Chapter 12 - The Wedding

"Apa telah terjadi sesuatu padamu, Elle? Jangan katakan pada ibu, jika kau menikah hanya karena uang?" imbuhnya.

Tampaknya ikatan seorang ibu dan anak itu sangat kuat. Tanpa ada yang memberi tahu, ibunya sudah dapat menebak bahwa telah terjadi sesuatu dengan Ellena, meskipun Briana tidak tahu persis masalah apa yang tengah dihadapi putrinya.

"Ti-tidak, Bu!" bantah Ellena gugup. "Lusa aku akan melangsungkan pernikahan dengannya, kuharap ibu dapat merberikan restu untuk kami," imbuhnya kemudian.

"Tapi kenapa mendadak sekali? Apa kau baik-baik saja, Elle?"

"Aku baik-baik saja, Bu. Ceritanya panjang. Nanti aku akan menceritakan yang sebenarnya. Aku mohon, Ibu dapat merestui kami," ucap Ellena memohon.

"Ibu akan menyusulmu sekarang juga. Mana mungkin ibu akan diam saja, saat putri ibu akan men—"

"Jangan, Bu! Aku janji setelah pernikahan itu, aku akan menemui ibu, tapi tolong rahasiakan semua ini dari Keenan." potong Ellena.

"Baiklah, jika itu memang keputusanmu. Tapi tolong, jawab pertanyaan ibu kali ini!" pinta Briana dengan nada serius.

"Apa, Bu?" Ellena mengangkat sebelah alisnya merasa penasaran.

"Apa kau mencintai calon suamimu itu?"

Pertanyaan Briana kali ini berhasil membuat jantung Ellena bedegup kencang. Ellena terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan kepada ibunya.

"A-aku sangat mencintainya, Bu," jawab Ellena sambil tertawa kecil, seolah hanya ingin menunjukan bahwa dia bahagia dengan pernikahan itu. "Mana mungkin aku tidak mencintai pria sebaik tuan Lucas," imbuhnya kemudian.

"Lucas?" tanya Briana.

"Ya, namanya Lucas, calon menantu Ibu," jawab Ellena. "Ibu tahu? Dia sangat baik padaku, keluarganya juga. Aku sangat mencintai dia, Bu," imbuhnya terpaksa.

Briana tidak langsung menanggapi ucapan putrinya. Meskipun Ellena berusaha keras untuk tidak membuatnya khawatir, tetap saja dia bisa merasakan bahwa Ellena sedang tidak serius dengan ucapannya kali ini. Tentu. Dia merasa ada yang sedang Ellena sembunyikan darinya, entah itu apa.

"Baiklah, jika memang kau sudah yakin dengan keputusanmu. Ibu akan berbahagia untuk kebahagiaan kalian. Segera temui ibu, setelah acara pernikahanmu selesai!"

Sebagaimana Ellena, Briana juga tidak ingin menunjukkan sikap khawatir yang tengah bergejolak di dalam dada. Dia pun berusaha untuk menyembunyikan perasaannya itu, dan memilih memberikan restu atas pernikahan putrinya. Padahal, dalam hati, dia sangat khawatir dengan kondisi Ellena saat ini.

"Tentu, Bu. Aku akan menemui ibu secepatnya," balas Ellena.

Obrolan Ellena dan ibunya pun berakhir. Saat itu juga Ellena kembali menangis dengan sekuat-kuatnya, menumpahkan segala perasaan yang tengah berkecamuk di dalam dada.

Rasa bahagia memang ada, karena itu artinya dia tidak akan lagi dikejar-kejar oleh debt collector hanya karena utang ayahnya. Namun, tetap saja. Rasa sakit dan kecewa lebih merajai hati dan pikirannya, sehingga mengalahkan kebahagiaannya itu.

Bahkan, Karena tangisannya kali ini, Ellena sampai tidak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang tengah memperhatikannya di ambang pintu kamar.

Filia melangkahkan kaki, masuk ke dalam kamar. Suara hentakan kakiny seketika membuat Ellena menoleh, menatapnya dengan penuh air mata. Sambil masih terus berjalan, Filia menatap sendu wajah sahabatnya itu.

"Ya, Tuhan, kenapa kau berikan sahabatku ujian seberat ini? Bukankah sudah begitu banyak, pahitnya hidup yang dia rasakan? Tidakkah itu cukup baginya?" gumam Filia dalam hati.

Lagi-lagi, Filia merengkuh tubuh Ellena, lalu mereka saling berbagi air mata. Ellena menangis, pun dengan Filia yang juga tidak tahan melihat tangisan sahabatnya.

Setelahnya, Filia hanya berusaha menyemangati Ellena agar tetap menjadi sosok wanita yang kuat.

***

Dua hari kemudian.

Acara pernikahan yang sebelumnya membuat isak tangis Ellena memecah pun akhirnya telah tiba. Ellena tampak berdiri berdampingan dengan Lucas di atas pelamaninan, menyambut setiap tamu undangan yang hendak mengucapkan selamat kepada mereka.

Baik Ellena, maupun Lucas, mereka terlihat menyunggingkan senyuman kepada para tamu undangan itu. Namun, dari senyuman itu tergambar jelas bahwa ada rasa terpaksa, bukan karena bahagia.

Ya, betul. Bagaimana mungkin mereka bahagia, jika pernikahan mereka saja tanpa didasari rasa cinta. Bukankah sejatinya cinta itu adalah faktor utama untuk membangun sebuah keluarga? Akan tetapi, nyatanya mereka tidak, karena bukan itulah tujuan mereka.

Pernikahan satu kali seumur hidup yang selama ini sangat diimpikan oleh Ellena. Pada akhirnya, itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Sebab, inilah pernikahan pertamanya. Entah siapa yang akan menjadi jodoh sesungguhnya, setelah perjanjiannya dengan Lucas selesai.

"Tuhan, seburuk inikah nasibku? Disaat orang lain bisa menikah dengan orang yang mereka cintai, kenapa aku tidak?" bisik Ellena dalam hati.

Tak henti-hentinya Ellena merutuki nasibnya sendiri. Dia masih tidak percaya bahwa akan merasakan menikah dengan atasannya itu, meskipun hanya sebatas pernikahan kontrak. Entah nasibnya akan seperti apa setelah ini. Apakah makin lebih baik, atau justru sebaliknya.

"Berikan senyuman yang manis kepada mereka. Jangan membuatku malu karena sikapmu itu!" bisik Lucas, ketika Ellena mulai lelah dengan senyuman palsunya.

"Ba-baik, Pak," jawab Ellena gugup.

"Sekali lagi tidak menuruti perintahku, kau akan tahu akibatnya!" tegas Lucas memberikan ancaman.

Ellena pun terpaksa menarik kembali kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.

Beruntung acara pernikahan itu tidak diekspos ke media massa, sehingga kemungkinan besar Keenan tidak akan mendengar kabar pernikahan itu secepatnya. Setidaknya ini sangat berarti bagi Ellena, yang mana rencananya untuk menyembunyikan hal itu dari Keenan bisa berjalan dengan lancar.

Ya, Lucas memang sengaja menghindari media massa, sehingga dia tidak memberikan izin kepada siapa pun yang berniat meliput acaranya tersebut. Bahkan, dia menyediakan pengawasan yang sangat ketat untuk hal itu.

Selama ini, Selena yang selalu digembar-gemborkan akan menjadi istrinya, sementara dia menikah dengan wanita yang berbeda. Jika ada salah satu saja wartawan yang berhasil meliput acara tersebut dan menyadari akan hal itu, sudah jelas itu akan menjadi pertanyaan besar bagi mereka. Dalam waktu singkat akan menjadi kabar terhangat yang akan diberitakan di seluruh media massa.

Bagaimana tidak? Karena memiliki kedekatan dengannya, akhir-akhir ini wajah Selena sering muncul di hadapan wartawan-wartawan itu, menjawab setiap pertanyaan terkait hubungan dengannya. Bahkan, mungkin seluruh Indonesia sudah tahu seperti apa wajah Selena yang disebut sebagai calon istri pengusaha nomor 1 di negara tersebut.

Acara pernikahan pun telah usai. Ellena dan Lucas segera bergegas menuju kamar hotel yang sudah dihias layaknya kamar pengantin sungguhan. Jika bukan karena permintaan kedua orang tua Lucas, mungkin mereka tidak akan melakukan hal itu. Berada di dalam kamar yang sama dengan orang yang terkesan asing bagi mereka,. Sungguh itu membuat mereka muak, terlebih lagi Ellena.

Kedua orang tua Lucas memang belum mengetahui tentang latar belakang Ellena yang sesungguhnya. Lucas hanya memberi tahu mereka bahwa ibunya Ellena tinggal di luar negeri, sehingga tidak bisa hadir ke acara pernikahannya yang mendadak itu.

Akhirnya, kedua orang tua Lucas memahami akan hal itu, dan tidak bertanya terlalu banyak tentang Ellena. Menurut mereka, pernikahan putranya jauh lebih penting daripada latar belakang menantunya.

"Mau sampai kapan kau berdiri di situ?"