Selanjutnya, igauan Airin berhenti. Indra yang tak ingin ambil pusing lantas memilih untuk berdamai dengan keegoisannya. "Tiada pilihan lain, dasar tukang merepotkan!" kesal Indra. Lelaki itu lalu mengangkat tubuh Airin dan menggendongnya.
Indra menatap Airin penuh arti yang kini berada di pangkuannya. Tubuh Airin ringan sekali, gadis itu seperti kekurangan gizi, pikirnya. Selanjutnya, Indra berjalan menaiki anak tangga satu persatu untuk ke kamar Airin.
Sesampainya di kamar gadis itu, Indra langsung membaringkan tubuh Airin di atas kasur. Lelaki itu duduk di samping Airin sembari menatap Airin penuh arti.
"Sejujurnya, aku kasihan padamu," ujarnya pelan. Tangannya kembali terulur dan mengusap keringat di kening Airin dengan pelan. "Kamu gadis yang baik. Dan nampak tak peduli dengan kesalahan orang lain yang diberikan padamu," lanjutnya.