Revan sedari tadi dibuat kesal dengan ulah para wanita yang mengajaknya berbelanja, siapa lagi kalau bukan mamanya dan mengajak Ratu ikut serta. Jessica sedang mengajak anak-anak untuk memilih cincin pertunangan yang cocok, dikarenakan hanya tinggal beberapa hari lagi pertunangan akan dilangsungkan.
Ratu yang awalnya keberatan dengan pertunangan tersebut, akhirnya menganggap tidak masalah kalau menyetujuinya. Lagian calon tunangannya lelaki yang tampan dan sangat mapan, semua kebutuhannya pasti akan tercukupi secara bersamaan dengan Revan.
"Kamu mau model cincin yang seperti apa?" tanya Jessica kepada calon menantunya.
"Saya sih terserah saja, tapi kalau bisa jangan yang terlalu mencolok. Takutnya nanti dilihat sama teman-teman tidak enak, Tante." ujar Ratu yang malu-malu ditawarin banyak sekali aneka macam cincin mahal.
"Memangnya kenapa kalau dilihat teman-teman kamu?" tanya Jessica.
"Ya tante tahu kan kalau saya masih sekolah, pasti akan menjadi pusat perhatian kalau saya memakai barang mahal. Apalagi cincin itu nanti akan melingkar di jari manis saya, pasti banyak yang penasaran ketika melihatnya," terang Ratu membuat Jessica memahaminya.
"Kalau dia tidak mau pakai, jangan dipaksa," sahut Revan yang sedari tadi berdiri di belakang para perempuan seperti patung.
"Aiss kamu itu seharusnya bikin calon istri kamu menyetujuinya, bukan malah ngomong kayak gitu," tegur Jessica pada putra bungsunya.
"Malas."
Ratu benar-benar kesal dengan laki-laki yang akan menjadi calonnya, tidak ada sikap lembut sama sekali yang ditunjukkan kepadanya. Benar-benar bukan seperti pasangan pada umumnya, kenapa orang tuanya memilihkan si manusia es untuk menjadi calon pendampingnya.
"Coba kamu lihat cincin-cincin cantik dihadapan kamu, semuanya simple dan cocok untuk remaja seperti kamu. Atau kamu mau ngambil ke tiga-tiganya juga tidak masalah, nanti calon suami kamu yang akan membayarnya," ujar Jessica membuat Revan yang mendengarnya seketika melebarkan matanya.
"Kenapa aku yang disuruh bayar?" protes Revan.
"Lah kamu itu bagaimana? Cincin yang mau dibeli itu adalah untuk calon istri kamu, jadi kamu yang harus menanggung semua biayanya," terang Jessica membuat Revan mendengus kesal.
"Padahal baru cincin, gitu aja udah ngeluh," cibir Ratu yang tak dihiraukan oleh Revan.
Tak hanya memilih cincin, tapi Jessica juga membelikan banyak baju dan aksesoris untuk calon menantunya. Rasanya membahagiakan sekali akan memiliki anak menantu. Selama ini Jessica mengidamkan memiliki anak perempuan, tapi nyatanya malah lahir kembar dan cowok semua.
"Terimakasih ya tante, saya jadi tidak enak hehe," ucap Ratu membuat Jessica terkekeh.
"Tidak jadi masalah, saya justru seneng banget ada temen shoping mulai sekarang," ujar Jessica kemudian memeluk calon menantunya.
"Drama," cibir Revan.
"Revan, jaga sikapmu," tegur sang mama.
"Mama, aku harus segera kembali ke kantor. Apa belanjanya udah?" keluh Revan.
"Begini nih, kalau belanja sama anak laki-laki. Tidak pernah menikmati acara berbelanja," sindir Jessica.
"Kita masih bisa berbelanja lain kali lagi," sahut Ratu.
"Sebentar ya, Papa menelfon." Jessica mengangkat telfon agak menjauh.
Revan dan Ratu tetap berdiri bersebalahan, tanpa ada niatan untuk mencari tempat duduk. Revan juga tidak berniat untuk mengobrol basa-basi, dengan wanita di sebelahnya. Baginya hal itu hanya membuang-buang waktu saja.
"Duh haus nih," ucap Ratu sembari mengelus tenggorokannya.
"Kayaknya makan ice cream enak nih." Ratu mendengus kesal karena laki-laki di sampingnya tidak peka sama sekali.
Revan malah sibuk dengan handphonenya, seakan handphone lebih menarik daripada wanita di sebelahnya. Padahal mamanya sudah mengetahui bahwa, Revan paling tidak suka berada di tempat keramaian.
"Lagi ngelihatin apa, sih? Kayaknya seru banget?" Ratu yang kepo mengintip sedikit isi di handphone di sampingnya.
"Bukan urusan kamu," ketus Revan.
BRUGGHHH!!
AAAWWWW!!
Ratu terjatuh karena ditabrak oleh seseorang dari belakang, padahal badannya juga lumayan gede tapi masih saha tidak terlihat oleh seseorang tersebut.
"Mas, lain kali jalannya hati-hati dong. Kasihan barang-barangnya rusak, nanti kalau seandainya disuruh ganti sama atasan kamu gimana?" tegur Revan dapat membantu mengumpulkan barang-barang yang tercecer.
"Bisa-bisanya yang dipikirin malah barang, padahal jelas-jelas aku yang jadi korban di sini," batin Ratu.
"Maafkan saya, memang salah saya kurang hati-hati. Terima kasih sudah bantuin mengumpulkan barang-barang saya, sekali lagi saya minta maaf dan saya pamit dulu," ujarnya.
Revan seakan lupa bahwa dia bersama orang lain juga di sana, bukan hanya sendirian. Ratu mendengus kesal, karena si manusia es tidak membantunya berdiri dan malah sibuk lagi dengan handphonenya.
"Revan, kayaknya mama tidak bisa ikut pulang bersama kalian, karena sebentar lagi papa akan menjemput ke sini dan kami masih ada urusan setelah ini," ujar Jessica.
"Memangnya mau ke mana?" tanya Revan.
"Ada urusan dengan klien sebentar, Papa meminta mama untuk menemaninya," ujar Jessica.
"Ya udah kalau begitu aku juga langsung kembali ke kantor." Revan sudah siap jalan duluan, tapi malah ditahan oleh mamanya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Jessica yang melihat anaknya mau pergi seenaknya.
"Ya aku mau kembali ke kantor, kan tadi katanya mama dijemput sama, Papa?" ujar Revan.
"Kamu lupa atau bagaimana? Kita tadi berangkat ke sini bukan hanya berdua, tapi bertiga. Lantas kalau kamu mau kembali ke kantor, calon istri kamu mau pulangnya bagaimana?" omel Jessica membuat Revan menepuk jidatnya saking lupanya.
"Ya maaf, aku lupa," cicit Revan.
"Bisa-bisanya cewek cantik kayak gini dilupain," gerutu Ratu.
Akhirnya Revan terpaksa mengantarkan Ratu pulang terlebih dahulu, daripada nanti kena teguran dari mamanya lagi. Lebih baik mengalah dan menurutinya saja, daripada mempanjang masalah nanti malah membuatnya pusing sendiri.
"Kamu kenapa, sih? Hari ini nyebelin banget heran deh?" kesal Ratu ketika mereka hanya berdua saja di dalam mobil.
"Sudah tau nyebelin, kenapa masih mau sama aku?" ketus Revan.
"Lihat saja nanti, aku bakal bikin kamu bertekuk lutut di hadapan aku." Ratu merasa tertantang untuk meluluhkan hati si manusia es.
"Aku rasa semuanya hanya sia-sia saja," gumam Revan.
"Kamu belum tahu saja gimana rasanya jatuh cinta, aku yang akan membuat kamu jatuh cinta padaku," ujar Ratu.
"Lagian masih banyak cowok di luar sana yang seumuran dengan kamu, yang bisa memperlakukan kamu dengan baik tidak sepertiku. Aku bahkan tidak yakin dengan hubungan kita nanti ke depannya," terang Revan.
"Memang banyak cowok di luar sana yang suka sama aku, tapi tidak ada satu pun yang berani menolakku. Cuma kamu satu-satunya cowok yang nolak aku, itulah kenapa aku merasa tertantang untuk membuat kamu jatuh cinta denganku. Soal bagaimana ke depannya, itu urusan nanti. Kita jalani aja dulu, kalau cocok kita lanjut kalau tidak ya itu urusan belakangan." Ratu tidak pernah seyakin ini dengan pilihannya, justru ia yakin Revan sangat berbeda dengan laki-laki yang pernah mendekatinya.
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE
DAN JUGA COMENTNYA YAAAA
TERIMAKASIH!