukainya, "

kepala koki berbicara sambil menaruh lauk ke piring, dan pria itu langsung mencobanya tanpa berkata-kata.

Setelah tuan mudanya itu selesai menghabiskan menu pertama nya, kepala koki lanjut memperkenalkan menu ke 2 nya.

"Menu ke 2 saya membuat Craftsteak Wahyu Ribeye tuan, silakan," menaruh piring berisi steak ke hadapan Tjhin.

Selesai dengan menu ke 2 nya, kepala koki memberikan makanan penutup.

"Menu dessert saat ini Jeonggwa, kesukaan tuan, silakan," menaruh dessert ke hadapan Tjhin.

Pria itu sudah selesai menyantap semua hidangan pagi yang dihidangkan kepala koki, dan segera bersiap-siap untuk berangkat ke hotelnya.

Jhon sudah menunggu didepan mobil, dan segera membukakan pintu mobil untuk Tjhin, mereka berdua pun berangkat menuju hotel.

Dalam perjalanan menuju hotel.

"Jhon, gimana soal nomer mobil pelaku tabrak lari itu apakah bisa ditemukan secepatnya?" tanya Tjhin dengan wajah serius.

"Aku sudah mengutus seseorang untuk menyelidiki dan mencarinya, tenang saja Tjhin pasti kita akan segera mendapat kabar baik dari nya," jawabnya dengan santai.

"Baiklah, segera kabari aku begitu pembunuh itu ditemukan aku sudah tidak sabar ingin melihat rupa pelaku tabrak lari itu dan ingin menghancurkannya, " jawab Tjhin dengan nada geram.

Setelah pembicaraan itu, mereka masing-masing terdiam dan hanyut dalam pikiran nya masing-masing.

45 menit kemudian sampailah mereka di sebuah hotel yang amat sangat mewah.

terlihat para pegawai-pegawai hotel berlarian keluar dan segera berbaris rapi untuk menyambut kedatangan General Manager mereka.

Jhon segera turun dari mobil, lalu membuka pintu belakang penumpang tempat Tjhin berada.

"Selamat Pagi General Manager," mereka Serempak menyapa sembari menunduk hormat.

Tjhin keluar dari mobilnya lalu segera melangkah masuk kedalam hotel, para staf hotel mengikutinya di belakang.

Pria itu segera menuju lift yang diikuti oleh asistennya, saat sudah masuk kedalam kotak besi itu Jhon segera menekan nomer lantai paling atas kantor khusus CO sekaligus General Manager.

Setelah pintu lift terbuka pria itu segera keluar menuju ruangannya lalu segera disambut oleh wanita cantik berpakaian seksi.

" Selamat Pagi tuan," sapa wanita itu dengan senyum mengembang lalu sengaja membungkuk hormat memperlihatkan setengah b**h dadanya yang montok bak balon itu.

" Cih, murahan, " gumam Tjhin.

Pria itu tahu kalau sekretaris nya setiap hari memang selalu terobsesi dengan dirinya bahkan dari mereka masih kecil, setiap hari yang dilakukan wanita itu terus berusaha menggodanya dengan sengaja berpakaian seksi seolah pakaiannya itu kekurangan bahan, atau sengaja meliuk-liukan tubuhnya dengan genit apabila sedang bersamanya saat menunggu berkas-berkas selesai ia tanda tangani, sekretaris itu bernama Nesya teman masa kecilnya.

Tjhin sebenarnya sudah sangat muak dan ingin rasanya memecat sekretaris sekaligus teman masa kecilnya itu, Ia hanya bisa berdiam diri melihat tingkah laku Nesya. Papanyalah yang menempatkan wanita itu untuk menjadi sekretarisnya karena permintaan sobat karibnya yaitu om Satria papa dari wanita itu, dibalik sifat genitnya Nesya termasuk profesional dalam urusan pekerjaan, ia cekatan dan gesit dalam melakukan semua pekerjaan termasuk mengatur jadwal Tjhin yang cukup padat, karena itulah ia tidak memiliki alasan apapun supaya mendapatkan izin dari Suk Ho papanya untuk bisa memecat Nesya.

Tjhin tidak menggubris wanita itu sama sekali melainkan sengaja membuang mukanya, bahkan ia sangat malas membalas sapaan pagi sekretaris nya itu.

Nesya mengepalkan kedua telapak tangannya dan menatap kesal punggung Tjhin yang masuk ke ruangannya begitu saja tanpa mau melihat ataupun membalas sapaannya.

Pria itu duduk di kursi kebesarannya, Jhon segera memberikan berkas-berkas penting untuk di tanda tangani oleh Tjhin.

Tak lama terdengar ponselnya berdering, Tjhin menatap layar di ponselnya itu ternyata panggilan dari luar negeri, buru-buru dia mengangkatnya.

"Ma ada apa menelepon, mama sehatkan?" tanya Tjhin cemas.

"Sehat nak, mama menelepon mu bukan karena itu," ucap suara lembut di sebrang sana.

" Mama dengar dari tante Lyra kamu memesan 99 tangkai rose di tokonya 1 Minggu yang lalu untuk melamar seorang gadis, kenapa kamu tidak memberitahukan ke pada mama? masa aku harus tau dari Lyra, apakah papa dan mama masih kau anggap orang tuamu?," tanya Almira dengan nada kesal.

Tjhin segera melirik Jhon dengan tatapan tajam.

"Why???" Jhon berbisik bingung ada apa dengan tatapan sobatnya itu.

"Bukan begitu ma, aku rencana ingin memperkenalkan ke papa dan mama setelah lamaranku di terima," jawab Tjhin dengan cemas.

"Berarti lamaran mu di tolak nak?" tanya Almira berteriak kaget.

"Bukan begitu, aku di terima kok ma cuma aku sedang banyak pekerjaan di hotel jadi tidak sempat ke sana untuk memperkenalkan kepada kalian berdua," Jawab Tjhin berbohong dengan Almira.

Kalau dia berkata jujur tentang gadis yang dilamarnya itu telah meninggal sebelum ia berhasil melamarnya pasti Ayah Ibunya akan sangat syok, dia takut penyakit Jantung ibunya kambuh.

"Papa mama akan ke Indonesia 3 hari lagi, kami ingin mengikuti pembukaan dan peresmian taman hiburan di sana jadi gadis yang kamu lamar itu segera perkenalkan kepada kami dan segera langsungkan pernikahan kalian. Papa mama sudah lama menunggu hal ini, kami sangat bahagia akhirnya putra tampan kami telah menemukan tambatan hatinya. O ya sudah dulu ya mama harus segera pergi, teman-teman mama sudah menunggu, bye nak, " Almira segera menutup telepon.

Tjhin menaruh handphone nya dimeja, dan menyandarkan diri di kursinya sejenak.

Terpancara kekhawatiran yang amat sangat dari wajahnya lalu ia teringat biang kerok dibaliknya, segera ia melihat ke arah Jhon dengan tatapan tajam menembus bagai pedang.

"S****n u Jhon!" teriak Tjhin kesal.

"Kenapa beli bunga di toko tante Lyra sampai ayah dan Ibuku mengetahuinya," ucap pria itu dengan nada kesal.

"Jhon kamu harus bertanggung jawab atas kelalaian mu, carikan aku seorang gadis untuk berpura-pura menjadi pasangan ku dihadapan orang tuaku nanti, " ucap Tjhin lagi penuh penekanan.

Jhon pun akhirnya berbicara non formal.

" Oke... oke boss, maafkan temanmu yang bodoh ini, " ucap Jhon yang sengaja memelaskan wajahnya.

"Tapi kenapa gak bicara jujur aja ke orang tua u Tjhin, pasti om tante mengerti," Jhon menasehati.

" Have you lost your mind?, bisa kumat penyakit jantung nya nanti u kan tau mama jantung nya sangat lemah, " Jawab Tjhin kesal setengah mati sama temen sekaligus asisten nya ini.

"Oke.. Oke terserah u aja lah," Jawab Jhon.

Kemudian Jhon merubah lagi jadi berbicara Formal karena teringat ini masih dikantor.

"O ya tuan soal rencana kita untuk pembaharuan kontrak Vendor-vendor ternama, banyak yang ingin mengajukan kontrak untuk bekerja sama dengan hotel kita. Apakah tuan mau melihat proposal mereka sekarang?" tanya Jhon.

" Hmm, sudah menyeleksinya bersama sales&marketing, dan purchasing belum?" tanya Tjhin.

"Sudah tuan dari 20 vendor yang mengajukan, menurut kami yang memenuhi kualifikasi hotel kita ada 3 Vendor ternama, namun kita hanya memerlukan 1 Vendor saja jadi keputusan final silakan tuan yang memilih," jawab Jhon sambil menaruh 3 proposal di meja Tjhin.

Pria itu pun segera membuka dan membaca 3 proposal yang diajukan oleh Jhon, lalu ia melihat salah satu vendor bernama Harley.

" Jhon, vendor Harley ini aku dengar bukannya sedang di ambang kebangkrutan ya?" tanya Tjhin.

" Benar sekali tuan, tapi sebelumnya vendor itu sangat dikenal dengan kinerjanya yang cukup baik, rapi, juga selalu menyelesaikan tepat waktu bahkan masih banyak yang memakainya untuk berbagai acara penting, hanya saja sejak pandemik terjadi para klien dan pemesanan jasa mereka mengalami penurunan yang cukup drastis ditambah banyaknya para pengantin dan perusahaan yang membatalkan acara, vendor itu hanya bisa bertahan untuk saat ini." Jhon memberikan penjelasan.

" Kalau begitu lupakan mereka, kita tidak bisa bekerja sama dengan vendor yang hampir bangkrut karena kedepannya saat vendor itu sudah tidak bisa bertahan atau tutup, hotel kita bisa terkena dampaknya, masa begitu saja kau tidak tahu Jhon apa otakmu perlu diasah dengan pisau dulu biar tajam hah, " ucap Tjhin ketus sembari melempar proposal itu kedalam tong sampah.

Jhon hanya bisa menggaruki belakang kepalanya yang tidak gatal, teman kecilnya ini kalau lagi dalam mode bad mood, ketusnya gak ketulungan dan tidak terima sebuah kesalahan.

Tak lama ponsel Jhon berdering, ia melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Tuan seperti nya kita sudah mendapatkan kabar dari pelaku tabrak lari itu," Jhon tersenyum.

Telepon itu dari orang suruhan Jhon untuk melacak keberadaan pelaku tabrak lari yang merenggut nyawa kekasih temannya itu.

Jhon segera mengangkatnya.

" Hallo gimana, ... What You sure?" mata Jhon terbelalak kaget, ia masih melanjutkan pembicaraan.

Setelah pembicaraan yang begitu panjang di ponsel.

"Well, thanks for the information, " Jhon menutup pembicaraan dan mematikan ponsel.

"Ada apa jhon?" tanya Tjhin penasaran melihat raut wajah Jhon.

"Tjhin itu...," Jhon menarik nafas panjang, pria itu makin penasaran dibuatnya.

"Cepat katakan Jhon apa yang membuat mu kaget seperti itu, memang ada info apa tentang si pelaku?" tanya Tjhin tidak sabaran.

Bersambung.....