Di kamar tidur, Natalie terus tertidur, dan Anthony berdiri diam di kepala tempat tidur untuk waktu yang lama.
Dalam cahaya redup, dia terus menatapnya dengan linglung.
Setelah waktu yang lama, dia mematikan lampu samping tempat tidur, wajahnya yang tampan tenggelam dalam kegelapan.
Tiga menit kemudian, di ruang kerja.
David berjalan ke dalam ruang kerja Anthony dengan gelisah.
Pada saat ini, ruangannya seakan telah mengalami bencana. Lampu meja mahal telah pecah menjadi beberapa bagian di lantai, vas porselen dan semua karya seni berserakan berantakan, pemandangannya benar-benar tak tertahankan.
Wajah Anthony dingin diisi dengan aura pembunuhan, membuat seluruh ruangan terasa dingin.
"Tuan muda, dengarkan aku." David akhirnya bersuara.
Anthony menunjuk ke sosok dokter Harry di pintu dan berkata dengan dingin. "Mengapa dia masih di sini?"
"Tuan muda, dokter Harry berpikir bahwa..."
"Aku tidak mau melihat wajahnya, keluar!"
David mendesah tak berdaya dan meminta dokter Harry pergi dulu.
Setelah itu, David datang ke ruang kerja itu sekali lagi.
"Tuan muda, saya tidak akan mengatakan banyak tentang hal lain. Selama empat tahun, Anda telah mengalami masalah tidur dan makan, dan Anda tidak bisa membedakan siang dan malam. Sekarang akhirnya Anda telah menemukan petunjuk, apakah Anda benar-benar akan menyerah?"
Kata-kata David terdengar tulus.
Wajah Anthony secara bertahap ditutupi dengan lapisan kesedihan.
Jari-jarinya menggores patung putri duyung di atas meja. Ada satu kata yang tertera di bawah patung.
Silvi …
Saat ini, patung ini membawa terlalu banyak kesedihan bagi Anthony.
Untuk waktu yang lama, Anthony menurunkan kepalanya dan memukul meja dengan kepalan tangannya. Suaranya serak. "Pergi!"
…
Natalie yang tertidur bermimpi.
Dia bermimpi sedang berenang di laut, tidak bisa bernapas. Dan di ambang kematiannya, dia merasa Anthony datang untuk menyelamatkannya.
Anthony berenang menuju permukaan dengan dirinya dalam pelukannya.
Dia hanya bisa meringkuk dalam pelukannya. Setelah melihat setitik cahaya, mereka akhirnya mencapai permukaan.
Di permukaan air yang berkilau, ada kunang-kunang indah yang tak terhitung jumlahnya sedang terbang. Perasaan kagum dengan pemandangannya segera membungkusnya.
Natalie langsung membuka matanya dalam sekejap.
Kamar tidur yang hangat, angin berhembus dari tirai lembut yang gemetar, sekelompok cahaya matahari yang masuk, ini adalah pagi yang indah.
Dia berganti pakaian, mencuci muka dan keluar.
Seluruh ruangan terlihat tenang, apakah Anthony sudah pergi?
Ketika dia berjalan melewati ruang kerja, dia mendengar suara di dalam dan tanpa sadar membuka pintu untuk melihat-lihat.
Ruangan ini berada dalam situasi yang mengerikan, seolah-olah baru saja mengalami gempa besar. Bahkan lemari berisikan botol anggur jatuh ke lantai, dan botol-botol anggur merah yang mahal itu pecah semua.
Oh!! Apa yang terjadi tadi malam? Mengapa dia tidak mendengar apa-apa.
Suara yang berasal dari ruangan ini adalah David dengan para pengawal yang sibuk membersihkan puing-puing.
"David, apa yang terjadi di sini?" Natalie bertanya dengan rasa penasaran.
David berbalik, dan wajahnya kembali ke senyumnya yang ramah. "Selamat pagi, nona Natalie! Tuan muda berada dalam suasana hati yang buruk tadi malam."
Kemudian dia menghela napas berat.
Mata Natalie melebar. Dia teringat bahwa dia sedang berada di atas kapal dengan Anthony tadi malam, kemudian tiba-tiba dia kehilangan kesadaran.
"Maafkan aku, apakah aku sudah membuat tuanmu marah? Aku benar-benar tidak bermaksud untuk... " Natalie mengatakan dengan murung.
"Hmm ... nona, apakah Anda ingat apa yang terjadi semalam?"
David mendongak sedikit dan melihat sosok gelap berdiri di koridor.
Namun, karena punggung Natalie menghadap koridor, dia tidak dapat melihatnya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku begitu takut ketika Anthony melepaskan diriku di atas dek. Mungkin ini thalassophobia [1] … Mungkin itu terdengar sangat konyol. Empat tahun yang lalu, ketika orang tuaku meninggal, aku sudah sangat takut dengan air. Seperti berdiri di atas perahu, di atas jembatan, tempat-tempat yang dikelilingi air, aku sangat takut. Dan kemarin aku merasa bahwa aku terjatuh ke laut dan aku tenggelam tanpa bisa merangkak naik." Natalie menurunkan kepalanya dan terlihat sedih.
David mendesah dan bertanya lagi.
"Apakah Anda ingat bagaimana orang tua Anda meninggal?"
Natalie berpikir tentang hal itu, dan akhirnya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingat, aku sama sekali tidak dapat mengingatnya. Lagipula, ketika waktu aku sadar kembali, orang tuaku sudah dimakamkan. Bibi dan pamanku berkata bahwa kematian mereka itu adalah kecelakaan."
David menatap sosok di belakang Natalie yang meninggalkan tempat diam-diam.
"Omong-omong, nona Natalie tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Apa yang terjadi tadi malam bukan karena kesalahan Anda. Tuan muda marah karena hal lain."
Natalie merasakan sesuatu, menoleh ke belakang, tapi tak melihat apa-apa.
"Itu bagus. Bagaimana dengan Anthony?"
"Tuan muda mungkin tidak akan kembali hari ini!"
Kata-kata dari David membuat Natalie sedikit kecewa.
Awalnya Natalie berencana untuk memberitahu Anthony bahwa dirinya akan mulai bekerja di Gratia.
Karena sepertinya dia berada dalam suasana hati yang buruk, sepertinya dia harus menundanya.
Lagi pula, sebagai presiden dari perusahaan, apakah dia peduli tentang tambahan satu lagi karyawan?
Tapi apa yang membuat suasana hatinya menjadi buruk hingga separah ini?
Ketika dia datang untuk menjemputnya tadi malam, dia berada dalam suasana hati yang sangat baik. Mereka bahkan berhubungan dengan gila di dalam mobil.
Tiba-tiba rasa malu melanda ketika Natalie berpikir tentang hal itu.
Sebagai presiden dari sebuah perusahaan besar, Natalie tidak bisa menebak pikirannya.
Setelah itu, Anthony tidak kembali untuk dua hari berikutnya.
Natalie tetap menjalani hidupnya dengan nyaman. Di satu sisi, dia tidak sabar menjalani pekerjaan pertamanya, dan pada sisi lain, dia berencana untuk menggagalkan rencana Reynold dan William terhadap Doxia.
Pagi berikutnya, Natalie berangkat menuju perusahaan Gratia untuk pertama kalinya.
Bangunan modern yang menjulang tinggi ke langit terlihat dominan dan megah. Itu seperti raksasa yang duduk di pusat kota.
Natalie berjalan ke aula, dan sosoknya yang berjalan dengan jelas tercermin pada dinding marmer.
Rok berwarna putih dipadukan dengan pakaian formal, ditambah dengan sepatu hak tinggi, membuat tubuhnya terlihat lebih ramping.
Rambut lurus panjangnya terikat sampai sepanjang bahu, bibirnya diberi sentuhan Lip Glaze, membuatnya terlihat lebih dewasa.
Karena ini baru pertama kalinya dia masuk ke gedung, dia tersesat di lobi. Tanpa diduga, dia bertemu dengan Anthony di koridor.
Mengenakan jas hitam, sepasang mata hitam yang menyilaukan itu tampaknya dapat melihat melalui masa lalu dan kehidupan ini. Pada saat ini, wajah Anthony terlihat lebih serius, tajam dan mengesankan.
Di belakangnya ada banyak orang-orang yang terlihat elite, bahkan Joana, yang berjalan mengikuti Anthony dengan hormat.
Pada saat ini, Anthony bagaikan seorang kaisar.
Natalie sangat merasa rendah diri di depannya, seolah-olah rasa sukanya pada Anthony selama ini hanyalah sebuah ilusi.
Dirinya adalah orang yang bijaksana, setelah menandatangani perjanjian kerahasiaan, dirinya tidak dapat dengan bebas untuk mengungkapkan hubungan mereka.
Tapi meskipun begitu, ada sedikit kemarahan di dalam hatinya.
Kejadian malam itu, Anthony tidak menjelaskan apa-apa padanya. Begitu pula kenapa dia secara misterius menghilang selama dua hari, seakan-akan Anthony sudah tidak peduli lagi dengan dirinya.
Karena dia begitu acuh tak acuh, maka Natalie memutuskan untuk diam.
Dia cepat-cepat bersandar di dinding untuk dapat membukakan jalan. Anthony berjalan tanpa berhenti, dan tampaknya tidak melihat dirinya.
Dan Joana, asisten presiden, mengangguk pada Natalie dan memberinya senyum.
Dari awal sampai akhir, dia dan Anthony bahkan tidak bertukar kontak mata, mereka bagaikan orang asing.
[1] Jenis fobia spesifik yang melibatkan rasa takut yang terus-menerus dan intens terhadap perairan luas dan dalam seperti lautan dan samudera