Melangkah beriringan dalam diam, tak biasanya Sesilia seperti ini. Sesekali Ruri melirik ke arahnya, namun wajah gadis itu masih saja kaku tanpa ekspresi.
"Menurutmu apa aku perlu belajar ilmu bela diri?" tanya Ruri. Berharap gadis itu kembali membuka mulut dan meledek dirinya.
Bukannya menjawab, Sesilia hanya mengangkat tinggi kedua bahunya seakan tak perduli. Terus berjalan tenang seakan sedang dalam kesendirian.
"Oh ya, apa kau tau rencana apa yang akan ibu perbuat padaku? Aku harap bukan sejenis operasi pelastik."
Langkah gadis itu terhenti, membalikkan tubuhnya lalu menatap geli. Ia tak lagi mampu menahan tawa. Sesilia terbahak mendengar ucapan Ruri.
"Apa kau takut?" ledek Sesilia. Lidahnya berrmain lincah hingga menonjol pada pipi kanan.
"Enggak mungkin. Aku pikir dia tidak akan punya alat seperti itu di rumah," ungkap Ruri. Ada rasa bahagia karena Sesilia kembali ceria. Namun, rasa takut itu juga turut hadir mengingat tatapan serius yang Sesilia berikan.