"Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu masih ingin mempertahankan Habib, tapi bagaimana jika dia lebih mempertahankan Farida dari pada kamu? Apa kamu mau dicintai karena kasihan?"
"Tidak, bukan aku yang dicintai karena kasihan, tapi Farida!" bantahku cepat.
"Terserah apa katamu. Tapi sebagai ... ah, sebagai teman yang baik. Aku hanya ingin memperingatkanmu, bahwa cinta itu buta. Mungkin saat ini Habib bisa mengatakan jika posisimu tidak tergantikan, tapi esok? Waktu merubah segalanya, El. Bahkan hidungmu saja berubah jika kamu memperhatikannya," celetuknya lagi.
Dia memang sedikit ngelantur kalau bicara, tapi apa yang dia bicarakan sungguh benar adanya. Tidak di rekayasa apa lagi di buat-buat. Sampai pulang aku juga masih memikirkannya, benar-benar membuat pikiran kacau dan bercabang.