-US$ 75.000, Uwaaaah selera istri pengusaha terkaya sungguh fantastis, kalau aku sampai menerima pemberian semahal ini, pasti Tjhin akan berpikiran kalau aku ini matre. (batin Lediya).
"Ma, bisakah aku tidak mencobanya," Lediya segera menggantung dress kembali ketempatnya.
"Oh apakah kau tidak menyukainya?,kalau gitu mama akan memilihkan yang lainnya untukmu, " Almira melihat-lihat dress lainnya yang tergantung.
"Tidak usah ma aku lebih suka memakai dress sederhana milikku sendiri, nanti yang jadi sorotan utamakan Thjin, mama, dan papa, menurutku lebih baik cari dress yang cocok untuk mama, aku akan menunggu di sofa itu saja," Lediya segera melangkahkan kakinya menuju sofa yang tersedia di ruangan itu.
"Kamu yakin sayang tidak mau mama belikan?, kalau gitu pilihlah 1 dress yang paling kamu suka anggap saja itu hadiah untuk calon mantuku tersayang," Almira masih berusaha membujuk Lediya.
" Tidak ma terimakasih, aku kesini untuk menemanimu berbelanja. Begini saja bagaimana kalau aku akan membantu mama untuk memilihnya, sepertinya warna hijau mint ini bagus, atau dress taffeta dengan paduan Swarovski itu juga sangat bagus pas ditubuh mama, " Lediya berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Hmm baiklah, bawa kedua dress ini aku akan mencobanya, " ucap Almira kepada manager toko tersebut.
"Baik Nyonya, silakan untuk menuju ruang ganti, " manager toko itu mengarahkan.
Almira masuk ke ruang ganti lalu keluar dengan mengenakan Dress pertama yang dipilih Lediya, gaun berwarna hijau mint lembut, dengan desain yang sederhana.
"Gimana Diya sayang, cocok kah?" Almira berjalan sembari memutar tubuhnya bak model profesional.
"Wow, kau sungguh luar biasa ma bak artis Hollywood," Lediya tercengang melihat gaun itu pas sekali ditubuh mama mertuanya, Roro Almira memang memiliki tubuh yang proposional, dan wajah yang sangat Ayu.
Setelah itu Almira kembali ke ruang ganti untuk mencoba gaun lainnya dibantu seorang stylish, tak lama keluar lah Almira mengenakan gaun pilihan Lediya yang ke dua.
Berbeda dengan yang pertama, gaun ke dua yang dipakai Almira ialah yang paling mahal diantara gaun-gaun lainnya terlihat sangat mewah, yang membuat model gaun tersebut semakin cantik, sang desainer juga mengkombinasikan kain taffeta, sutra, serta satin, dengan banyaknya batu mulia dan bahan gaun yang bervariasi.
"Wah, nyonya gaun itu amat sangat cocok, melekat di tubuh anda, menantu anda sungguh sangat pandai memilih gaun, " Manager toko dan para pelayan toko yang melihatnya sampai dibuat terkagum-kagum.
"Tentu, mantuku ini seorang desainer baju pengantin kalian tau kan Harley Bridal n Fotografer?, mantuku inilah yang mengelolanya sendiri, kalau toko ini juga ingin menjual dress pengantin kalian bisa kok bekerja sama denganya, benar kan Diya sayang," ucap Almira membanggakan calon mantu kesayangannya sembari membelai lembut rambut Lediya.
"I-iya ma tentu saja, terima kasih," Lediya tersenyum.
"Baiklah, ini kartu nama saya, dan bolehkah saya minta kartu nama anda nona, siapa tau kita bisa bekerja sama nanti, " ucap Manager Toko ramah sembari memberikan kartu namanya.
"Oh tentu, sebentar ya," Lediya membuka tas tangannya untuk mengambil lalu membuka kotak kartu namanya,dan menyodorkannya ke manager toko itu,
"Ini kartu nama saya."
"Baik, terimakasih nona, " Manager toko menerima kartu dengan senang hati.
Almira kembali ke ruang ganti untuk menanggalkan gaun yang telah di coba nya tadi, dan memakai kembali pakaian sebelumnya.
"Tolong bungkus ke dua gaun ini ya, " ucap Almira lalu ikut duduk disofa sebelah Lediya.
Tak lama para pelayan kembali memasuki ruangan VIP, mereka semua berdiri sejajar sembari memegang kotak-kotak sepatu dan tas-tas limited edition yang tentu saja buatan Desainer terkenal, harganya pun tidak kalah fantastis dengan gaun-gaun tadi.
"Diya, tadi kamu kan tidak mau ibu belikan dress, sekarang pilihlah tas dan sepatu yang kamu suka, " Almira segera beranjak lalu menarik lengan calon mantunya itu untuk memilih.
"Ti-tidak terimakasih ma, aku sudah punya banyak sepatu juga tas dirumah, gimana kalau aku bantu pilihkan untuk mama, " Lediya kembali mengalihkan pembicaraan, karena ia harus menjaga diri supaya tidak dihina atau diinjak-injak oleh calon suami pura-pura nya itu karena menerima pemberian yang harganya sungguh diluar nalar menurutnya.
" Tidak sayang kamu juga harus pilih, atau aku akan marah kalau kamu menolak terus pemberian mama!"
"Diya janji saat kita kesini lagi aku akan menerima pemberian mama, tapi untuk saat ini kita fokus beli keperluan mama untuk peresmian besok terlebih dahulu supaya kita tidak pulang terlalu malam, lagipula sekarang sudah pukul 6 sore, mama juga pasti sudah merasa lapar, papa juga Tjhin pasti sudah menunggu kita," Lediya melihat jam di pergelangan tangannya.
"Hmm baiklah, tapi bener ya kamu tidak akan menolak lagi pemberian mama, untuk selanjutnya."
"Iya ma, aku janji. "
Almira segera memilih satu persatu sepatu dan tas yang disukainya lalu segera memberikan kartu black card kepada manager toko.
Setelah selesai membayar semuanya kedua wanita itu segera ke pintu utama mall bersama beberapa pelayan toko yang membantu mereka membawa kantung belanja dari beberapa brand ternama.
Petugas Valet pun datang membawa mobil mereka lalu membukakan pintu mempersilahkan keduanya masuk kedalam mobil, para pelayan toko segera memasukkan kantung belanja di jok belakang, Almira duduk di kursi pengemudi sedangkan Lediya duduk di bangku penumpang samping calon mertuanya.
"Aaah, sepertinya tadi kita perginya terlalu siang Diya, padahal mama masih ingin berkeliling, " ucap Almira dengan wajah sedikit kecewa.
"Kita bisa pergi lagi nanti ma, lagipula sejak adanya covid mall-mall kan buka hanya sampai pukul 7 malam," ucap Lediya tersenyum.
"Benar sekali waktunya memang sangat mepet, " balas Almira.
Almirapun memutar kunci lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan mall.
Dipertengahan jalan seperti biasa akan ada kemacetan diibukota.
"Aduh macet lagi sebaiknya kita lewat ke arah mana ya biar tidak terkena macet dan cepat sampai rumah?, soalnya Suk Ho maupun Tjhin suka khawatir kalau mama belum pulang sebelum makan malam," ucap Almira sembari berpikir lalu teringat sesuatu.
" O ya kita potong jalan saja mama tau harus lewat mana," Almira segera membelokkan mobilnya melintasi sebuah gang yang cukup sepi.
Saat Lediya sadar kalau mertuanya hendak melewati gang yang terkenal rawan juga sepi itu ia hendak memperingati namun terlambat Almira sudah melajukan mobilnya memasuki gang itu, wanita itu hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan berharap tidak ada yang menghadangnya nanti.
"Ma harusnya jangan lewat sini, jalan ini cukup berbahaya dan terkenal banyak preman makanya jarang ada mobil yang mau lewat sini," ucap Lediya dengan wajah khawatir.
"Oh ya, setauku dulu jalan ini sangat aman dan cukup ramai. Aduh gimana nih mama udh terlanjur lewat sini apa kita putar balik saja ya," Almira mulai khawatir.
Tanpa mereka sadari ada sebuah mobil telah mengikuti di belakang mereka dari saat keluar mall.
"Gak apa-apa ma kita jalan terus saja, dan jangan berhenti, jarak jalan ini ke jalan besar tidak terlalu jauh," Lediya menenangkan Almira.
Namun seperti dugaan Lediya, ada 3 preman menghadang mobil yang dikendarai mereka.
Ciiiiiiit....
Almira mendadak menginjak rem, sehingga membuat tubuh keduanya terdorong kedepan, untung mereka memakai seatbelt kalau tidak mungkin sudah menghantam dashboard.
"Keluar kalian, keluaaaaar!" teriak salah satu pria yang menghadang mobil Almira.
"Keluar cepat, atau kami pecahkan kaca mobil ini," pria lainnya mengancam sembari menggedor-gedor pintu mobil.
"Di...ya, gimana ini, " ketakutan mulai menghampiri Almira.
"mama tenang ya percaya sama Diya, tidak akan terjadi apapun dengan kita, " Lediya menggenggam tangan Almira yang gemetar, supaya lebih tenang.
"Ma tatap Diya, dan dengarkan."
Almira menatap Lediya sambil mengatur nafasnya.
"Aku akan keluar berbicara dengan mereka, saat aku keluar mama harus segera mengunci kembali pintu mobil, lalu segera hubungi polisi aku akan mengulur waktu, apapun yang terjadi jangan pernah membuka pintu sebelum polisi datang."
"Tidak, kamu tidak boleh keluar Diya mereka itu preman, mama tidak mau terjadi sesuatu padamu nak," Almira mengeratkan genggamannya supaya Lediya tidak keluar dari mobil.
"Ma please percaya lah, kalau aku tidak keluar justru nyawa kita berdua bisa terancam, aku tidak ingin terjadi apapun padamu, aku akan melindungi mama. Ingat begitu aku keluar mama harus segera kunci pintu dan hubungi polisi," ucap Lediya dengan tatapan memohon.
Akhirnya Almira pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Berjanjilah, kamu tidak akan terluka Diya!"
"Tentu ma, aku ini sudah menguasai bela diri dari usiaku 5 tahun," Lediya melepaskan genggaman Almira lalu segera membuka pintu mobil.
Sesuai permintaan calon mantunya itu Almira segera mengunci pintu mobil begitu Lediya keluar, ia segera mengambil ponselnya yang berada didalam tas menghubungi polisi, juga segera menghubungi suami dan putranya.
"Hey kalian bertiga, sebaiknya segera pergi sebelum aku menghajar kalian sampai babak belur."
" Haaa, wanita mungil sepertimu ingin menghajar kami bertiga sendirian, hahahaha wanita ini seperti nya sudah kehilangan akal sehatnya cuy," ke tiga pria itu tertawa terbahak-bahak.
"Cih, kenapa preman kampungan seperti kalian selalu meremehkan wanita, baiklah aku ingin sekali menguji kemampuan kalian!" Lediya menyeringai.
Ia melangkah perlahan mendekati ke 3 preman itu sembari membuka ikatan yang melingkar di pinggang nya, lalu melilit kan ujung ikat pinggang di telapak tangan kanannya.
"Cuih nantang kite nih cewe, ayo kita beri dia pelajaran," ucap salah satu preman, lalu mereka bertiga bersamaan menyerang Lediya.
" syut,..syut."
Wanita itu mengayunkan ikat pinggangnya lalu menyabetkan kepala ikat pinggang ke wajah salah satu preman.
"Plak... plak, gedebug
Preman ke 1 terperosok ke aspal.
Lalu Lediya melilitkan tali pinggang ke leher preman ke 2, hingga kesulitan bernafas.
"akh..akh... . "
Wanita itu segera meloncat dan memberikan tendangan berputar dengan lengannya bertumpu pada pundak preman yang ke 2.
Bruaak...
"Ouch!"
Preman ke 3 terpental menabrak tembok dan jatuh tersungkur. Hanya dengan beberapa jurus saja Lediya berhasil menumbangkan ke 3 preman itu tanpa dirinya terluka.
Tak lama terdengar suara sirene.
Wiu... wiu...wiu
Mobil polisi pun datang, petugas kepolisian segera turun dan meringkus ke 3 preman itu, Almira segera turun dari mobil menghampiri Lediya.
"Diya kamu baik-baik saja kan sayang, coba mama lihat ada luka tidak?" Almira memeriksa tubuh Lediya penuh kekhawatiran.
"Diya tidak apa-apa ma. "
"Kau hampir saja membuat penyakit jantungku kumat Diya, mama benar-benar khawatir, " ucap Almira menghembuskan nafas lega saat memastikan tidak ada luka di tubuh calon mantunya itu.
"Permisi nona, bisakah anda menjelaskan kepada kami kronologi nya," salah satu polisi menghampiri keduanya.
"Oo baik pak biar aku saja yang menjelaskannya, ma tunggulah di dalam mobil, nanti aku menyusul," ucap Lediya dengan senyuman.
"Baiklah," jawab Almira lalu melangkah menuju mobil.
"Mira, kalian tidak apa-apa kan, " Suk Ho berlari menghampiri Almira lalu di susul dengan Tjhin terlihat wajah penuh kekhawatiran di wajah keduanya.
"Ma tidak apa-apa kan, adakah yang terluka?" wajah Tjhin terlihat pucat karena terlalu mencemaskan Almira.
"Tidak apa-apa sayang, mama baik-baik saja untung ada Diya," jawab Almira.
"Sudahku bilang jangan menyetir sendiri kau sungguh keras kepala, mulai besok kalau pergi ke mana-mana harus membawa supir juga ditemani bodyguard, aku tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi, " tegas Suk Ho menahan kekesalannya.
"Iya iya suamiku sayang aku mengaku salah, maafkan aku ya, " Almira mengeluarkan bujuk rayunya sehingga kekesalan Suk Ho sedikit mereda.
"Bagaimana Diya apa dia baik-baik saja?" tanya Suk Ho.
"Tentu saja, Mantu kita itu sangat hebat dia menumbangkan 3 preman itu sendirian, ah putraku ini memang pintar memilih calon istri, " cerita Almira antusias lalu mencubit pipi putra tampannya itu.
"Auw sakit ma, aku bukan anak kecil lagi!" ucap Tjhin kesal.
Suk Ho melihat Lediya dari kejauhan, awalnya dia cukup marah karena gadis itu telah bekerja sama dengan putranya untuk menipunya, namun dilihat dari perjuangannya melindungi Almira istrinya ada sedikit kekaguman dihatinya terhadap calon mantunya itu.
"Syukurlah kalau semua baik-baik saja, Mira kamu ikut mobilku saja ya, biarlah Tjhin yang membawa mobilmu," ucap Suk Ho disambut dengan anggukan Almira.
"Tjhin nanti kamu pulang dengan Diya ya, mama pulang bersama papamu," ucap Almira dan segera pulang bersama Suk Ho.
"Diya, ibu pulang dulu ya nanti biar Tjhin yang mengantarmu pulang, bye sayang," teriak Almira sembari melambaikan tangannya, Lediya melihat kearah mertuanya lalu mengangguk dan balas melambaikan tangan.
Petugas polisi telah selesai mencatat semua keterangan dari Lediya merekapun berpamitan lalu kembali ke markas.
Seperginya petugas polisi Lediya merasakan sesuatu, matanya berkeliling melihat sekitar.
"Sepertinya ada yang sedang memperhatikan dari tadi apa mungkin perasaanku saja, setelah bertahun-tahun berhenti menjadi agen perlahan ketajamankupun berkurang, " gumamnya.
Sebenarnya tebakan Lediya tepat sekali, dari jauh memang ada satu sosok yang sedang memperhatikan dari kejadian awal.
"Preman bodoh!!!, masa menangani seorang wanita saja tidak becus, percuma ku bayar mahal kalian, Cih," sosok itu pun segera pergi meninggalkan tempat kejadian.
Tjhin menghampiri dan menatap Lediya tajam.
"Apa karena kau merasa hebat sehingga membawa ibuku ke daerah ini!, aku tidak peduli dengan nyawamu tapi jangan pernah sekalipun kau melibatkan nyawa orang tuaku, kalau sampai hal ini terjadi lagi sehingga mencelakakan mamaku kau akan mati ditanganku," Tjhin mencengkram kuat pundak wanita itu lalu menghempaskannya dengan kasar.
"Rasanya aku ingin sekali mengunci mulutmu itu sekarang, kau sungguh pandai menyakiti perasaan orang lain Tjhin, dasar manusia dingin tidak berperasaan, " mata Lediya berkaca-kaca betapa sakit hatinya saat ini mendengar ucapan dari pria yang berhasil membuat jantungnya berdebar.
Wanita itu ingin menangis namun ditahannya ia tidak mau terlihat lemah dihadapan Tjhin, sehingga ia memutuskan untuk segera pergi.
"Mau kemana kau, masuklah aku akan mengantarmu?" Tjhin mencengkram lengan wanita itu.
"Tidak perlu, lebih baik aku naik Taxi daripada harus 1 mobil dengan pria b******k seperti mu," Lediya menghempaskan tangan pria itu.
"Dengar kalau bukan karena mama yang meminta ku, aku pun tidak sudi mengantar gadis g**a seperti mu, cepat masuk kedalam!" Tjhin menarik paksa lengan Lediya.
"Lepaskan, sudah ku bilang aku bisa pulang sendiri."
Wanita itupun memelintir lengan Tjhin ke belakang, dan mendorongnya ke badan mobil.
Bruuuk...
Lediya segera berlari mencegat taxi yang lewat, dan pergi meninggalkan pria dingin tak berperasaan yang telah mencuri hatinya.
"Ouch...aw, kau benar-benar wanita s*****g!" teriak Tjhin
Tjhin pun segera masuk kedalam mobilnya dengan perasaan kesal lalu memukul dashboard.
Sejak kejadian tragis yang di alami kekasihnya Tjhin memiliki trauma yang membekas, dia sangat takut kehilangan seseorang lagi yang berharga baginya yaitu Almira ibunya. Pria itu berpikir Lediya yang menyebabkan Almira celaka, sama seperti yang dilakukan Hardian terhadap Jeje kekasih nya.
Bersambung....