Malampun tiba,
terlihat mbok Inah juga Lediya sedang sibuk merapikan dan menyusun alat-alat makan, karena malam ini mereka akan kedatangan tamu penting yaitu Lee Tjhin Won calon suami Lediya.
Terdengar suara mobil Hardian memasuki halaman.
"Ayah udah pulang mbok, Diya bukakan pintu dulu ya buat ayah," Lediya melangkahkan kakinya dan membuka pintu menyambut ayahnya.
Hardian pun masuk kedalam rumah dan melihat meja makan sudah tertata rapi.
"Diya, Tjhin akan datang jam berapa?" tanya Hardian.
"Sekitar 30 menit lagi yah," jawab Lediya.
"Oh ya, kalau begitu ayah mandi dulu ya," Hardian berjalan menaiki tangga.
Lediya mengangguk, ia kembali membantu mbok Inah mempersiapkan dessert untuk makanan penutup nanti.
20 menit kemudian Hardian sudah selesai membersihkan dirinya, dan segera turun untuk bersiap menyambut calon menantu nya.
"Apakah Tjhin sudah datang?" tanya Hardian.
"Bentar lagi yah, " jawab Diya.
Tak lama terdengar suara pagar terbuka.
"Itu pasti Tjhin dan Asistennya ayah, mereka sudah datang," ucap Lediya sumringah.
"Mbok bukakan pintu dulu ya tuan," ucap mbok Inah.
" Gak usah mbok biar saya saja yang bukain pintu, sekalian menyambut mereka," jawab Hardian sedikit gugup,
Sebenarnya Hardian sangat senang sekali putrinya akan menikah dengan seorang pengusaha sukses seperti Lee Tjhin Won, selain tampan pria muda itu terbilang sangat sukses di usianya yang masih terbilang muda, dan menantu idaman para mertua tentunya.
Saat membuka pintu Tjhin dan Jhon sudah berada dihadapan mereka.
"Silakan masuk nak Tjhin dan nak Jhon," ucap Hardian mempersilakan masuk.
"Terima Kasih, " jawab keduanya.
Mereka berdua pun masuk kedalam.
"Hai sayang kamu udah dateng ya," ucap Lediya lalu melingkarkan tangannya ke lengan kanan Tjhin, wanita itu mulai berakting.
"Kamu ngapain sih bilang sayang sayang, mual tau dengernya," bisik Tjhin.
"Kita harus berakting mesra biar ayahku tidak curiga, " Lediya balik berbisik.
"Mari kita makan malam terlebih dahulu, baru setelah itu kita akan berbincang, maaf ya menu yang kami siapkan hanya sederhana, " ucap Hardian sembari mempersilakan Tjhin juga Jhon untuk duduk di meja makan.
"Terima Kasih Om... aw..aw," ucapan Tjhin terpotong karena Lediya tiba-tiba mencubit pinggang nya,
"Panggil Ayah bukan om, " bisik Lediya.
"Anda tidak apa-apa nak Tjhin?" tanya Hardian.
"Gak apa-apa ayah," jawab Tjhin sambil mengusap-ngusap pinggang yang tadi di cubit Lediya.
Pak Hardian tersenyum mendengar Tjhin memanggilnya ayah tanpa harus dirinya suruh.
Sedangkan Jhon hanya terkekeh, melihat bos mudanya meringis kesakitan karena cubitan Lediya.
"Ini ikan asam pedas buatan mbok Inah yang tak tertandingi, cobalah sayang," ucap Lediya sambil menyuapkannya ke mulut Tjhin.
Lediya memilih potongan yang cukup besar, sebenarnya dia sengaja ingin membalas perbuatan pria itu kepada nya saat pertemuan kemarin dengan calon mertuanya.
" Uhuk... uhuk... uhuk, " Tjhin tersedak.
"Oh kamu tersedak ya sayang, minumlah ini, " ucap Lediya sembari menuangkan dan memenuhi air ke dalam mulut pria itu dengan berlebihan, hingga Tjhin terbatuk-batuk.
"Gimana sayang udah lega kan, " ucap Lediya lagi sambil menepuk-nepuk punggung pria itu cukup keras, membuat ikan asam pedas dimulut Tjhin sedikit memuncrat keluar.
Tjhin cuma bisa tersenyum kecut sembari menatap Lediya dengan kesal.
-Cih, wanita gila lihat saja aku pasti akan membalas perbuatanmu hari ini. (batin Tjhin)
Di seberang meja Jhon duduk dan makan dengan santainya, tapi sebenarnya dia sedang menahan tawa melihat apa yang Lediya lakukan pada temannya itu.
Hardian merasa senang melihat putrinya ternyata sangat akrab dengan Tjhin, seketika hatinya pun merasa tenang, dan percaya pemuda dihadapannya ini pasti bisa menjaga putrinya dengan baik.
Setelah selesai makan malam Hardian, Lediya, Tjhin, juga Jhon sudah berkumpul di ruang tamu.
"Nak Tjhin dan nak Jhon terimakasih sudah menyempatkan waktu datang kerumah ini, sebenarnya saya sungguh tak menyangka kalau nak Tjhin dan putri saya memutuskan untuk bersama," ucap Hardian.
"Nak Tjhin saya merestui kalian bukan karena ingin memenuhi persyaratan yang anda ajukan supaya mendapatkan kontrak kerja sama dan Investasi dari perusahaan anda, untuk masalah itu saya bisa mencari cara lain hanya saja putriku mengatakan kalau dia mencintai nak Tjhin dan ingin menikah dengan anda, dan jujur saya masih meragukan hal itu, " ucap Hardian.
Tjhin hanya terdiam, lalu Lediya segera melingkarkan tanganya ke lengan Tjhin, dan meremas nya kuat-kuat.
"Bilang kau menyukaiku cepetan," bisik Lediya.
"Ouch, kau mau mati ya!" bisik pria itu kesakitan namun menahannya.
Tjhin pun berbalik meraih telapak tangan Lediya sembari berkata.
"Aku menyukai Diya yah, aku mengajukan persyaratan itu karena belum bertemu dengannya, namun begitu aku melihat putri anda pertama kali aku cukup terpesona dengannya siapa sangka aku menyukainya pada pandangan pertama ," jawab Tjhin sembari menguatkan remasannya di telapak tangan Lediya.
"Aw.. aw...lepaskan, ouch, " bisik Diya meringis sembari berusaha melepaskan telapak tangan Tjhin yang menggenggam nya.
"Ada apa dengan kalian berdua, kok wajah kalian seperti sedang kesa.... , " tanya Hardian namun terpotong.
Tjhin segera melepaskan genggamannya.
"Rasakan, " gumam Tjhin menyeringai.
"Hahaha, tidak apa-apa ayah. O ya aku ambil buah dulu ya yah, " ucap Lediya mengalihkan pembicaraan lalu segera berdiri sembari sengaja menginjak jari kaki Tjhin,
"Ouch! Aw... aw. "
Tjhin mengerang sakit sembari memegang jari kakinya yang terinjak, lalu menatap tajam wanita bar-bar di hadapannya.
"Ups, maaf sayang aku tak sengaja," ucap wanita itu dengan wajah tanpa dosa.
Lediya segera melangkah ke dapur meninggal kan Tjhin yang masih meringis kesakitan.
"Kamu gak kenapa-kenapa nak Tjhin? ceroboh sekali anak itu, maaf ya nak coba saya lihat, " ucap Hardian cemas sembari beranjak dari sofanya menghampiri calon menantunya itu.
"Gak apa-apa yah, cuma sedikit merah aja nanti juga hilang," ucap Tjhin sembari memaksakan senyuman, karena kakinya masih terasa sakit.
Jhon yang melihat hal itu terkekeh, dia tak menyangka seorang Lee Tjhin Won bisa dikerjai abis-abisan dengan seorang wanita seperti Lediya.
Melihat Asisten sekaligus temannya menertawainya mata Tjhin melotot kearah Jhon sembari memperlihatkan kepalan tangan nya, Jhon pun segera berhenti tertawa namun masih terpampang senyum diwajahnya.
"Nak Tjhin, saya dengar dari Diya kemarin kamu sudah mempertemukannya dengan ke dua orang tua mu ya, bukankah itu terlalu cepat?" tanya Hardian sedikit curiga.
Pria itu melihat keraguan dan kecurigaan dimata Hardian calon mertuanya itu, Tjhinpun memutar otaknya tentang apa yang harus dia katakan supaya Hardian percaya dan tidak menggagalkan rencana pernikahannya dengan Lediya, lalu dia mengingat sesuatu dan mulai berakting.
"Iya, aku tau ayah pasti mencurigaiku. Maka dari itu maksud kedatanganku hari ini ingin menjelaskan semuanya kepada anda, sebenarnya papa mamaku sudah lama menantikanku untuk menikah namun gadis yang aku pacari selama 5 tahun dan hendak ku lamar telah meninggal sebelum aku sempat melamar nya, dan aku tidak bisa mengatakan hal itu karena mama memiliki sakit jantung, lalu....," ucap Tjhin memasang muka sedih.
"Lanjutkan lah nak , " ucap Hardian
Tiba-tiba pria itu berlutut didepan Hardian, dan berkata.
"Bisakah ayah membantu ku? aku sangat ingin membahagiakan ke dua orang tuaku, aku tidak ingin membuat mereka syok terutama mama yang memiliki riwayat sakit jantung, saat bertemu dengan putri anda mereka sangat menyukai nya hanya saja mereka menyangka Lediya itu gadis yang telah kupacari selama 5 tahun. Maaf ayah aku belum bisa jujur dengan ke dua orang tuaku. "
Yang dikatakan Tjhin tidak sepenuhnya kebohongan salah satu alasan dia bukan hanya untuk balas dendam karena kematian Jeje, tapi juga untuk mewujudkan keinginan kedua orang tuanya untuk segera melihat putra tunggal mereka menikah secepatnya.
-Tak kusangka ternyata pemuda ini anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya aku tidak punya alasan lagi untuk meragukannya, apalagi Diya menyukainya. (batin Hardian).
"Baiklah nak Tjhin saya percaya padamu, saat ini aku yakin kamu pasti bisa membahagiakan Diya putriku, bangunlah nak," ucap Hardian sembari mengangkat tubuh Tjhin untuk segera berdiri.
Tjhin memberi seringai miring, aktingnya benar-benar berhasil membodohi Hardian pembunuh kekasihnya itu.
Lediya melihat dan mendengarkan semua perkataan Tjhin dari kejauhan, ia tercengang tak percaya.
"Daebak!!!, Pantas wajahmu seperti seorang aktor, aktingmupun tidak kalah dengan aktor utama drama-drama yang ku tonton," gumam Lediya.
Wanita itu segera melangkah ke ruang tamu tempat ayahnya dan Tjhin berada.
Lediya segera menaruh piring buah di atas meja.
"Silakan dimakan buahnya, aku suapinin kamu buah ya sayang, " ucap Lediya.
Wanita itu menancapkan garpu ke potongan buah yang cukup besar lalu menatap Tjhin dengan senyuman licik, Tjhin sadar wanita itu pasti ingin mengerjainya lagi.
"Biar aku sendiri saja, terimakasih sayang," ucap Tjhin menahan diri untuk tidak mengumpat wanita disampingnya itu.
Tjhinpun mendorong tangan wanita yang ingin menyodorkan buah ke mulutnya itu, dan terjadilah adegan dorong mendorong antara keduanya.
Tjhin melirik ke arah Jhon matanya memberi isyarat untuk segera merebut garpu yang berada ditangan Lediya, Jhon cuma bisa menggeleng dan segera mengambil garpu ditangan wanita itu.
Ketika mengetahui Jhon mengambil garpu ditangannya Lediya segera melotot kesal ke arah pria itu yang telah menggagalkan rencana nya untuk mengerjai tuan muda dingin di sebelahnya itu.
Cukup lama Hardian dan Tjhin berbincang berdua sedangkan Jhon menunggu diluar teras mengobrol dengan security di kediaman itu.
Terlihat Hardian sudah merasa akrab dengan calon mantunya itu, namun berbeda dengan Tjhin yang sebenarnya merasa tidak nyaman juga benci untuk berbicara apalagi menanggapi calon mertuanya itu, dalam hatinya terus memaki juga mengumpati pria dihadapan nya, seketika ingatan tentang betapa kejinya Hardian saat itu membuat dirinya lebih banyak diam.
Tak lama Tjhin dan Jhon pun berpamitan, Hardian juga Lediya mengantarkan mereka sampai ke luar pintu, namun kaki Tjhin tiba-tiba terhenti lalu ia membalikkan badannya.
"O ya Ayah, besok kedua orang tuaku akan datang kesini untuk melamar Diya sekaligus membahas tanggal pernikahan aku dan Diya," ucap Tjhin.
"Hmmm baiklah, nak Tjhin hati-hati dijalan ya," jawab Hardian sembari menepuk pundak calon mantunya itu.
Jhon dan Tjhin pun memasuki mobil, lalu melaju pulang.
Kedua ayah anak itupun masuk kedalam dan beristirahat dikamar nya masing-masing.
Didalam mobil, Tjhin dan Jhon berbicara dalam perjalanan.
"Tjhin haruskah kau berbuat sejauh ini, tidak bisa kah kau melupakan dendammu itu apa kau yakin ini yang di inginkan Jeni?, demi balas dendam kau bukan saja hanya membohongi Diya dan ayahnya tapi juga orang tuamu. Kalau kebohongan kalian terbongkar sudah dipastikan akan melukai banyak orang, coba kau pikirkan lagi, " Jhon menasihati.
"Aku sudah berjanji bukan hanya pada diriku saja tapi pada Jeje juga Leo adiknya, kalau aku akan membalas perbuatan pria keji itu, sudahlah Jhon aku lelah jangan berbicara lagi, " jawab Tjhin sembari menatap ke arah jendela luar, dan hanyut dalam pikirannya.
-Sebenarnya yang dikatakan Jhon ada benarnya juga, namun aku sudah terlanjur terjerat dengan sandiwara ini, dan tak bisa ku hentikan. Kalau aku mundur saat ini lalu memberitahukan mama bahwa semua ini hanyalah kebohongan, sakit jantungnya pasti akan kumat cukup aku kehilangan Jeje saja, jangan sampai aku kehilangan orang yang kucintai lagi, yaitu mama. (batin Tjhin).
Bersambung....
Suka itu ? Tambahkan ke perpustakaan!
Hadiah Anda adalah motivasi untuk kreasi saya.
Beri saya lebih banyak motivasi! Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.