Revan hanya melihat saja, bahkan sampai cewek-cewek remaja itu berlalu dari hadapannya. Tidak ada kepikiran untuk memberikan uang sebagai ganti rugi seperti yang mereka minta. Hanya Tuhan dan Revan yang tahu apa yang ada di dalam pikirannya, ketika melihat wanita tadi mengomel sampai beberapa menit.
"Den, kenapa tadi enggak dikasih uang aja? Jadi anak perempuan itu enggak bakalan ngomel-ngomel kayak tadi?" tanya sang supir.
"Untuk apa? Bahkan kita tidak menabraknya sedikitpun, dia terjatuh dengan sendirinya. Daripada uang aku kasih ke mereka, yang ujung-ujungnya cuma buat jajan doang. Lebih baik aku kasih ke orang-orang yang tidak mampu di pinggir jalan, dengan begitu uangku jadi lebih bermanfaat," ujar Revan membuat sang sopir menganggukkan kepalanya.
"Ah iya benar juga."
"Den, apa hari ini ada kunjungan ke lapangan?" tanya sang supir.
"Ada, tapi mungkin aku akan menyuruh Reino saja yang ke sana. Soalnya masih ada yang harus aku kerjakan di kantor, biar dia juga enggak kelayapan terus," ujar Revan yang sangat yakin walaupun kembarannya sudah berangkat dari pagi, tapi pasti sampai kantor paling terlambat.
"Saya sangat heran dengan sifat kalian berdua, yang begitu bertolak belakang. Hanya wajah kalian saja yang hampir mirip, tapi kelakuan sangat beda jauh," ujar sang supir.
"Aku bahkan merasa tidak punya kembaran," gumam Revan.
Ratu dan teman-temannya dijatuhi hukuman, untuk membersihkan toilet perempuan dikarenakan terlambat 1 jam lebih memasuki mata pelajaran. Semua itu tidak akan terjadi kalau mereka tidak nongkrong di luar sekolahan, ditambah lagi dengan insiden di jalan ketika mereka hampir tertabrak mobil. Mereka juga tidak mendapatkan nilai mata pelajaran tersebut, karena kesalahan mereka sendiri.
"Sialan, kita tidak akan terlambat banget kalau enggak berdebat dulu sama itu cowok," gerutu Ratu dengan kesal sembari menyapu lantai kamar mandi.
"Emangnya siapa yang berdebat? Bukannya cuma kamu doang yang ngomel ya haha," ledek Andin.
"Hehh! Aku ngomel aja laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab, gimana kalau aku diem aja pasti dia bakalan kabur," kesal Ratu kalau mengingat kembali kejadian di tengah jalan tadi pagi.
"Btw cowok itu diam aja udah ganteng banget, gimana kalau ngomong beuhh. Andaikan aja tadi kita sempat kenalan sama dia, pasti sekarang sudah tukeran nomor handphone," ujar Naila.
"Heleh, kalian itu bukannya fokus pada permasalahannya, malah fokus sama orangnya. Aiss dasar buaya betina," sindir Ratu.
"Ha? Apa? Kamu lagi ngomongin diri sendiri? Udah jelas-jelas diantara kita bertiga, yang paling sering gonta-ganti pacar itu kamu bukan kita. Jadi yang pantas mendapatkan julukan buaya betina itu kamu," sindir balik Andin.
"Sudahlah, sekarang kita selesaikan pekerjaan kita supaya bisa kembali ke kelas lagi. Aku tidak mau kalau habis ini kita dapat nilai buruk lagi, yang ada nanti kita enggak bisa naik kelas kalau keseringan bolos pelajaran," tegur Naila.
Mereka bekerja sama untuk membersihkan toilet perempuan yang lumayan luas, sudah disapu, sudah di pel, tapi masih ada yang kurang ajar bolak-balik dengan sepatu kotornya, menginjakkan lantai yang sudah dibersihkan. Ratu tadinya mau ngasih pelajaran sama orang tersebut, tapi lagi-lagi temannya mencegah dengan alasan, jangan membuat keributan di tengah-tengah hukuman.
Cewek yang sengaja bolak-balik ke kamar mandi adalah musuh bebuyutannya dari kelas 1 SMA namanya Alyna, tidak heran kalau sampai sekarang mereka masih belum akur. Bukan perkara cowok mereka suka ribut, melainkan karena bersaing mendapatkan ketenaran sebagai cewek paling populer di sekolahan.
Sama-sama cantik dan terpelajar, namun mereka juga sama-sama haus akan kekuasaan. Mereka pernah memperebutkan posisi menjadi ketua OSIS, tapi malah ujung-ujungnya berakhir ricuh dan akhirnya pemilihan OSIS dihentikan dan mereka berdua tidak diikutsertakan karena suka membuat ribut.
"Heh, nih benar-benar cari gara-gara. Punya mata turun dipakai, kamu enggak lihat kita lagi bersihin lantainya? Kenapa malah sengaja bolak-balik kayak gitu, ha?" kesal Ratu.
"Lah Ini kamar mandi kan milik umum, jadi bebas dong aku mau ke sini bolak-balik kek." Alyna sangat menyukai jika ada kesempatan mengganggu musuhnya.
"Tapi kan jadinya kotor lagi, kenapa enggak sekali aja masuk dan jangan balik lagi. Ya kali kamu boker ampe bolak-balik kayak gitu. Kamu benar-benar cari gara-gara tau enggak," kesal Ratu sembari berkacak pinggang.
"Ya biasa aja dong, kan memang sudah jadi tugas kamu untuk membersihkan kamar mandi ini. Siapa suruh telat wleeee." Dengan kurang ajarnya Alyna melemparkan kain basah ke mukanya Ratu.
Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan lagi, Ratu beserta gengnya berlari untuk menangkap si nenek sihir dan membalas perbuatannya dengan yang lebih kejam. Mereka berlarian mengelilingi lapangan belakang, si nenek sihir sedang sendirian jadi akan lebih mudah untuk menangkapnya. Karena biasanya Alyna ke mana-mana selalu dibuntuti gengnya juga, tapi kali ini 3 lawan 1 lihat saja siapa yang menjadi pemenangnya.
"Woiiii sini kamu, kali ini kamu tidak akan bisa lari lagi. Sini enggak!" Ratu dengan sekuat tenaga yang berlari untuk menggapai musuhnya, berani-beraninya wanita itu membuat make upnya luntur gara-gara kena kain basah. Mana ia tidak tahu itu kain bersih atau kotor, bisa-bisa mukanya tercemari dengan kotoran-kotoran dari kain tersebut.
Ada beberapa guru yang melihat dari lantai atas, murid-muridnya sedang kejar-kejaran di lapangan. Buru-buru mereka turun kebawah untuk melerai murid-muridnya, begitu melihat siapa yang sedang bikin ulah di sana. Sebenarnya para guru sudah kewalahan menangani mereka, dikarenakan sudah sangat sering membuat masalah di sekolahan. Orang tuanya mereka sudah beberapa kali dipanggil ke sekolahan, namun anak-anak mereka masih belum jera juga.
"Tangkap aku kalau bisa, wleeee." Alyna adalah salah satu murid paling jago olahraga di sekolahan, sedangkan Ratu paling jago dalam urusan rebahan.
Itulah kenapa orang tuanya Ratu, diam-diam menjodohkan sang putri anak dari sahabatnya. Berharap supaya ada yang bisa membimbing putrinya, untuk berubah dan tidak nakal lagi. Siapa tahu dengan memiliki imam, membuat putrinya menurut dengan laki-laki yang akan hidup bersamanya.
"Heiii berhenti!" teriak sang guru namun tak membuat para muridnya mematuhi perintahnya.
"Kalau kalian tidak berhenti sekarang juga, saya akan menjatuhkan kalian hukuman lagi," ancamnya.
"Aiss kenapa malah makin kencang larinya? Dasar punya murid semuanya pada batu," keluh sang guru.
Akhirnya beberapa guru turun tangan ke lapangan langsung, kemudian menghentikan aksi mereka yang kejar-kejaran. Setelahnya mereka bahwa ke ruangan BP, entah sudah berapa kali mereka keluar masuk ruangan BP. Tidak ada kata kapok di dalam kamus mereka, tidak ada pula yang ditakuti di sekolahan ini.
Alyna dan Ratu adalah salah satu murid yang juga berprestasi di sekolahan ini, tentu saja sekolah yang tidak akan membiarkan muridnya yang berprestasi di keluarkan dari sekolah.
"Lagi-lagi kalian yang bikin ulah, kenapa sih kalian hobi sekali membuat kesal para guru? Pakai segala kejar-kejaran di lapangan, emangnya kalian lagi main India-indiaan, ha?" tegur guru BP.
"Pak, saya juga tidak akan bersikap seperti itu kalau tidak ada yang mulai duluan. Bapak tahu sendiri kan, Alyna yang selalu cari gara-gara sama saya. Lalu apa salah jika saya membalasnya? Saya dan teman-teman saya sudah capek-capek membersihkan kamar mandi, tapi dia dengan seenaknya malah mengotorinya. Coba bapak kalau jadi saya, masih juga kesal dong?" protes Ratu karena tidak mau disalahkan dan berakhir kena hukuman lagi.
"Kenapa juga aku yang salah? Sudah kubilang kamar mandi itu milik umum, jadi aku bebas mau bolak-balik ke sana," elak Alyna.
"Kamu tuh ya selalu saja tidak mau mengakui kesalahan, egois maunya menang sendiri." Ratu yang kesal menjambak rambutnya Alyna, kini suasana semakin memanas karena dua tersangka malah jambak-jambakan.
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE
DAN JUGA COMENTNYA YAAAA
TERIMAKASIH