Chereads / Mas Joko Incaran / Chapter 5 - Bertemu Dengan Anto

Chapter 5 - Bertemu Dengan Anto

Anto mengernyitkan kening saat kedua matanya disajikan seorang lelaki asing yang sangat jarang ia lihat selama ini. Dan tiba-tiba sudah berada di depan pintu rumahnya.

"Cari siapa ya Mas?"

"Apa kamu salah alamat, katakan saja alamat siapa yang akan kamu tuju. Aku mengenal seluruh orang yang ada di desa ini."

Pertanyaan menelisik yang terlontar dari mulut Anto dijawab gelengan, lantas ia berkata, "Saya mencari Bu Anita, Pak. Tadi nitip dibelikan ini ...."

"Apa Bu Anita ada, apa saya bertemu sebentar takutnya nanti makanannya jadi dingin."

Joko mengangkat kantung plastik bening itu di udara, dan sontak membuat Anto mengalihkan perhatian pada bungkusan tersebut.

"Istriku? Kenapa kamu bisa kenal dengan Anita?"

"Lalu isi bungkusan itu apa?"

Joko mengulas senyum terpaksa. Ia sebenarnya enggan membalas pertanyaan Anto. Joko justru tak berharap bertemu dengan Anto. Namun sayangnya takdir membuat hal itu terjadi.

Gagal sudah rencananya meminta jatah.

"Saya anak baru kos cowok, Pak. Tadi pas di warung bu Anita nitip sekalian saya jalan ke kantor sebentar," kilah Joko.

"Joko? Kamu di si ... ni," ucap Anita melemah ketika mendapati Anto sedang menatapnya penuh arti.

"Kenapa sih Mas kamu lihat aku seperti itu?"

"Benar Ma, kamu yang pesen makanan itu?" tanya Anto dengan raut penuh kecurigaan. Ia sedikit cemas dengan wajah Joko yang tak seperti para penunggu kos biasanya. Ia biasanya tak secemas ini jika Anita menitip apa pun kepada anak kos, tetapi kali ini berbeda. Joko memiliki garis sudut yang sempurna, tubuh pun sangat jauh dari kata buruk.

Joko tidak ada apa-apanya dibanding Anto. Tubuh Anto terlalu kurus, sehingga tak bisa membuat wanita manapun berdecak kagum padanya. Berbeda dengan Joko.

"Bungkusan?" Ulang Anita bingung, seingat dirinya ia tak keluar sama sekali dari kamarnya. Bagaimana bisa ia menitip makanan kepada Joko?

"Yang tadi lho Bu Anita ... masak lupa sih?"

Joko mengedipkan satu mata genit ke arah Anita saat Anto tak menyadarinya, hingga membuat wajah Anita terdiam cengo. Ia ingin memamerkan hubungan dekatnya dengan Joko pada Anto agar lelaki itu tahu perasaannya begitu sakit saat diselingkuhi.

Akan tetapi, tiba-tiba ia mengingat kembali ancaman Anto tentang putrinya.

"Oh iya, aku lupa. Mana pesananku, Joko ...."

"Kamu pesan bakso aja lewat dia, Ma. Panggil aja orangnya suruh ke sini. Kamu itu ngerepotin orang aja. Yaudah aku masuk dulu, jangan kelamaan," ucap Anto ketus seraya melirik tajam ke arah Joko.

Joko mengangguk dengan senyum sumringahnya mengiringi kepergian Anto. Ia begitu senang ternyata rencananya tak jadi gagal. Di detik itu pula ia menarik tangan Anita agar mengikuti langkah Joko.

"Joko, kamu mau bawa aku ke mana. Jangan macam-macam ada suamiku di rumah," protes Anita di sela kakinya yang tersaruk-saruk mengikuti lelaki itu.

"Di sini ...."

Anita mengedarkan mata, menatap ke sekelilingnya. Tempat yang jarang ditemui orang lain kecuali dirinya, dan sekarang Joko juga tahu. Tubuh Anita seketika membeku di tempat.

"Apa maksudmu?" Kedua mata Anita membulat lebar ketika melihat langkah Joko semakin dekat dengan dirinya. "Apa yang akan kamu lakukan, ini di luar rumah. Bisa-bisa—"

"Ketahuan suami Bu Anita?"

Joko menarik paksa tangan Anita hingga wanita itu jatuh di dada bidang lelaki itu tanpa bisa berkutik.

"Ayo lakukan apa yang ada di isi perjanjian itu Bu. Bukankah Bu Anita juga nggak pernah puas dengan barang kecil milik suami Ibu itu?"

"Berbeda dengan ini bukan?"

Joko memaksa tangan Anita untuk bergerak menyentuh senjatanya yang sudah menegang dan berubah ukuran sejak bersentuhan dengan tubuh Anita.

"Ja-jangan gila kamu, Jok. Cepat lepaskan aku, aku nggak mungkin melakukan itu," tolak Anita sembari memberontak melepas tangannya yang terus saja digesekkan Joko.

"Kita lakukan sebentar saja. Suami Bu Anita nggak akan mungkin datang ke sini. Atau Bu Anita lebih suka video dengan lelaki itu berada di tangan suami Bu Anita?"

"Ayo pilih mana?"

Anita mendengkus kesal. Ia benar-benar dibuat terpaksa memilih kemauan Joko.

"Brengsek kamu, Joko. Seharusnya aku tak pernah menerimamu ...."

"Eumh ... Joko kau!" Anita mendesah tertahan. Tiba-tiba bibir tipis Joko sudah membukam bibir Anita dengan gerakan memburu. Sudah beberapa hari Joko tak mendapat sentuhan dari wanita karena kesibukan kantornya.

Dan ketika dirinya mengingat perjanjian di antara dirinya dan Anita membuat gairahnya mendadak mendesir. Hanya dengan membayangkan tubuh Anita saja sudah membuat Joko bergairah.

"Joko, a-apa yang kamu lakukan?" tanya Anita dengan nada terbata. Tubuhnya menadadak bergetar saat Anita melihat wajah Joko sudah tenggelam di bawahnya.

"Rasakan ini Bu Anita, ini akan lebih nikmat bersamaku, Bu Anita. Mendesahlah," balas Joko dengan suara seraknya.

Anita menggila, ia sudah sampai berulang kali hanya karena diperlakukan seperti ini oleh Joko. Berbeda sekali ketika dirinya bersama dengan Tarno, apalagi dengan Anto. Mereka berdua hanya memikirkan kepuasan mereka tanpa memikirkan Anita yang butuh lagi dan lagi.

"Euh ... Joko, su-sudah tubuhku sangat lemas. Kamu benar-benar gila, aku juga ingin menyenangkanmu."

Mendengar kalimat itu, Joko dengan cepat beranjak dari duduknya. Ia sudah berdiri tegap sembari mengusap bibirnya yang sangat basah.

"Lakukanlah, Bu Anita."

Anita sudah sangat haus, ia bergegas melorotkan celana jeans yang dipakai Joko. Wanita itu meneguk ludahnya kasar. Ia tak percaya bisa melihat milik lelaki lain sebesar ini.

"Kenapa hanya dipandang, Bu Anita? Bu Anita nggak suka?"

"Suka-suka," jawab cepat Anita yang dengan cepat melakukan servis pada milik Joko hingga sang pemilik menengadahkan kepala seraya menuntun miliknya lebih dalam di mulut Anita.

"Ya, seperti itu Jalang. Uhhh ... lebih cepat lagi," ceracau Joko dan tidak lama ia melepaskan paksa miliknya dari mulut Anita hingga membuat wanita itu menatap kecewa Joko. "Berdiri, Bu Anita."

Joko menuntun tubuh Anita untuk berdiri. Ia langsung kembali melahap bibir Anita yang membuatnya semakin panas, tak lupa ia meraup kedua dada besar Anita.

"Agh ... Joko!" Anita memekik saat ia merasakan tubuh melonjak. Pandangan Anita menjadi kabur, ia hanya bisa meringis bercampur dengan nikmat.

"Bu Anita masih sangat sempit," bisik Joko seraya meniupkan napas di telinga Anita. Dan perlahan pinggulnya bergerak, menghentak-hentak tubuh Anita. "Suamimu memang sangat payah Bu Anita."

Anita tak bisa lagi berkata untuk menjawab pertanyaan Joko. Tubuhnya terasa melayang karena Joko terus saja menyerang tanpa ampun. Sesekali mata satu Anita mengarah pada jalanan luar. Ia masih waspada jika Anto tiba-tiba datang.

"Joko, kamu masih belum puas? Ini sudah sangat lama. Nanti suamiku curiga gimana?" lirih Anita di sela desahannya yang masih terus membelai gendang telinga Joko.

"Ceraikan saja, menikah denganku. Gampang bukan?"