Zeana membuka matanya, perjalanan 17 jam disertai transit di beberapa tempat membuatnya merasa lelah dan bosan. Irvi sibuk dengan ponselnya, sedang Nathan fokus kepada bukunya.
Tertinggal Zeana yang diam, tenggelam dalam lamunan, dengan tatapan menyapu awan-awan yang menggumpal yang dilintasi pesawatnya.
Zeana menatap rok pendeknya sebelum kemudian beralih menatap kakaknya, Nathan.
Nathan yang merasa dipandangi, memalingkan muka ke arah Zeana dengan sebelah alis terangkat. "Ngapain, Ze?"
Zeana menggeleng pelan, lalu menundukkan wajahnya tanpa sepatah kata. Nathan berusaha memahami reaksi Zeana yang menurutnya tak biasa, lalu memutuskan untuk berbincang.
Adik kesayangannya itu tampak bosan sekaligus kesepian.
"Capek ga, Ze?" tanya Nathan.
Zeana mengangkat mukanya dan menatap Nathan, lalu mengangguk. Ia tak mau munafik, tapi penerbangan kali ini seolah menguras tenaganya hingga habis.