"Atau.. lo ngebet masuk sekolah karena pengen ketemu dia?" tanya Nathan, tak berhenti membuat Zeana malu dan kehilangan kata-kata untuk sekedar membalas.
"Oh.. pengen mantengin doi, kangen ya.."
"Kan kemarin, ga ketemu seharian.."
"Jadi, yang teleponan sama lo tadi malem itu dia?"
"Iya kan?"
Zeana berdeham, dan memberanikan dirinya untuk menatap tajam netra kakaknya. Entah kenapa, ia merasa bahwa kali ini, kakaknya keterlaluan dalam menggodanya.
"Lo bisa diem ga sih, Kak?!" sorak Zeana. Tangannya terkepal semakin erat dari pada yang sebelumnya.
"Oh.. oke. Berarti kan iya. Ya udah, lo sih, punya pacar diumpetin, ga bakal gue bunuh juga. Gue mau ganti baju dulu, jangan lupa traktirannya.. gue duluan, jangan ngintip, bye!"
Setelah berceloteh ria, Nathan melangkah ringan ke luar ruang makan dan berjalan ke lift menuju lantai 3, lantai di mana kamarnya berada.
"Gue udah, beresin," ketus Zeana yang mood-nya sedang buruk.