Memucat pasi, Ruri tak lagi dapat membohongi diri. Rasa takut itu memuncak terlebih ia kini sudah terbaring di atas ranjang.
"Masih ada hal lain yang harus kami kerjakan. Lakukanlah dengan cepat, jangan lagi membuat dia takut!" seru Ayah. Tangannya menggiring Dino untuk pergi keluar, meninggalkan mereka bertiga dalam keadaan pintu yang tertutup rapat.
"Kau siap kan? Ini tidak akan sakit. Juga tidak memakan waktu lama jika kau mau bekerja sama," ucap Ibu. Wajah yakinnya semakin membuat Ruri tegang. Wanita itu mulai menyelimuti kedua tangannya dengan sarung tangan karet berbahan tebal. Terdengar jelas dari bunyinya saat sarung karet itu menggigit erat tangan ibu.
Ruri begitu tegang, napasnya kembali merasa sesak sekali saat ini. Sorot matanya terus saja mengikuti kemana Ibu pergi, hingga ia mengabaikan keberadaan Sesilia yang sedari tadi di sisinya.