Aku tak peduli seberapa buruk mereka memperlakukanku, baik itu secara fisik ataupun perkataan, tapi tidak dengan Azka. Dia adalah satu-satunya harta peninggalan bang Fahri yang masih bisa kujaga sampai saat ini, dan aku tidak akan mungkin membiarkan siapapun untuk menyakiti Azka.
Bentakan Habib yang sudah benar-benar melukai perasaan bocah itu sangatlah keterlaluan. Mungkin aku masih bisa menahannya, tapi tidak dengan Azka yang masih berusia sembilan tahun. Dia hanya anak-anak, tidak seharusnya Habib bersikap seperti itu.
Azka, bocah itu menangis sesenggukan dalam dekapanku. "Ammun Habib jahat, Ammah. Dia membentak Azka tadi," katanya masih sesenggukan.
"Maaf, ya? Ammun tidak berniat seperti itu, dia hanya sedang kesal saja. Mungkin pekerjaannya sedang banyak, jadi dia mudah marah," kataku.
"Tapi ammun tidak pernah berlaku seperti itu sebelumnya, Ammah. Ammun selalu baik, tapi kenapa sekarang dia jadi seperti itu?"