Chereads / Falling To The Lord Of Mafia / Chapter 10 - Dugaan Yang Tak Salah

Chapter 10 - Dugaan Yang Tak Salah

Leanore mengerutkan kening bingung melihat Jordan yang sudah menghilang di balik pintu. Tadi, gadis itu sudah mengikutinya, tapi kenapa pria itu tiba-tiba hilang saja?

Tuk ... tuk ... tuk.

Suara ketukan sepatu mengalihkan atensi Leanore. Gadis itu mencoba mencari asal suara. Mata Leanore kembali fokus ke satu titik, dimana Jordan kini kembali berjalan ke arah ballroom hotel Zuaro's ini. Gadis itu dengan cepat berlari ke dalam ruangan. Ia menyesap orange jus yang sudah tersedia di meja undangan dan berusaha untuk bersikap setenang mungkin.

Mata Leanore terus memperhatikan gerak-gerik Jordan yang kembali berjalan masuk, tapi matanya terus menerus mengawasi sekitarnya, menatap orang-orang yang kelihatan sibuk dengan berdansa dan berbicara dengan teman bisnis masing-masing. Bahkan, mereka tidak tau jika Jordan sedang menaiki anak tangga sekarang.

Leanore langsung meletakkan orange juice yang ada di tangannya ketika merasa Jordan sudah terlalu jauh. Ia tidak mungkin berdiam diri saja, daripada ia kecolongan seperti tadi hingga Jordan kehilangan jejak, Leanore lebih baik mengikuti pria itu.

Untuk saat ini, biarkan Leanore penasaran tingkat tinggi.

Leanore melangkahkan kaki dengan hati-hati, terus mengikuti langkah Lord.

Ketika pria itu merasa ada yang mengikutinya, pria itu mulai menghentikan langkah dan saat itu juga Leanore yang mendapat lampu merah pun segera bersembunyi di balik pintu rooftop.

Leanore menghela nafas lega ketika Jordan kembali melanjutkan langkahnya memasuki rooftop. Gadis itu pun dengan sangat hati-hati kembali mengikuti langkah Jordan.

Leanore bersembunyi di balik kardus-kardus yang ada di sana. Ia ingin mendengar pembicaraan Jordan dengan beberapa orang yang ada di sana dan untungnya mereka membelakangi pintu rooftop.

"Bagaimana, Bos? Kau sudah berhasil menemukan Lord? Apa ia mengenalimu?"

Jordan tersenyum miring, "Aku telah menemukan Lord dan dia tidak mengenaliku sama sekali. Hanya saja---" Jordan menjeda, pria itu tersenyum miring.

"Ada yang curiga dengan diriku." Jordan memainkan lidah di dalam rongga mulut. Sontak hal itu membuat tanda tanya besar bagi anak buah Red Black.

"Siapa?" tanya salah satu anak buah Red Black.

Jordan tersenyum miring, ia melirikan mata ke arah kardus-kardus yang ada di belakangnya. Anak buah Red Black yang mengerti maksud Jordan pun tersenyum menyeringai, sedangkan Leanore yang kini sedang bersembunyi di balik kardus jadi ketar-ketir sendiri.

Ia merasa dirinya tengah terancam saat ini. Jantung Leanore berpacu dengan cepat, mata gadis itu terpejam erat. Ia menggumam dalam hati, meminta pertolongan pada Tuhan. Ternyata Jordan lebih licik dari yang ia duga. Tapi sekarang, Leanore mendapatkan fakta bahwa Jordan yang ada di rooftop itu bukanlah Jordan sepupunya yang asli.

"Keluar!"

Leanore hampir memekik ketika mendengar teriakan Jordan yang pasti tertuju padanya. Karena hanya ia yang tengah bersembunyi saat ini, sangat tidak mungkin Jordan tengah memanggil setan yang bersembunyi di balik pintu rooftop.

"Keluar, gadis nakal!" teriak Jordan diiringi dengan tawa yang menakutkan. Leanore semakin takut ketika orang-orang yang berada di sana juga ikut tertawa. Ia ingin berlari dan keluar dari rooftop tapi ia tidak berani, ia yakin jika Jordan dan orang-orang itu pasti sedang mengawasi pergerakannya.

"Kenapa kau masih tidak keluar! Apa aku yang harus menyeretmu sendiri?" Leanore yang terlonjak kaget ketika mendengar teriakan tiba-tiba dari Jordan pun tanpa sengaja menjatuhkan satu kardus, terjatuh karena tertimpa tangannya yang bergetar ketakutan.

DOR!

"Aaaa!" Saat itu juga Leanore menjerit kencang ketika mendengar suara tembakan. Bibir gadis itu bergetar, ia kembali mengingat kisah di masa lalu, saat daddy dan abangnya ditembak mati di depan mata kepala Leanore sendiri.

Kembali Jordan dan teman-temannya tertawa kencang ketika Leanore akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya dengan berteriak histeris.

"Aku hanya menembakkan pistol ke udara saja tapi kau sudah berteriak seperti itu, bagaimana jika aku menembakan pistol itu ke perutmu."

Leanore terus menangis mendengar penuturan Jordan, tak ada yang bisa di lakukannya karena ia sangat ketakutan sekarang ini.

Jordan dengan perlahan berjalan mendekati Leanore, pria itu menjilat bibir bawahnya dan menatap Leanore yang saat ini juga semakin mundur ke belakang. Jordan tersenyum menyeringai, pria itu tertawa seperti orang gila.

Leanore menahan napas ketika punggungnya kini sudah mentok di dinding, gadis itu tidak bisa kemana-mana lagi. Ia menatap Jordan yang saat ini tengah mengukung tubuhnya dengan kedua tangan pria itu.

"Kau tidak bisa kemana-mana lagi, gadis nakal. Nyalimu yang sangat tinggi untuk mengikutiku, malah membuatmu terjebak sendiri."

Leanore menangis, gadis itu menutupi kedua wajahnya dengan tangan.

"Lepaskan tanganmu itu." Leanore bergeming, gadis itu hanya terus mengeluarkan tangisnya. Dalam hati, gadis itu terus menggumam dalam penuh permohonan, meminta pertolongan pada Tuhan.

Jordan yang sudah geram pun mulai melepas tangan gadis itu, Leanore memberontak.

"Lepaskan aku!"

"Kau ingin bermain-main denganku?"

PLAK!

Jordan menampar dengan keras pipi Leanore hingga membuat wajah gadis itu tertoleh keras ke samping. Leanore menghentikan tangis ketika sudut bibirnya perih. Bahkan membuka mulut pun sekarang, Leanore tidak sanggup. Sudut bibir Leanore mengeluarkan sedikit darah.

"Kau masih ingin berontak, hah?!" Jordan menarik rambut belakang Leanore hingga wajah gadis itu terangkat ke atas.

Leanore tetap tak menjawab, pipinya terasa panas, mungkin saat ini di pipinya pasti sudah terdapat bekas telapak tangan Jordan. Gadis itu memejamkan mata ketika Jordan semakin menarik kuat rambutnya. Ia sudah tidak punya tenaga lagi, berbicara pun susah.

"Akhirnya, kau diam juga. Sepertinya aku harus memberikan pelajaran padamu." Jordan kembali mengeluarkan pistol dari dalam saku jas-nya.

"Apa aku harus membunuhmu sekarang, gadis nakal, hm?" Jordan menatap pistol dan Leanore secara bergantian.

Leanore membuka mata sejenak, ia menatap Jordan yang tengah menatap pistol dan dirinya secara bersamaan. Leanore memejamkan matanya, dengan perlahan air mata mulai turun membasahi pipi mulusnya. Leanore menggigit bibir bawahnya menahan sakit yang mendera kepalanya karena rambutnya yang di tarik keras oleh Jordan, bahkan pria itu tidak melonggarkan tangannya sedikitpun, Jordan malah semakin menarik rambutnya dengan kuat.

Leanore pasrah, gadis itu tak memberontak lagi, hanya air mata yang terus-menerus mengalir di pipinya, menggambarkan kesakitan yang di rasakannya.

Leanore tersenyum kecil ketika melihat semua keluarganya yang hanya bisa menatap dirinya di balik punggung Jordan dengan tatapan iba. Leanore tidak takut mati karena keluarga yang sangat ia rindukan tengah menunggunya, gadis itu hanya memejamkan mata kembali, menunggu kematiannya.

Jordan tertawa iblis melihat itu. Sepertinya gadis itu sudah menerima kematiannya. Tangan Jordan yang memegang pistol, kini terangkat tepat di kening gadis itu. Leanore memejamkan mata, kembali ia teringat dengan kematian dadd-nya. Jordan akan menembaknya tepat di keningnya, seperti apa yang di lakukan Lord pada daddy-nya tujuh tahun lalu.

Lord tersenyum yang mungkin merupakan penghujung hidupnya, rasa sakit karena terus merindukan keluarganya selama ini akhirnya terbayar juga. Sebentar lagi ia akan bahagia bisa bersama dengan keluarganya. Akhirnya, Tuhan mengabulkan doanya walau sebenarnya dia masih belum ingin mati sebelum benar-benar membuat Lord tunduk padanya dan membalaskan dendamnya yang sangat dalam.

Jordan pun mulai menarik pelatuk pistolnya, dan,

DOR!

Leanore menghembuskan napasnya sebelum benar-benar menutup mata, Leanore bergumam kecil, "Mom, Dad, Abang, Sie, kita akan segera berkumpul kembali."

***

Bersambung.