Si kembar sedang bersiap-siap lantaran akan pergi ke rumah calon istrinya Revan, awalnya Reyno mengatakan tidak ingin ikut karena ada urusan dengan pacarnya, tetapi begitu orang tuanya mengancam akan memblokir kartu kreditnya, Reyno akhirnya membatalkan janjinya dengan sang kekasih dan memilih untuk ikut bersama keluarganya.
Entah apa yang akan mereka lakukan di sana, yang jelas komitmen tentang seriusnya sebuah hubungan tidak pernah ada di dalam kamusnya Reyno. Baginya kenapa harus setia dengan satu wanita, jika ada banyak wanita yang mau dengannya. Bukankah dengan bergonta-ganti supaya lebih ada variasi dan tidak gampang bosan, begitulah kira-kira pemikirannya Reyno.
Walaupun mereka berdua kembar bukan berarti mereka satu kamar, mereka sudah sangat lama berpisah kamar bahkan sedari duduk di bangku sekolah. Revan yang meminta terlebih dahulu pada orang tuanya, supaya membuatkan kamar sendiri. Reyno sih senang-senang saja berpisah dengan kembarannya, toh hanya berpisah kamar bukan berpisah rumah.
"Apa kalian berdua sudah siap?" tanya Jessica pada anak kembarnya yang baru saja turun dari lantai atas.
"Sudah ma, anakmu ini udah ganteng dan rapi. Kita berangkat sekarang atau gimana?" tanya Reyno.
"Iya kita langsung berangkat saja, kebetulan hari ini mereka mengundang kita untuk makan di sana. Jadi tidak perlu sarapan di rumah," ujar Jessica setelah menghabiskan kopinya.
"Revan, apa kamu sudah siap?" tanya Kevin selaku sang papa.
"Sudah." Revan di dekat mamanya, sedangkan Reyno di dekat sang papa.
"Tolong jangan terlalu dingin, takutnya nanti istri kamu tidak betah sama kamu. Bersikaplah sedikit hangat terhadap orang-orang di sekeliling kamu, supaya mereka juga lebih nyaman ngobrol sama kamu," tegur sang papa.
"Aku tunggu di mobil." Revan jalan lebih dulu keluar dari rumah, tidak tertarik untuk mendengarkan ceramah dari papanya.
Bukan tanpa alasan Revan bersikap demikian, ia sudah sering sekali dibanding-bandingkan dengan kembarannya. Karena di antara mereka yang lebih menonjol dalam hal apapun memang Reyno, kembarannya itu memang lebih aktif dalam hal apapun tidak seperti dirinya, yang malas melakukan kegiatan-kegiatan outdoor dan lebih menyukai mendalami hobi-hobinya.
"Anak itu sama sekali tidak berubah," kesal Kevin karena anak bungsunya seperti tidak pernah menganggap serius omongannya.
"Ya kamu juga jangan terlalu memaksakan untuk merubah sifatnya Revan, yang harus kamu ingat adalah walaupun mereka itu kembar mereka mempunyai sifat yang bertolak belakang. Mereka berdua itu mempunyai pribadi yang berbeda, jadi jangan selalu membanding-bandingkan antara satu dan yang lainnya. Tanpa kamu sadari, bisa saja itu menyakiti hatinya," tegur sang istri.
"Eyy sudah-sudah, kenapa kalian berdua jadi berantem begini? Ayo kita berangkat sekarang nanti keburu siang," ujar Reyno yang menengahi orang tuanya.
Sepanjang perjalanan hanya ada musik, yang membuat suasana di dalam mobil menjadi hidup. Revan sibuk melihat keluar jendela, karena memang dirinya duduk di depan bersama sopir. Sedangkan kembarannya duduk di belakang bersama orang tuanya, Reyno memang lebih bisa mencairkan suasana ketimbang Revan. Tapi Revan tidak pernah memperdulikan akan hal itu, ia tidak pernah mengusik kehidupan orang lain dan fokusnya tetap pada kehidupannya pribadi.
"Sayang, apa kamu mau minum?" tawar Jessica pada Revan.
"Sini, biar aku aja yang minum." Reyno menyahut minuman yang tadinya hendak diberikan untuk kembarannya.
"Aiss itu di samping kamu sudah ada minuman, sedangkan di depannya Revan tidak ada," tegur Jessica.
"Hehe ya kan aku haus."
"Revan, mau mama ambilkan minuman?" tawar Jessica lagi.
"Tidak, Ma."
Jessica tidak lagi memaksa anaknya juga tidak mau, diantara ke dua anak kembarnya hanya Revan yang jarang sekali meminta sesuatu. Anak itu hanya akan meminta jika berurusan dengan sekolah, di luar dari itu Revan tidak pernah sekali pun meminta untuk dibelikan ini dan itu seperti anak-anak pada umumnya.
Hanya menempuh 1 jam perjalanan, mereka sudah sampai di rumah calonnya Revan. Tidak ada rasa grogi sama sekali, karena memang dirinya tidak menginginkan acara tersebut. Hanya berdiri di belakang orang tuanya dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.
"Cieee yang mau nikah uhuuyyy," goda Reyno pada kembarannya.
"Diam kamu."
"Aiss ketus kali, sih? Inget yak, aku ini kembaranmu sekaligus kakakmu jadi bersikaplah sopan dikit padaku." protes Reyno.
Mereka memasuki kediaman calon mempelai wanita, setelah dipersilahkan masuk oleh pemilik rumah. Rumah yang tampak besar dengan sedikit penghuni di dalamnya, semua properti ditata dengan rapi hingga membuat rumah tersebut terlihat mewah.
"Ayo ayo silakan duduk, apa ada kendala dalam perjalanan?" tanya Jaya.
"Alhamdulillah tidak ada, lalu lintas juga semuanya berjalan normal. Tinggal hubungan ke dua anak kita saja yang belum berjalan," ujar Kevin membuat Jaya terkekeh.
"Iya kamu benar, ngomong-ngomong anak kamu yang mana yang mau dinikahkan dengan anakku?" tanya Jaya sembari melihat dua anak kembar di hadapannya.
"Oh tentu saja itu aku, namaku Reyno anak mama dan papa yang paling ganteng yang pantas untuk menjadi menantu anda," ujar Reyno tingkat kepercayaan dirinya.
"Oh ya?" Jaya melihat laki-laki yang menjawab pertanyaannya, terlihat sangat ekspresif dalam memperkenalkan diri.
"Aiss kamu jangan ngomong yang tidak tidak, bukan Reyno yang mau kita menjodohkan dengan anak kamu. Melainkan anak kami yang paling bungsu yaitu Revan, anak kami yang satu ini memang sedikit pemalu dibandingkan kakaknya, jadi mohon untuk dimaklumi," ujar Jessica sembari memeluk lengan sang putra bungsu.
"Ah sudah aku juga ini adalah calon menantuku, aku sudah mempunyai feeling dari tadi. Sebenarnya bukan aku tidak menyukai Reyno, ya seperti yang sudah pernah aku ceritakan pada kalian tentang bagaimana sifat anakku, jadi aku membutuhkan sosok laki-laki yang mempunyai sifat keterbalikan dengannya, bukan yang mempunyai sifat sama dengannya. Aku bisa melihat bahwa Reino ini mempunyai sifat yang sama dengan anakku, itu sebabnya aku tidak bisa menerimanya," jelas Jaya membuat Reyno mengerucutkan bibirnya karena sudah di tolak.
"Yahh gagal deh aku nikah," keluh Reyno.
"Oh ya ngomong-ngomong di mana anak kamu?" tanya Kevin yang sudah tidak sabar untuk melihat calon menantunya yang masih remaja.
"Ah sekarang dia lagi ada di kamarnya, sebentar ya aku panggilkan dulu," pamit Jaya.
"Ayo silakan diminum, pasti capek habis perjalanan jauh," ujar Nia selaku istrinya Jaya.
Sang putri satu-satunya menggerutu disuruh keluar dari kamar, anak perempuan itu lagi sibuk main game dan bahkan belum mandi sama sekali, padahal tadi sudah disuruh mandi dan dikasih tahu kalau bakalan ada tamu yang mau bertemu dengannya. Tapi emang dasar anaknya susah untuk di kasih tahu, selagi anaknya tidak membuat sesuatu yang membuat mereka sebagai orang tua marah besar, apapun kelakuan ajaib yang masih bisa ditoleransi.
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE
DAN JUGA COMENTNYA YAAAA
TERIMAKASIH