Chereads / Dibalik Tanpa Cerita / Chapter 2 - Keputusan Terbaik

Chapter 2 - Keputusan Terbaik

April tahun ini... Aku adalah pelajar yang hampir tamat menyelesaikan pendidikan. Ketika aku harus memilh untuk pertama kalinya, diriku diambang bangga dan kesombongan. Mimpi mimpi yang tinggi aku yakini tanpa usaha dan doa. Bila masanya tiba, aku hanya bisa bertekuk lutut serta mengusap kepala.

Bodo amat... Aku saja cuek dengan keputusan yang diharapkan semua orang. Ku rasa baik baik saja, ini ringan, apapun itu bukan resiko juga bagiku. Modal lapang dada tanpa merajut doa, menentukan tujuan saja tanpa survey dan rencana.

Pukul 03.00 dini hari, aku melihat kegagalanku sendiri. Wajah manisku sewaktu menentukan pilihan kini menemui kegelisahan, aku tak menyangka dengan keangkuhanku, meski tak terdengar namun angkuhnya pemikiranku dirasakan oleh diriku, lalu kemudian ditunjukkan oleh waktu sampai aku pun terdiam.

Aku tetap tak merasa salah, sebab aku tidak besar kepala di hadapan orang, aku cukup meyakini diriku bahwa aku hebat dan mampu, tapi kenyataannya bukan seperti itu.

Ku coba memperingatkan diriku. "Sebaiknya tidak usah banyak bicara dan memikirkan gaya, padahal usaha tak pernah, doa pun dianggap lemah."

Entahlah, apa benar atau salah kalau peringatan untuk diriku itu tepat. Ujungnya aku memang harus sujud, tabah, dan pasrah.

Pernah ku alami... "Tidurku tak beraturan. Pikiranku terbentur ke kiri dan kanan. Angan angan tiada kejelasan. Takaran hidup mulai ku bandingkan. Antara menangis syukur dan keterpurukan."

Dalam keadaan seperti ini aku masih tak ada kapok kapoknya menghubungi masa lalu yang pernah jadi tujuan hati. "Apa kabar ?" "Baik." "Hasilnya bagaimana ?" "Alhamdulillah"

"Memilih bukan karena kualitas tempatnya, melenceng dari minat, melainkan maksud hati ingin bertemu seseorang di suatu saat."

Tidak ku sangka, ternyata masa lalu dapat berguna, pendorongku untuk bangkit lagi menyudahi perasaan gagal ini semata mata semangat muncul kembali.

Ramadhan 1442 Hijriyah... Kali ini aku serius. Meluruskan niat, menegakkan kepala untuk mengambil satu kali lagi kesempatan. Aku yang kebingungan butuh dukungan, keraguan dan ketakutan berusaha ku hilangkan dengan keyakinan pada sang maha kuasa yang menentukan segalanya.

Bulan suci penuh harapan. Mengharap mimpi jadi kenyataan. Setiap malam menangis kala menadahkan tangan. Mengingat asma Tuhan agar menyertaiku dalam setiap perjalanan.

Tapi... Belum tiba waktunya malah tergesa gesa dengan yang lainnya. Memang sebelumnya memikirkan masa depan namun tak disangka bayang bayang seseorang bertamu pada pikiran.

Ku dengar kawan kawan seperjuangan sudah merampungkan sekumpulan tes kemampuan yang jadi tantangan.

Giliranku bersiap untuk mempertaruhkan angan angan...

30 april aku mengawali tidurku, agar esok bisa bangun sebelum matahari terbit, akan tetapi malam itu justru menjadi malam terberat bagi isi kepalaku. Mata yang sulit terpejam dengan pikiran berantakan. Di atas bantal hanya berbaring sampai kepala ini pusing, terlentang semalam pun belum mengistirahatkan badan.

Memasuki 1 Mei,cukup satu kali ini aku mendatangi kamar mandi sambil bermain bersama air untuk menyegarkan badan serta membendung kepanikan. Pukul 04.30 aku bersiap di depan rumah sambil menunduk dan berdoa.

Dari awal perjalanan aku menyebut asma Tuhan yang maha esa. Ku lalui jalanan masih sejuk dan sepi, langit saja belum berwarna jingga merona dari timur.

Tepatnya tanggal mainku dimulai... Aku berada pada lokasi kejadian untuk siap berjuang meraih asa. Pagi hari pukul 06.45 permainan dimulai. Menaiki tangga beriringan serta mengadu nasib yang sama dengan yang lainnya.

Tangan gemetar dan otak diperas sekeras kerasnya, tak luput pula pikiran...

"Ayo berpikir agar kamu berhasil, orang yang dari dulu ingin kau temui harus terwujud suatu saat nanti."

Menjalani tes untuk masuk ke tempat tujuan sembari meyakini kehendak tuhan dan yang kedua mengingat bayangan seseorang. "Kalau rezekinya aku bisa lolos dan berada ditempat ini aku akan bisa menemuinya, aku juga bisa menyapanya sewaktu waktu."

Perang melawan ratusan soal selesai pukul 11.30... Keberagaman cara untuk berpikir telah tersingkir.

Waktunya otak untuk diutak atik telah berakhir. Hendak meninggalkan ruangan aku kembali memohon dan berserah pada tuhan yang mulia agar usaha yang ku lewati dipertemukan dengan hasil membanggakan.

Sehari setelah itu semua beban langsung terbang melayang. Tidurku kembali normal dan keseharianku lepas dari tuntutan.

Tetapi masih ada rencana lagi... Aku juga mengawali tidurku, targetku ialah bangun tengah malam dan akhirnya dibangunkan oleh alarm ponsel.

9 Mei, empat hari menjelang hari raya Idul Fitri... Doa doa serta ucapan bermakna aku kirimkan pada orang yang semestinya bukan ku anggap siapa siapa. Ku ingat balasan darinya... "Amin ya Allah, semoga doa baik kembali nang awakmu."

"Awakmu yo semangat sisan kuliah e."

Melihat chat itu membuat semangat menjalani pagiku. Perasaanku masih menganggapmu sebagai orang penting dalam daftar hidupku. Pesanmu tak hanya membakar semangat dan gairahku, tapi juga memunculkan asumsiku ada pada satu lokasi dengan dirimu. Sebab hari ulang tahunmu, aku terbayang akan sosokmu yang lama ku rindu.

Cukup larut sampai disitu dan syukurlah semua lancar dan baik baik saja.

Satu bulan kemudian... Penantian yang jarang dinanti akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Yang dulunya datang, laksanakan, lalu lupakan akan menerima imbalan.

Kemarin ada acara terakhir, perpisahan SMA. Senang senang kali ini demi memuaskan hati sebab akan sulit untuk bertemu kembali di lain hari.

Senin 14 Juni 2021... Sore ini menjadi hari penting yang dinantikan semua orang...

Pengumaman sungguh mendebarkan, aku yang belum siap melihat kenyataan justru mendahulukan waktu untuk menghubungi satu per satu temanku. "Yo'opo hasile ?" "Hasilmu piye ?" "Wes ndelok hasil e ta ?"

Hmm... Variasi jawaban membuat jantung berdebar. Sebagian "Selamat, alhamdulillah" dan yang lainnya "Semangat, jangan menyerah"

Dan ketika aku membukanya....

Selebrasi dan teriakan puasku mengagetkan rumah. Berjingkrak lega sampai menusuk telinga tetangga.

Tak disangka. Takdir tanpa diduga. Semua karena doa. Sekecil apapun usaha. Inilah kejutan dari Tuhan yang maha kuasa.

Baiklah, secukupnya saja. Masih ada jalan lain setelah rasa bahagia sekarang atau mungkin diri ini perlu bersiap dan berbenah lagi, jawabannya pasti, jangan sampai cukup sampai disini.

Peringatan...! Ada lagi yang perlu ditengok, ini menganai cara bodoh mengejar cinta, padahal sudah sangat jelas ujungnya lara. Cinta yang tak wajar sampai berekspetasi melewati batasan hingga menyandingkan masa depan dengan tempat tujuan.

Yang aku tuju bukanlah tempatnya. Aku buta dengan kualitas dan kehidupan disana. Konsepnya saja tak aku pikir secara logika. "Karena keinginan yang tak jelas artinya hanya akan membuahkan binasa."

Namun ku sadar diri... Allah mengetahui Allah memberkahi. Allah menyertai. Allah mengatur rezeki. Allah mengabulkan. Allah mengizinkan. Allah mengatur urusan.

"Walau sebelumnya hati kecil ingin ada di lokasi bersama orang yang jadi mimipi namun tidak terbukti."

Sudah sama sekali tidak aku sesali, yang ku rasakan sekarang bahagia dan bersyukur atas dikabulkannya doa dan mimpi yang menjadi pasti. Meskipun harapan tinggal dengan kesayangan bayangan tak tersampaikan.

Otomatis lupa dan tak menengok waktu yang berlalu. Aku telah berhasil, pilihanku sungguh cocok, Tuhan menerima permintaanku. Dari sini aku mendapat hidayah, bahwa niat dalam hati sangatlah mudah terbaca oleh tuhan yang tahu segalanya. Begitu pula dengan maksud serta hajat yang ku buat, rencana bisa dibelokkan oleh yang mulia.

Tidak sanggup aku mau bilang apa dengan keputusan terbaik...

Terima kasih tuhanku, engkau telah membawaku dan menempatkanku pada tempat yang tepat. Akhirnya aku pun sangat senang dengan keadaan saat ini, aku dikelilingi orang orang baru yang menginspirasi, membuatku berkembang, menjadikanku senang bila menerawang tujuan masa depanku.

Karena kehendakmu, aku terselematkan dari cinta buta yang sebesar manapun usaha tak akan sanggup merubah hidupku dan hidupnya.

Semenjak aku menerima keputusan terbaik dari tuhanku, perlahan merasa...

"Andaikan aku berada satu tempat dengan dirinya, bukan mustahil bila fokus serta tekadku akan kabur karena masih ada rasa yang membekas sekian lama untuk dikejar sampai bisa mendapat hatinya."