Chereads / Fake Nerd CEO / Chapter 14 - Sekertaris Baru

Chapter 14 - Sekertaris Baru

Revan hari ini banyak sekali pekerjaan di lapangan, ia terus mamantau jalannya pekerja di tambang. Walaupun bisa saja ia menyuruh orang lain untuk memantaunya, tapi Revan memilih untuk terjun langsung ke sana. Bahkan Revan rela bolak-balik dari kantor pusat ke area pertambangan, pikiran dan tenaganya ia dedikasikan untuk pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Tidak peduli kalau kembarannya mau membantu atau tidak, yang terpenting ia mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan porsinya. Revan hanya tidak ingin karyawannya meremehkan pekerjaan dan tidak benar-benar mengerjakannya, kalau atasan tidak memberikan contoh yang baik pada karyawannya.

"Bos, mau saya ambilkan jus?" tawar seorang wanita cantik yang menghampiri Revan.

"Kamu siapa?" tanya Revan yang melihat wanita dihadapannya masih asing untuknya.

"Saya adalah sekretaris baru anda, sekretaris anda yang lama ikut Pak Kevin pergi ke Jepang," ujarnya.

"Ha? Bisa-bisanya mengganti sekretaris tanpa bilang-bilang dulu padaku? Aihh kenapa dia mau aja lagi diajak ke Jepang?" kesal Revan.

"Saya kurang tahu kalau masalah itu, mulai sekarang saya ditugaskan untuk membantu pekerjaan anda," ujarnya.

"Siapa nama kamu?" tanya Revan.

"Rika."

"Kenapa kamu mau kerja jadi sekertaris saya? Bahkan kamu belum tahu bagaimana sikap saya? Banyak yang tidak betah kerja sama saya, jadi saya memperingatkan kamu dari sekarang," ujar Revan dengan tegas.

"Iya, sebelumnya saya sudah diberi tahu oleh Pak Kevin, bahwa anda sangat susah untuk cocok dengan orang baru. Tapi semoga ke depannya kita dapat bekerja sama dengan baik, saya akan berusaha semaksimal mungkin menjadi sekretaris terbaik untuk anda," terang Rika diiringi dengan senyumannya.

"Baiklah, tapi saya ingatkan sekali lagi. Kalau kamu tidak betah bekerja sama saya, kamu tidak bisa seenaknya keluar dari perusahaan ini. Minimal harus 1 tahun baru kamu boleh resign," tegur Revan.

"Iya bos, saya sudah membaca peraturannya untuk bekerja di perusahaan ini," ujar Rika.

"Baguslah, oya kamu tidak perlu mengambilkan saya jus, ambilkan saya air putih tapi yang hangat," suruh Revan yang langsung dilaksanakan oleh sekretarisnya.

Saat Revan hendak memulai meeting dengan para investor, walaupun ia berada di dalam ruangan tapi terdengar jelas di luar sedang hujan cukup lebat. Revan memerintahkan supaya karyawannya, yang bekerja di lapangan untuk berhenti beraktivitas. Tidak ada satupun yang diperbolehkan untuk mengoperasikan alat-alat tambang di saat hujan deras, belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya terjadi banyak sekali hal-hal buruk, ketika tetap nekat mengoperasikan alat di saat hujan.

"Sepertinya hujannya akan awet," gumam Rika.

"Biarkan saja, sekalian para supirku bisa beristirahat. Kasian dari pagi mereka sudah bekerja dengan keras," ujar Revan sembari membolak-balikkan berkas yang hendak dijadikan presentasi untuk meeting.

"Biasanya bos-bos tambang tuh bakalan ngeluh kalau turun hujan, karena target bisa saja tidak tercapai kalau para pekerja dihentikan. Tapi ternyata bos Revan berbeda dengan bos tambang yang lainnya," puji Rika.

"Kamu baru satu hari kerja tapi udah muji-muji saya, belum saja kamu ngerasain gimana kena omel," ujar Revan tanpa perlu repot-repot menatap sekretarisnya.

"Sebenarnya saya sudah sering, mendapat omelan di tempat kerja saya yang lama. Tapi perbedaannya kenapa saya bisa tidak betah di sana adalah karena, bos saya yang genit dan gatalnya minta ampun. Makanya saya memutuskan untuk resign dari sana, untung saja saya di sini mendapatkan bos yang wataknya tidak sama seperti bos saya sebelumnya," ujar Rika.

Ddrrttt ddrrtt ddrrtt!!!

"Papa"

Is calling..

"Halo."

"Revan, kamu lagi ada di mana sekarang?"

"Di lapangan."

"Apa Reyno juga ada di sana?"

"Aku tidak tahu dia ada di mana, tapi yang jelas bukan di sini."

"Ah ke mana anak itu pergi? Dari pagi teleponnya tidak bisa dihubungi?"

"Aku tidak tahu, teleponnya aku tutup dulu sebentar lagi aku mau meeting."

"Yasudah, nanti kalau seandainya kakak kamu sudah pulang, langsung telepon papa ya karena ada urusan penting."

"Iya."

Revan pulang ke rumah sekitar pukul 6 sore, tidak ada acara lainnya selain rebahan setelah ini. Badannya benar-benar lelah, setelah seharian turun ke lapangan dan mengatur semuanya sendirian. Sebenarnya sudah ada jadwalnya masing-masing, di mana ia harusnya bergantian dengan kembarannya untuk mengontrol lapangan. Namun lagi-lagi kembarannya suka melalaikan tugas, bahkan sekarang tidak diketahui di mana keberadaan si kembarannya.

"Sayang, ayo kamu mandi dulu, setelah itu kita makan malam bersama." ujar sang mama.

"Setelah mandi aku ingin langsung tidur aja, boleh?" pinta Revan yang dibalas gelengan oleh sang mama.

"Setelah mandi, kamu makan malam dulu baru setelah itu boleh istirahat. Kamu seharian sudah lelah bekerja, Mama tidak mau sampai kamu kekurangan gizi karena suka telat makan," nasihat sang mama.

"Hah, aku malas turun ke bawah lagi," keluh Revan sembari menaiki tangga menuju kamarnya.

Tak lama kemudian si anak sulung mulai menampakan batang hidungnya, dengan santainya Reyno duduk di meja makan kemudian mengambil makanan yang sudah tersedia.

"Dari mana kamu?" tanya sang mama pada anak sulungnya.

"Ha? Ya-ya aku dari kantor lah, emang dari mana lagi?" jawab Reyno dengan sedikit gugup.

"Sudah berapa kali kamu membohongi, Mama? Bisa-bisanya waktunya kerja, kamu malah enak-enakan pergi keluar kota dan liburan bersama wanita-wanitamu itu?" omel sang mama.

"Ha? Apaa, sih? Siapa juga yang dari luar kota? Aku beneran kerja tahu," elak Reyno.

"Jangan coba-coba untuk berbohong lagi, asal kamu tahu mama dan papa selalu memantau aktivitas kamu dan juga Revan. Jadi kamu tidak bisa seenaknya berbohong begitu saja," tegur sang mama membuat Reyno mati kutu.

"Aku hanya liburan sebentar saja, masa tidak boleh?" protes Reyno.

"Semua itu ada waktunya, sayang. Yang bilang kamu tidak boleh liburan itu siapa? Kalian berdua boleh liburan ke mana saja yang kalian mau, tapi ada waktu tersendiri untuk liburan. Apa kamu tidak kasihan dengan adik kamu, dia mengerjakan semuanya sendirian yang seharusnya bisa dikerjakan berdua dengan kamu. Dia bekerja seharian full bahkan setiap hari, tidak pernah sekalipun mengeluh ataupun merengek ingin liburan. Seharusnya kamu bisa menjadi contoh untuk kamu, bukan malah sebaliknya seperti ini," tegur sang mama sebari bersedekap di depan dada.

"Yaudah iya aku minta maaf, mulai besok aku akan masuk kerja lagi. Aku tidak akan membolos lagi kok," ujar Reyno yang sudah kehilangan nafsu makannya.

"Bagus kalau gitu, tolong lah sekali-kali kalau cewek-cewekmu itu ngajakin liburan ditolak saja, jangan selalu di turutin kemauan mereka. Kamu itu kayak cuma di jadiin ATM berjalan tahu enggak?" tegur sang mama yang sudah sangat hafal, bagaimana otak cewek-cewek yang menjadi pacar dari anak sulungnya.

JANGAN LUPA TINGGALKAN

VOTE DAN COMENT NYA YAAA

TERIMAKASIH!!