Langkah kaki gontai membawaku menuruni anak tangga rumah sakit yang panjang. Melewati dua lantai untuk sampai ke lantai satu tidak terlalu sulit, tapi entah kenapa kaki ini menjadi semakin berat untuk di gerakkan.
Bahkan di tengah-tengah perjalanan menuruni tangga yang cukup sepi itu, aku justru terdiam, meratapi nasib buruk yang tak harus kudengar. Dokter mengaku jika ginjalku bermasalah. Iya, satu-satunya ginjal yang kupunya ternyata memiliki peradangan dan amat sangat beresiko untuk kehamilanku.
Awalnya aku tidak ingin melakukan pemeriksaan ini, tapi karena sudah di daftarkan oleh Habib dan akhirnya mendapat giliran untuk di periksa, aku pun tidak bisa menolak dan lekas masuk ke dalam ruangan.