Mendengar Ellena menyebutkan namanya, membuat Lucas teringat kembali dengan Selena. Namun, dalam waktu yang bersamaan, dia berpikir bahwa dia dapat memanfaatkan situasi itu untuk kepentingannya.
Entah itu hanya kebetulan, atau memang takdir Tuhan yang sengaja mempertemukan dirinya dengan sosok wanita yang memiliki nama hampir mirip dengan mantan kekasihnya.
Dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia tidak ingin jika keluarga besarnya menanggung malu akibat perbuatannya. Namun, dia juga tidak ingin jika harus menikah dengan wanita jahat seperti Selena. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan menikahi wanita lain, yaitu Ellena yang juga tidak kalah cantik dari Selena.
"Saya ingin menikah denganmu," jawab Lucas berbohong. Dia pun tidak berniat untuk menceritakan perihal hubungannya dengan Selena kepada Ellena.
Melihat sikap Lucas membuat Ellena cukup paham bahwa telah terjadi sesuatu antara Lucas dengan kekasihnya, meskipun dia tidak mengetahui hal itu secara pasti.
"Bagaimana? Kau mau menerima tawaranku?" Lucas menatap Ellena penuh harap.
"Maaf, saya tidak bisa," jawab Ellena seraya menundukkan kepala.
Bagaimana mungkin dia menerima tawaran Lucas, sedangkan dia sendiri sudah memiliki kekasih di desa. Keenan, pria yang selalu setia menunggunya, meskipun orang tua pria itu tidak pernah merestui hubungan mereka.
Dia sangat mencintai Keenan dan tidak mungkin mengkhianati pria sebaik kekasihnya itu. Lagi pula, setampan apa pun Lucas di matanya, dia tetap tidak tertarik kepada atasannya itu. Sampai detik ini hanya Keenan yang mampu menarik perhatiannya. Tentu saja dia tidak ingin jika harus menikah dengan pria yang tidak dia cintai.
Mendengar jawaban Ellena, seketika Lucas kembali dibuat meradang. Bagaimana mungkin, karyawan biasa seperti Ellena berani menolaknya, sementara di luar sana banyak sekali wanita yang ingin menjadi kekasihnya?
Namun, Ellena adalah Ellena, bukan Selena yang dengan mudah bisa tergoda oleh harta yang dimiliki Lucas.
Bagi Ellena, pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan harus dilakukan oleh kedua insan yang saling mencintai. Bukan, dilakukan untuk saling melukai. 'Lalu, bagaimana mungkin mereka bisa hidup bahagia, jika tidak diawali dengan rasa cinta?' Begitu pikirnya.
"Baik, itu artinya kau bersedia untuk mengganti rugi kerusakan mobilku!" ketus Lucas yang sontak membuat Ellena kembali terkesiap. "Sudah kuputuskan bahwa kau tidak akan menerima upah selama tiga tahun, dan selama itu pula, kau tidak diperbolehkan untuk ijin tidak masuk kerja ataupun cuti," imbuhnya.
Ellena makin dibuat terkejut dan tidak percaya, akibat peristiwa itu membuat hidupnya menjadi terancam. Bahkan, Lucas memperpanjang masa pemotongan upahnya, sehingga membuat dia makin dilema, ke mana dia harus melangkahkan kakinya.
"Tapi, Pak?" Ellena ingin sekali melayangkan protesnya kepada Lucas. Rasanya itu tidak adil sekali baginya.
"Kau sudah menolak tawaranku, bukan?" tanya Lucas seraya tersenyum getir.
"Tapi, bagaimana dengan upah kerja saya?" tanya Ellena sedikit gugup.
"Apa kau tuli, ha? Kau tidak dengar apa yang baru saja aku katakan?" bentak Lucas.
"Tapi, itu tidak adil buat saya," balas Ellena.
"Apa kau bilang? Tidak adil?" Lucas membelalakkan matanya. "Lalu, bagaimana dengan mobil yang kau hancurkan, apa itu adil bagiku?" imbuhnya kesal.
"Saya mohon, ijinkan saya bekerja dan tetap menerima upah dari pekerjaan saya. Saya sangat membutuhkan uang banyak. Please!" Lagi-lagi Ellena memohon agar Lucas tidak memotong upah kerjanya.
"Berapa uang yang kau butuhkan?" tanya Lucas menatap penuh selidik.
"Emm ... 300 juta. Saya bingung harus membayar utang sebanyak itu dari mana. Hanya pekerjaan saya yang menjadi harapan satu-satunya, agar saya bisa melunasi hutang-hutang itu dan keluarga saya tidak lagi dikejar oleh rentenir," jelas Ellena.
"300 juta? Untuk apa kau meminjam uang sebanyak itu?" tanya Lucas lagi. Dia menatap tidak percaya wajah Ellena. 'Sungguh sulit dipercaya, wanita lugu sepertinya ternyata memiliki banyak utang,' batinnya saat itu.
"I-itu ... itu utang almarhum ayah saya. Sebelum beliau meninggal, beliau meminjam uang kepada rentenir dengan jumlah yang sangat besar, sehingga saya dan ibu saya harus menanggung beban ini. Sementara, hidup kami pun serba kekurangan." Mata Ellena seketika berkaca-kaca mengingat hidupnya yang begitu menyedihkan, setelah kepergian sang ayah beberapa tahun lalu.
"Aku akan membantu membayar semua utang-utang itu dan juga menjamin biaya hidup keluargamu, tetapi dengan satu syarat. Kau harus menerima tawaran untuk menikah denganku minggu depan!" tegas Lucas.
Lagi-lagi Ellena menciut, sebelum dia sempat melebarkan senyuman karena merasa senang Lucas akan membantunya. Nyatanya, sama saja. Lucas hanya bersedia membantunya, jika dia pun bersedia menjadi istri pria itu.
"Tapi bagaimana dengan nona Selena?" tanya Ellena.
"Jangan pernah sekali pun kau sebut namanya di depanku!" tegas Lucas.
Melihat Lucas yang marah seperti itu membuat Ellena makin yakin bahwa telah terjadi sesuatu antara Lucas dan Selena.
"Maaf," lirih Ellena seraya menurunkan tatapannya.
"Jika kau bersedia menerima tawaranku, aku akan menjamin semuanya, bukan hanya utang keluargamu saja, tetapi juga hidup mereka dan aku akan memenuhi semua keinginanmu," jelas Lucas masih berusaha membujuk agar Ellena bersedia menikah dengannya.
"Tetapi, saya sudah memiliki kekasih," jawab Ellena yang sontak membuat Lucas terdiam beberapa saat.
"Kau tidak perlu khawatir. Pernikahan ini hanya sementara. Kita akan menikah di atas perjanjian, hanya selama enam bulan. Dan selama pernikahan itu, aku berjanji tidak akan menyentuhmu sedikit pun. Percaya padaku!" ujar Lucas.
"Maksudnya kita menikah kontrak?" tanya Ellena memastikan.
"Ya, betul," jawab Lucas singkat.
Ellena terdiam beberapa saat. Sungguh dia sangat dilema dihadapkan dengan situasi seperti ini. Di satu sisi, dia inging sekali bisa segera melunasi utang-utang itu agar keluarganya bisa hidup tenang, tetapi di sisi lain dia juga tidak ingin mengkhianati Keenan yang selama ini selalu membantunya, ketika dia sedang kesulitan.
Andai saja kedua orang tua Keenan merestui hubungan mereka, mungkin Keenan yang juga berasal dari keluarga kaya bisa membantu melunasi utang ayahnya. Sayang sekali, orang tua Keenan tidak setuju jika sang putra menjalin hubungan dengannya, sehingga Keenan tidak diijinkan untuk membantunya. Akhirnya, dia sendiri yang harus menanggung beban itu, setelah kondisi kesehatan ibunya yang makin memburuk.
Delapan tahun yang lalu, kecelakaan mobil yang merenggut nyawa ayahnya membuat Ellena hidup dalam keterpurukan. Belum lagi, sebulan setelah ayahnya meninggal, dia baru mengetahui bahwa ternyata ayahnya selingkuh dengan wanita lain dan telah memiliki anak hasil dari perselingkuhan itu. Sungguh hatinya makin hancur dan terluka. Terlebih lagi, ketika dia baru sadar bahwa ibunya telah mengetahui perselingkuhan itu sejak lama, hanya saja sang ibu sengaja menutupi hal itu darinya.
Betapa baiknya seorang ibu, dia rela menutupi rasa sakit dan keburukan sang suami, hanya demi tidak ingin melihat putrinya membenci sosok ayah yang jelas sudah membuat hidupnya seperti di neraka.
Pada saat itu, Farah, wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya Ellena menitipkan seorang anak laki-laki bernama Martin kepada ibunya, tepat satu jam sebelum Farah meninggal karena jantung kronis yang sudah lama diderita oleh wanita itu.
Sejak saat itu, Briana, merawat dan menjaga Martin dengan baik. Meskipun Martin adalah anak hasil dari perselingkuhan suaminya dengan Farah, tetapi dia tidak pernah membenci Martin. Bahkan, dia juga selalu meminta Ellena agar tetap menyayangi adiknya sepenuh hati. Sejak saat itu pula kehidupan mereka menjadi berubah dan penuh penderitaan. Hampir setiap hari mereka dikejar oleh beberapa Rentenir yang menagih utang.
Beruntung sekali, setelah lulus SMA, dia mendapat beasiswa kuliah, sehingga dia masih bisa melanjutkan pendidikannya dan memiliki ijazah S1. Dengan modal ijazah itulah dia bisa bekerja di perusahaan Lucas dan membantu ibunya membayar cicilan utang almarhum ayahnya.
"Kau bersedia?"