Reyno lagi-lagi harus menunda pekerjaannya, lantaran pacar-pacarnya menginginkan untuk bertemu di waktu yang bersamaan. Sebenarnya ia agak takut untuk meninggalkan pekerjaan, apalagi terakhir kali papanya marah besar karena banyak meeting dibatalkan gara-gara dirinya mangkir dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
"Nanti setelah jam makan siang ada meeting, kamu bisa kan mewakilnya sendirian karena aku tidak bisa hadir. Tolonglah," pinta Reyno pada adiknya.
"Belajarlah bertanggung jawab dengan pekerjaanmu, jangan bisanya cuma melemparkan apa yang menjadi tugasmu kepada orang lain, karena tidak selamanya orang tersebut mau melakukan apa yang kamu inginkan," tegur Revan sembari fokus pada laptopnya.
"Sekali lagi ini saja, aku terpaksa tidak bisa menghadiri meeting tersebut karena pacarku meminta bertemu sekarang juga. Jangan bilang suka sama papa kalau aku tidak menghadiri meeting, bisa-bisa aku nanti habis kena omel," ujar Reyno membuat Revan mendengus kesal.
"Aku tidak bisa terus-terusan menutupi kesalahan kamu, kamu akan terus melalaikan tanggung jawabmu kalau aku yang selalu menggantikan pekerjaan kamu. Ingin rasanya aku pindah kerja ke luar negeri, supaya kamu yang mengurus semua perusahaan yang ada di Indonesia sendirian," ketus Revan.
"Yahh jangan dong, masa iya kamu tega melihat aku pontang-panting mengurus perusahaan seorang diri?" keluh Reyno.
"Sudahlah sana pergi, aku muak melihat wajahmu," usir Revan yang paling tidak suka melihat kembarannya sok-sokan menunjukkan wajah melasnya.
"Yess, makasih ya. Kalau begitu aku pergi dulu." Reyno keluar dari ruangan adiknya begitu saja, kepada siapa lagi dirinya berkeluh kesah kalau bukan pada kembarannya. Walaupun sering sekali kembarannya bersikap menyebalkan, tapi setidaknya hanya dialah yang mau melindungi kesalahannya dari amukan orang tuanya.
Ddrrttt Ddrrtt Drrtt!!
"Mau ngapain sih dia nelpon?" gerutu Revan.
Revan meletakkan handphonenya kembali dan tak berniat untuk mengangkatnya sama sekali. Sudah bisa ditebak bahwa saat ini wanita yang menelponnya, pasti sedang marah-marah di seberang sana.
TRIIINGGG!!
"Pesan Masuk"
From
"Bocil Ngeselin"
"Kalau kamu tidak mau angkat teleponnya sekarang, akan aku adukan pada mama kamu kalau kamu mengabaikan calon istrimu yang cantik ini."
Revan mendengus kesal karena si remaja labil mulai berani mengancamnya mengatasnamakan mamanya, kalau seperti ini caranya ia tidak akan bisa menolaknya. Revan terpaksa menelepon balik Ratu, daripada nanti ancamannya merembet ke mana-mana.
"Bocil Ngeselin"
"Halo."
"Halo, akhirnya kamu angkat teleponku juga. Harus gitu dengan ancaman dulu baru kamu mau menerima telepon dariku?"
"Langsung saja katakan kamu mau apa? Karena saya sedang sibuk, jadi saya tidak punya waktu untuk berbasa-basi dengan siapapun."
"Dasar sok sibuk, aku nelpon kamu karena pengen minta uang jajan sama kamu. Tidak usah memberikan yang banyak-banyak hanya secukupnya saja."
"Uang jajan? Sudah ke berapa kali kamu minta uang jajan sama aku? Aebenarnya orang tua kamu tuh siapa, sih? Kenapa mintanya sama aku terus?"
"Kamu lupa atau bagaimana? Kamu itu calon suami aku, jadi sebagai calon suami yang baik kamu harus malai menafkahi aku sejak dini."
"Padahal baru calon, tapi kamu sudah sering meminta uang padaku. Belum tentu juga kalau nanti aku jadi suami kamu."
"Ha? Maksud kamu apa ngomong kayak gitu? Kamu ingin membatalkan pernikahan kita? Jangan coba-coba kamu untuk melakukannya, karena aku tidak ingin membuat orang tuaku malu."
"Uangnya sebentar lagi akan aku transfer."
Revan yang malas berdebat lebih panjang, memilih untuk mengiyakan dan mentransfer sejumlah uang ke rekening si remaja labil. Kalau tidak demikian pasti wanita itu akan terus mengoceh dari a sampai dengan z, percuma saja melawan wanita saat berdebat pasti tidak akan menang.
Bukan tanpa alasan Ratu meminta uang pada calon suaminya, menurut pengakuan dari mamanya sendiri bahwa dulu ketika masih PDKT dengan papanya, beliau pernah beberapa kali meminta uang pada papanya dan sebagai kekasih yang baik, pasti akan memberikannya tanpa perhitungan.
Selain itu juga Ratu membutuhkan uang untuk pergi ke klub bersama dengan teman-temannya, nanti malam adalah malam minggu waktunya untuk para remaja bersenang-senang.
"Kalau dipikir-pikir ternyata dia orangnya baik juga, aku ditransfer uang lumayan banyak. Padahal aku tadi tidak menyebutkan nominalnya berapa? Orang kaya memang bebas memberikan ke siapapun yang dia mau, beruntungnya aku yang mempunyai calon suami orang kaya raya," ujar Ratu setelah mendapatkan transferan ia bergegas menuju rumah sahabatnya, terlebih dahulu ia berpamitan pada orang tuanya.
Ratu terkadang diperbolehkan untuk mengendarai mobil sendiri, itupun kalau papanya tidak pergi ke mana-mana. Jadi mobil bisa digunakan dengan bebas, tanpa perlu repot-repot diantar oleh papanya.
"Anak-anak udah sampai mana ya sekarang? Apa mereka langsung pergi ke club? Aku telepon dari tadi tapi kenapa tidak ada yang mengangkat, ya?" heran Ratu dengan masih berusaha untuk menghubungi sahabat-sahabatnya, walaupun sudah sering sekali diperingatkan oleh papanya untuk tidak fokus pada handphone ketika sedang berkendara.
"Ini mereka berdua sebenarnya ke mana, sih?" kesal Ratu sembari sibuk mengutak-atik handphonenya.
"Aaaaaaaaaa"
Ratu begitu terkejut mendengar suara teriakan, ia memfokuskan kembali pada jalan dihadapannya. Seketika matanya membulat, melihat ada tukang gerobak es lewat begitu saja dihadapannya. Ratu segera membanting setirnya, supaya tidak banyak korban berjatuhan kalau ia tidak segera mengambil tindakan.
"Aaaaaaaaa"
BRUUGHHH!!!
Banyak warga yang melintas di sekitar area tersebut, mereka langsung berkerumun di dekat mobilnya Ratu dan berusaha membujuk pengemudi untuk keluar dari mobil.
"Aduhhh sakitttt," keluh Ratu sembari meratapi jidatnya yang terbentur setir mobil.
Rasanya untuk membuka pintu mobil saja tidak kuat, kepalanya benar-benar sakit hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya. Terlebih dahulu ia membuka kunci mobilnya, supaya orang-orang yang ada diluar dapat menolongnya untuk keluar dari mobil.
Beberapa orang yang ada di sekitar lokasi, langsung membawa si pengemudi mobil ke rumah sakit terdekat. Ratu langsung tidak sadarkan diri, ketika masih dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Naila dan Andin yang sudah lebih dulu berada di klub merasa heran, karena sahabat yang satunya belum datang juga padahal sudah satu jam lebih jaraknya.
"Jangan-jangan dia tidak jadi pergi ke klub? Pasti orang tuanya tidak memperbolehkannya deh? Makanya sampai sekarang dia belum sampai juga," ujar Andin.
"Tapi kalau seandainya dia tidak jadi pergi, kenapa dia tidak mengabari kita sama sekali?" heran Naila.
Mereka berdua sudah mencoba untuk menghubungi Ratu, walaupun hasilnya nihil. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menyusul Ratu di rumahnya, takutnya nanti terjadi sesuatu yang tidak mereka ketahui.
"Tapi masa iya malam minggu gini dia tidak boleh keluar rumah?" ujar Andin ketika sudah dalam perjalanan menuju rumahnya Ratu.
"Eh ada apa itu ramai-ramai?" sahut Naila yang melihat ada beberapa orang mengerumuni mobil yang ada di pinggir jalan.
JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN COMENT NYA YAAA
TERIMAKASIH!!