Chapter 16 - Menghilang Tiba-Tiba

Demi mempertahankan tempat tinggalnya, Ella meninggalkan Christian di hotel sendirian dan bergegas kembali ke apartemen yang ia sewa.

Pemilik apartemen yang merupakan seorang ibu-ibu, sudah menunggu di depan pintu apartemen Ella, seolah yakin Ella tidak akan bisa membayar biaya sewanya.

"Bu …"

Ella terengah-engah karena kembali ke apartemennya dengan tergesa-gesa. Kalau ia kehilangan tempat ini, belum tentu ia bisa mendapatkan tempat lain yang sesuai dengan budgetnya. Walaupun tempat ini kumuh dan usang, Ella hanya mampu menyewa tempat seperti ini.

Sebelum Ella bisa menarik napas dan menenangkan dirinya, ibu tersebut sudah mengulurkan tangan sambil berkacak pinggang.

"Mana uangnya?" tanyanya.

Ella langsung mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya kepada ibu tersebut tanpa mengatakan apa pun. Ia masih sibuk mengatur kembali napasnya.

Pada saat yang bersamaan, dalam hati ia mengutuk dengan marah. Kalau bukan karena ibu yang satu ini, tujuannya pasti sudah tercapai!

Ibu tersebut tidak menyangka Ella akan memiliki uang untuk membayar biaya sewanya. Bagaimana pun juga, beberapa hari yang lalu Ella terus menerus menunda dan menghindar darinya.

Ia memandang ke arah Ella dengan curiga. Dari mana gadis ini bisa mendapatkan uang itu?

Ella bisa memahami apa yang dipikirkan ibu tersebut karena semuanya terpancar sangat jelas di wajahnya.

Ibu itu berpikir bahwa Ella melakukan hal-hal yang memalukan di luar sana.

Mungkin Ella bekerja di dunia malam atau menjual tubuhnya pada om-om hidung belang.

Tetapi itu bukan urusannya.

Yang penting, ia sudah mendapatkan uang di tangannya. Ia terlihat tenang saat memandang ke arah Ella. "Dasar anak muda jaman sekarang … Memang ada banyak cara untuk mendapatkan uang. Ya sudahlah, yang penting lain kali bayar tepat waktu."

Setelah mengatakannya, ibu tersebut pergi meninggalkan Ella, tanpa memberikan kesempatan bagi Ella untuk berbicara satu patah kata pun.

Melihatnya sudah pergi, Ella baru bisa bernapas lega. Ia menghapus keringat yang mengalir di dahinya karena ia berlari pulang.

Haruskah ia berterima kasih pada keluarganya karena tidak melucuti semua perhiasan yang ia gunakan saat melemparkannya ke rumah sakit jiwa?

Anting-anting yang ia gunakan ia sembunyikan sampai ia bisa keluar dari rumah sakit jiwa. Kemudian, begitu ia mendapatkan kembali kebebasannya, ia menjual anting-anting itu dengan harga 2 juta.

Dengan beberapa pekerjaan yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir ini, ia berhasil mengumpulkan uang sebesar 7 juta.

Ia tidak keberatan kehilangan anting-anting tersebut, tetapi rencananya gagal total karena ibu pemilik apartemennya!

Ini benar-benar hari yang sial untuknya!

Kesempatan sudah berada di depan mata, tetapi ia membiarkannya pergi begitu saja.

Ella masuk ke dalam apartemennya dengan lelah, bertanya-tanya apa yang akan Christian pikirkan saat terbangun dan tidak melihat dirinya.

Mungkin Christian akan berpikir bahwa ia bodoh.

Ella hanya bisa berbaring di tempat tidurnya sambil menghela napas panjang. Ia telah melewatkan kesempatan besar untuk membalas dendam.

Di presidential suite hotel …

Christian membuka matanya dan menemukan tempat di sampingnya sudah kosong. Selain tempat tidur besar yang berantakan, tidak ada jejak yang tersisa di sana.

Aroma Ella yang samar masih tersisa di ruangan tersebut, tetapi sosok gadis itu sama sekali tidak terlihat. Bahkan pintu kamar mandi pun terbuka lebar dengan lampu yang masih mati.

Christian mengerutkan keningnya. Wajahnya berubah menjadi muram ketika ia menyentuh selimut yang dingin dengan telapak tangan besarnya.

Wanita ini mempermainkannya?

Ella meninggalkan ruangan tersebut dan tidak meninggalkan jejak sedikit pun.

Christian bangkit berdiri dan mengingat kembali bagaimana Ella melipat bajunya dengan rapi kemarin. Entah mengapa, ia merasa cemas saat mengetahui bahwa wanita itu sudah pergi tanpa pamit.

Tiba-tiba saja, suara ketukan pintu terdengar, membuat mata Christian yang gelap itu tiba-tiba saja berbinar.

Kemarin, Ella menyiapkan makan malam untuknya. Apakah ini sebuah kejutan lagi?

Namun, suara yang terdengar setelah itu membuatnya merasa sangat kecewa.

"Tuan, apakah Anda ingin sarapan Anda disiapkan sekarang?" suara yang tidak dikenal terdengar dari depan pintu.

Kemarin, pelayan tersebut mengetahui bahwa Christian membawa seorang wanita ke kamar hotelnya. Tetapi pagi-pagi sekali, wanita itu pergi dari hotel sendirian.

Ini sudah waktunya Christian untuk sarapan.

Pelayan tersebut terlalu takut untuk mengetuk pintu, tetapi ini sudah menjadi tugasnya setiap kali Christian menginap di sana.

Christian mengenakan kembali jubah tidurnya sebelum berkata dengan dingin, "Masuk."

Suara itu membuat pelayan yang sudah ketakutan menjadi semakin gemetaran. Ia membuka pintu dengan panik dan membersihkan piring-piring kemarin malam. Setelah itu, ia menyajikan sarapan.

Mata yang dingin terus memandang ke arahnya membuat tangannya gemetar hebat. Ia benar-benar ingin melarikan diri dari sana.

Tepat saat ia hendak keluar, Christian tiba-tiba bertanya. "Di mana wanita kemarin malam."

"Ia pergi dengan tergesa-gesa tadi pagi," pelayan tersebut menundukkan kepalanya lebih rendah lagi. Ia tidak kuat menahan tekanan dari tatapan tersebut.

"Ke mana ia pergi?"

Christian memandang pelayan tersebut lekat-lekat, mengharapkan jawaban darinya.

"Tuan, saya minta maaf. Saya tidak tahu …"

Suaranya semakin lama menjadi semakin pelan. Ia takut akan menghancurkan suasana hati Christian yang sudah buruk sejak pagi.

Setelah keheningan beberapa saat, pelayan tersebut kembali berkata dengan gemetar. "Tuan, saya benar-benar tidak tahu …" kakinya terasa sangat lemas.

"Keluar," suara itu membuat pelayan tersebut merasa sangat lega. Ia bergegas melarikan diri dari ruangan tersebut.

Setelah pintu ditutup, mata Christian menjadi semakin muram.

Itu hanyalah seorang wanita. Mengapa ia harus mencarinya seperti ini?

Tetapi ia merasa sangat penasaran. Apa yang membuat wanita itu pergi dengan begitu tergesa-gesa.

Bukankah ia bilang ia tidak akan melewatkan kesempatan yang bagus?

Christian tahu bahwa Ella memanfaatkan ketertarikan Christian kepadanya. Tetapi wanita itu belum mendapatkan apa pun, mengapa ia tiba-tiba pergi?

Begitu ia duduk di meja makan, ia mendapatkan panggilan dari asistennya.

Asistennya melaporkan beberapa masalah pekerjaan dan tanpa sengaja menyebut nama Ella.

"Ia menggunakan nama Keluarga Maheswara untuk memaksa orang yang bertanggung terhadap pengurusan hotel agar ia bisa naik ke lantai atas," Keluarga Maheswara merupakan salah satu keluarga yang berpengaruh di kota tersebut.

Walaupun keluarga itu tidak ada artinya dibandingkan Christian, kedudukannya juga tidak rendah.

Di hadapan Keluarga Maheswara, hotel tersebut tidak bisa melawan. Mereka akan melakukan apa pun untuk menyenangkan hati keluarga tersebut.

Christian mencibir, "Orang-orang sekarang menjadi semakin pemberani."

Sama seperti wanita kecil yang menggunakan berbagai cara untuk masuk ke dalam kamarnya. Wanita yang berusaha untuk mendekatinya dan wanita yang meninggalkannya begitu saja.

Jason, asisten Christian, tidak mengatakan apa pun. Dalam hati, ia hanya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya bosnya maksud.

Setelah memikirkannya cukup lama, akhirnya ia bertanya. "Apakah perlu saya urus?"

"Tidak usah," setelah itu, Christian langsung menutup teleponnya.

Jason memandang ponselnya dengan bingung. Ia terkejut dan juga keheranan dengan reaksi tuannya. Tetapi tidak butuh waktu lama, ia melupakan masalah ini dan melanjutkan pekerjaannya.