Dia menarik tanganku ke pahanya dan menahannya di sana, ibu jarinya dengan lembut membelai kulitku. Kepalanya dimiringkan ke bawah, dan dia menatap tangan kami yang bergandengan. "Saat aku bersamanya, aku memikirkanmu. Aku melihat cara pria menatapnya, dan begitulah caraku menatapmu. Dia mengusir kesepian karena aku tidak bisa memiliki wanita yang benar-benar aku inginkan. Dia membuatmu tidak percaya diri, tapi kamulah yang membuatnya marah. Ketika kami pulang dari makan malam, dia berkata, tanpa basa-basi, bahwa kamu masih mencintaiku...dan aku belum melupakanmu. Dia bisa melihatnya meskipun aku tidak pernah menyebutmu. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa melihat begitu banyak, tetapi Liam tidak memperhatikan apa yang ada di depan wajahnya. Alih-alih mengawasi orang lain, dia seharusnya mengawasimu…dan hanya kamu." Jempolnya berhenti menyentuhku, dan dia menarik diri. "Liam adalah bajingan paling beruntung di dunia ... dan aku benci dia tidak tahu itu."
****Damien
