Di ruang makan terlihat Kepala koki dan semua pelayan dapur sudah berdiri mengelilingi meja makan, untuk melayani keluarga Lee.
Duduklah Lee Suk Ho ayah Tjhin terlebih dahulu, barulah yang lainnya ikut menyusul. Dimeja tersedia beraneka makanan khas dari beberapa negara, mereka makan bersama sambil berbincang di meja makan.
"Diya, kamu cobain daging kualitas premium dari K***a ini, sangat lezat loh, " ucap Almira ibu Tjhin, sambil menaruh daging kepiring Lediya.
"Terimakasih Tante eh mama maksudnya, " ucap wanita itu.
Lediya dengan lahapnya menyuapkan daging pemberian Almira ke dalam mulutnya.
"Nanti setelah menikah, berbulan madulah ke negeri ginseng Diya aku akan mengajak mu berkeliling, dan aku akan memberikan mu juga Tjhin ginseng terbaik supaya kalian segera memberi kami cucu, ya gak sayang, " ucap Almira ibu Tjhin sembari tersenyum lalu melirik ke arah suaminya, Suk Ho pun ikut tersenyum.
"Uhuk... uhuk... uhuk," Lediya tersedak saat mendengar ucapan calon mertuanya itu, ia segera menggapai segelas air putih lalu meneguk nya.
"Diya kamu gak apa-apakan?, pelan-pelan saja makannya jangan terburu-buru sayang?" tanya Almira dengan cemas.
"Gak apa-apa tan...hm ma," ucapnya sambil menendang kaki Tjhin yang berada di sampingnya.
Dug....
"Aw... sakit , " Tjhin meringis kesakitan.
Mereka berdua saling menatap tajam.
"Ada apa Tjhin, mama lihat kamu seperti kesakitan?" tanya Almira heran.
"Gak kok ma, ini ada semut gigit kaki barusan, " jawab Tjhin dan segera melanjutkan makannya.
Mereka pun kembali makan dan berbincang seru.
Setelah menyelesaikan makan malam keluarlah mereka bersama-sama menuju ruang tamu.
"Ma.. pa.., ada yang perlu aku bicarakan dengan Diya sebentar, " ucap Tjhin sembari meraih tangan calon istrinya itu.
"Oo tentu pasti banyak yang perlu kalian bicarakan. Mama papa tidak akan menggangu kalian kami akan ke kamar untuk beristirahat karena penerbangan hari ini cukup melelahkan, Good Night sayang, " ucap Almira sembari memeluk Lediya.
"Ayah juga ingin beristirahat, Tjhin nanti kamu antar calon istrimu sendiri sampai di rumahnya dengan selamat ya, " ucap Suk Ho lalu segera melangkah menuju kamar bersama Almira.
"Baik pa, " Jawab Tjhin.
Pria itu segera menarik tangan Lediya menaiki tangga.
"Kita mau kemana Tjhin?" tanya Lediya gelisah
"Kita akan berbicara dikamarku, " ucap Tjhin, tangannya terus menarik paksa lengan Lediya.
"Apa ke kamarmu?! kita bicara diruang tamu saja," ucap wanita itu semakin gelisah.
Lediya sebenarnya ingin sekali memelintir tangan pria dingin dihadapannya ini lalu membantingnya dengan sekuat tenaga namun diurungkannya, karena ada banyak pelayan terutama calon mertuanya di rumah itu.
Akhirnya Tjhin berhasil membawa masuk wanita itu kekamarnya, baru selesai pria itu mengunci pintu kamarnya saat itu juga Lediya segera memelintir lengan pria itu ke belakang, terus mendorongnya kearah kasur dan menjatuhkannya.
Bruuuk.....
"Aw... aw sakit hentikan Diya, dengarkan aku dulu Aw... . "
Tjhin meringis kesakitan sambil menepuk-nepuk kasur nya, tanda menyerah.
Wanita itupun akhirnya melepaskannya.
"Dasar kau benar-benar gadis g**a!, tak kusangka kau jago bela diri juga ya," ucap pria itu sembari memijat bahu yang di pelintir Lediya tadi.
"Tentu aku sudah belajar bela diri dari usia ku 5 tahun supaya aku bisa melindungi diri dan menghajar laki-laki kurang ajar dan M***m seperti mu," jawab Lediya.
"Kau...siapa yang kau sebut m***m haa! aku membawamu ke kamarku supaya kita bisa berbicara leluasa tanpa didengar orang tuaku maupun pelayanku karena tembok kamar ini kedap suara, siapa juga yang tertarik dengan wanita bertubuh mungil sepertimu, cih kau bukan tipe ku," jawab Tjhin sambil menunjuk tubuh Lediya dari ujung kepala sampai kaki, lalu tergelak.
"Oo seperti nya kau belum tau yah siapa aku, mau kutambah tanda biru dimata dan wajahmu itu haaa, " ancam Lediya.
Wanita itu menghampiri, dan menarik dagu Tjhin dengan tangan kirinya lalu mengangkat lengan kanannya sembari mengepalkan telapak tangannya hendak meninju pria itu.
Tiba-tiba Tjhin meraih tangan wanita itu lalu menggunakan judo teknik sapuan samping.
Bruuuk...
Wanita itupun terjerembab jatuh ke kasur, Tjhin segera menggunakan teknik mengunci dengan posisi tubuhnya berada di atas wanita itu.
Lediya mencoba melepaskan kuncian pria itu tapi kalah tenaga, tubuh kecilnya tidak bisa mengimbangi Tjhin yang berbadan tinggi dan juga sangat kuat. Jantung Lediya seketika itu juga berdetak sangat kencang saat melihat wajah tampan Tjhin yang sungguh menawan itu berada dekat dengan wajahnya hanya beberapa cm saja, pipinya pun merona merah muda.
"Cih, kau kira hanya dirimu saja yang belajar bela diri akupun belajar judo sedari kecil," ucap pria itu sembari menyeringai.
"Atau kau sebenarnya sengaja menantang ku Diya supaya aku menyentuh mu, dan menantikan hal ini terjadi, " Ucap Tjhin sembari menggoda wanita itu.
Pria itu segera mendekati bibirnya ke bibir Lediya seolah ingin menciumnya, namun karena panik wanita itu segera menjedukan kepalanya ke kening pria itu.
Jduuug...
Tjhin pun akhirnya melepaskan kan kunciannya dan mengelus keningnya yang memar karena benturan kepala Lediya.
" Aw... aw... kau memang gadis s*****g," ucap Tjhin kesal.
-Gerakan gadis ini benar-benar tak terduga, sungguh wanita bar bar. (batin Tjhin).
"Aku bukanlah wanita murahan seperti yang kau kira jadi jaga sikapmu itu!, sekarang katakan apa yang ingin kau bicarakan padaku?" ucap wanita itu sembari duduk di sofa yang berada dikamar itu.
Wanita itu mengibaskan tangan diwajahnya, dan mengatur nafas yang tadi sempat terhenti, jantung nya masih berdetak tak karuan.
-S****n, hampir saja aku jatuh dalam godaannya, pasti sudah banyak wanita yang menjadi mangsanya. Di tambah jantung bodohku ini kenapa terus menerus berdetak kencang sih. (batin Lediya).
"Sesuai perjanjian, besok malam aku akan datang kerumahmu untuk menemui ayahmu, namun sebelum itu kau harus membujuk ayahmu terlebih dahulu. Kalau ayahmu sampai menolak, kebohongan kita ini akan terungkap, dan kalau itu sampai terjadi tentunya kau tahu aku akan membatalkan kontrak kerja sama dan tidak akan pernah berinvestasi ke perusahaan ayahmu itu, " ucap Tjhin mengancam.
"Oke aku tau itu, kau sudah mengatakan nya berulang kali," jawab Lediya.
"Dan 1 lagi, kau harus merahasiakan kesepakatan kita ini dari semua orang termasuk teman dekatmu sekalipun tidak boleh mengetahui nya, jangan sampai papa dan mama ku tahu tentang hal ini," ucap Tjhin memperingati.
"Baiklah tapi aku juga meminta sesuatu pada mu, jangan pernah meremehkan diriku. Apapun yang berhubungan denganku kau harus memberitahukannya kepadaku terlebih dahulu jangan berbuat semena-mena lalu memutuskan sendiri, paham?" ucap Lediya memberi peringatan.
"Oke, tapi untuk masalah pernikahan kita tidak bisa merubahnya lagi itu sudah diputuskan oleh ke dua orang tuaku, kalau tiba-tiba kita menolak atau memundurkan waktu pernikahan, papa dan mamaku akan curiga terutama papa pasti akan segera mencari tahu akan hal ini, dan kalau sampai ia mengetahuinya habislah kita berdua, terutama dirimu bersiap-siaplah masuk dalam penjara, " Ucap Tjhin sembari menyeringai.
"Apa, kenapa hanya aku yang dipenjara?! kau kan yang memulai kebohongan ini aku hanya menuruti persyaratan konyolmu itu karena kau yang mengancam ku!" Jawab Lediya geram sambil mengepalkan tangannya.
"Hahaha aku ini anaknya, mana mungkin ada seorang ayah yang ingin memenjarakan anaknya sendiri haa!" jawab Tjhin tergelak.
-Awas kau Lee Tjhin Won, aku tidak akan membiarkanmu mempermainkanku, dasar laki-laki b******k. (Batin Lediya).
" Sudah malam pulang sana, aku sudah menyuruh Jhon untuk mengantarkanmu. Ingat jangan pernah bilang ke papa mamaku kalau malam ini aku tidak mengantarmu pulang, atau terima akibatnya nanti!, keluarlah aku sudah mengantuk ingin tidur, a...tau.. kau mau tidur denganku disini," Goda pria itu tangannya sembari mengelus-ngelus seprei di sampingnya.
"Yaaaa, dasar laki-laki g**a! aku pulang," teriak wanita itu sangat kesal.
Lediya membuka pintu lalu membantingnya. Terdengar gelakan tawa Tjhin didalam kamar saat sebelum ia menutup pintunya, membuat wanita itu makin geram.
-Laki-laki b******k, b******n t****k, cih!!!. (batin Lediya).
Wanita itu segera menuruni tangga dengan raut wajah kesal, dibawah nyonya Kim sudah menunggu nya.
"Anda tidak apa-apa nona?" tanya nyonya Kim.
"Tidak apa-apa bi," jawab wanita itu memalsukan senyuman.
-Kau memang pandai bersandiwara Diya, cih. (batin Lediya).
"Silakan nona kesebelah sini saya antar anda sampai pintu depan," ucap nyonya Kim sembari melangkah di ikuti Lediya.
Jhon sudah menunggu didepan mobil, dan tersenyum saat melihat Lediya berjalan keluar menghampiri nya.
"Bagaimana makan malamnya Diya, apakah menyenangkan?" tanya Jhon sambil membukakan pintu belakang mobil.
Wanita itu hanya terdiam tak menjawab, karena masih sangat merasa kesal dengan perlakuan Tjhin padanya tadi.
Didalam mobil,
"Diya, wajahmu terlihat kesal apakah makan malam mu dengan orang tua Tjhin tidak berjalan lancar?" tanya John.
Jhon penasaran saat melihat Lediya hanya duduk terdiam sembari melihat ke arah luar jendela mobil.
"Makan malamku dengan orang tuanya berjalan dengan baik kok asisten Jhon, " akhirnya Lediya menjawab pertanyaan Jhon.
"Lalu kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Jhon lagi.
"Itu karena temen bre..., ah sudahlah aku malas membicarakan nya, " jawab Lediya lalu kembali terdiam.
Jhon pun tidak bertanya lagi dan membiarkan wanita itu larut dalam pikiran nya sendiri, karena dia paham betul pasti teman sekaligus bosnya itu bikin masalah sehingga memicu pertengkaran, apalagi di lihat dari sifat ke duanya yang sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah.
Tak lama sampailah mereka dirumah Lediya.
"Diya sudah sampai," ucap Jhon, namun tidak ada jawaban.
Jhon pun membalikkan badannya ke belakang dan melihat Lediya yang sedang tertidur pulas, Jhon mengamati wajah gadis itu lekat-lekat lalu tersenyum.
"Kau sungguh cantik Diya, " Jhon bergumam.
Tak lama terdengar bunyi pagar terbuka, keluarlah security dari rumah Diya menghampiri mobil Jhon yang berada persis didepan pagar rumah tuannya itu, lalu mengetuk jendela mobil Jhon.
Lediya pun terbangun karena mendengar ketukan itu, Jhon segera memposisikan badannya kembali kedepan lalu menurunkan kaca mobilnya, security melihat nonanya berada di kursi belakang mobil itu.
"Oo non Diya. "
Security segera membuka pintu belakang nonanya berada, Lediya pun segera turun.
"Asisten Jhon terimakasih banyak sudah mengantarkan ku pulang," ucap Lediya berterima kasih.
"Itu sudah jadi tugas saya Diya, segera masuk dan beristirahatlah sepertinya kamu kelelahan sampai tertidur di mobil. Aku pulang dulu ya, good night, " ucap Jhon.
Jhon menyalakan mobilnya lalu segera melaju pergi, dan wanita itupun masuk ke dalam rumahnya, terlihat ayahnya sedang duduk di ruang tamu sembari melihat berkas-berkas kantor nya.
"Ayah, belum tidur?" tanya Diya sambil memeluk leher ayahnya.
"Kamu baru pulang sayang, lembur lagi kah jam segini baru pulang?" tanya ayahnya.
Lediya melepaskan pelukannya dan duduk di samping ayahnya.
"Eh tunggu, sejak kapan kamu pake dress Diya?, setau ayah dari dulu tiap ayah suruh kamu pake rok atau dress tidak pernah mau pasti merajuk kalau ayah memaksa, tapi malam ini apa ayah gak salah lihat?" tanya Hardian penasaran dan penuh curiga.
"Ish ayah ngeledek aja, Diya mau berbicara sebentar dengan ayah tapi aku mau mandi dan ganti baju dulu, ayah tunggu sebentar ya," ucap Diya.
"Mau membicarakan apa sih sayang? emang harus malam ini juga ya, ayah lagi banyak berkas-berkas yang perlu di baca nih," ucap Hardian sambil matanya tetap tertuju pada berkas di tangannya.
"Cuma bentar kok yah, ini sangat penting dan harus dibicarakan malam ini juga, please yah, " ucap Lediya memohon ke ayahnya.
Akhirnya Hardian pun mengalah juga.
"Ya sudah ayah tunggu, pergi mandi sana, " jawab Hardian.
"Ok, makasih ayah, " jawab wanita itu sambil berlari ke arah tangga.
"Hati-hati Diya jangan lari-lari seperti itu di tangga berbahaya, " teriak Hardian, sambil menggelengkan kepala melihat tingkah laku putrinya.
20 menit kemudian Lediya sudah selesai mandi dan memakai piyama lalu segera menuruni tangga, dilihatnya ayahnya masih sibuk membaca berkas-berkas, ia pun menghampiri ayahnya.
"Ayah, masih belum selesai kah?" tanya Lediya
"Belum sayang, besok ayah ada pertemuan penting, dan harus mengajukan ulang proposal ke hotel-hotel besar lainnya, yah biarpun tipis harapannya yang penting kita harus terus mencoba, " ucap Hardian menjelaskan.
"Ayah tak perlu ajukan proposal lagi, aku akan menikahi Lee Tjhin Won," ucap Lediya.
"Apa, tidaaak akan pernah!!! ayah tidak mau kamu menikah hanya karena perusahaan, ayah sudah bilang akan mencari cara lain tanpa harus kamu menikahi putra keluarga Lee, ayah tidak akan pernah membiarkanmu menikah dengan pria yang tidak kau cintai, " jawab ayahnya tegas dan penuh amarah.
"Tapi ayah aku mencintai Tjhin, hiks... hiks, " jawab Lediya bersandiwara.
"Apa, itu tidak mungkin!!! kamu jangan bohongi ayah, bertemu dengannya saja belum memang kamu kira ayahmu ini bodoh!" jawab Hardian dengan tegas.
"Aku sudah bertemunya tadi pagi, lagipula tadi malam aku sudah menemui ke dua orang tuanya, dress dan sepatu yang aku pakai tadi juga dari pria itu, ke dua orang tuanya sangat menyukaiku ayah, dan menyayangiku seperti putri mereka, " jawab Lediya sembari mengeluarkan air mata buaya.
"Haaaah, Diya kenapa kamu mempersulit dirimu sendiri sayang apakah kau sudah tidak percaya dengan ayahmu ini? masalah perusahaan ayah bisa menangani nya sendiri tanpa harus mengorbankan mu, kamu tidak perlu berpura-pura mencintainya, demi ayah, " ucap Hardian, emosinya mulai mereda saat melihat putrinya menangis.
"Maaf kan ayah telah membuat mu menangis nak, besok ayah akan berbicara dengan Lee Tjhin Won juga ke dua orang tuanya," ucap Hardian sambil mengelus rambut putrinya.
" Untuk apa ayah menemui mereka, apakah berarti ayah setuju dengan keputusanku? " tanya Lediya sembari mengusap air matanya lalu tersenyum.
" Bukan seperti itu, ayah ingin menemui mereka untuk membatalkan rencanamu menikah dengan Lee Tjhin Won! " ucap Hardian serius.
"Tidaaak ayah! aku hanya ingin menikah dengan pria itu, aku...aku jatuh cinta padanya saat pandangan pertama," ucap Lediya menundukkan kepalanya kembali menangis sesegukan.
"Ba.. bagaimana mungkin itu bisa terjadi nak, kamu bersungguh-sungguh mencintai pria itu?!" ucap Hardian mulai terperangkap dengan sandiwara putrinya.
-Maafkan aku ayah, aku terpaksa membohongimu karena kalau aku tidak berbuat seperti ini pasti kau tidak akan pernah mengizinkannya, aku tidak mau melihat perusahaan yang telah kau rintis dengan susah payah itu hancur karena mempertahankanku, lagipula aku memang menyukai pria itu dari pertama kita bertemu hanya saja ia tidak menyukaiku. (batin Lediya)
Bersambung....
Suka itu ? Tambahkan ke perpustakaan!
Hadiah Anda adalah motivasi untuk kreasi saya.
Beri saya lebih banyak motivasi! Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.