Chereads / Dibalik Tanpa Cerita / Chapter 3 - Dalam Bayangan

Chapter 3 - Dalam Bayangan

"I know and i see you in the shadow."

Aku tahu apa itu salah dan apa itu benar

Aku paham apa itu kebaikan dan apa itu keburukan.

Kebaikan bisa jadi salah dan keburukan bisa berarti benar.

Seperti kota pada malam hari, langit berubah menjadi gelap namun kota justru mengumpulkan para cahaya dari lampu yang berpijar untuk menerangi siapa saja yang lewat.

"Hanya kota mati yang sinarnya tak pernah menyala pada malam hari."

Sebuah bayangan yang tak menampakkan wujudnya pada terang benderang, namun tersimpan pada kegelapan dan hanya remang remang yang dapat mengetahuinya.

Bayangan yang memilih untuk bersembunyi di dalam gua, enggan memperlihatkan wujudnya. Bayangan itu menjadi suatu personal yang tak butuh pengetahuan sosial.

Semua orang menganggap jika bayangan itu maya.

Semua orang mengira bahwa bayangan itu tidak berguna.

Semua orang mengakui jika bayangan itu tidak memberi apa apa.

Namun bayangan itu tidak mendengarnya.

Tidak memperhatikan ocehan mereka.

Bayangan itu tetap berjalan walaupun tidak ada yang mengakuinya.

Bayangan itu adalah kebaikan yang tertutupi tirai keburukan dan kasih sayang yang sengaja dihalangi dengan tindakan diam.

Bayangan yang punya tekad memperjuangkan kebaikan namun tak secara langsung menunjukkan di depan mata, tapi menutupi kebaikannya dengan tirai yang bisa di cap buruk agar kebaikannya tak terlihat.

Kebaikan itu sangat berempati namun kebaikan itu tak pernah menjalin komunikasi.

Kebaikan itu sangatlah berarti tapi tak pernah datang untuk unjuk gigi.

Kebaikan itu bergerak layaknya orang bisu.

Kebaikan itu hidup seperti orang tanpa nafsu.

Kebaikan dilandasi dengan niat dari hati bukan keinginan untuk dipuji.

Kebaikan itu tak pernah diperlihatkan pada siapa saja.

Kebaikan itu adalah kebohongan yang menipu semua orang dengan label buruk yang dikenal.

Tetapi kejujurannya pada diri sendiri tak pernah terkhianati, karena terdapat slogan bahwa

"kebaikan akan terbawa hingga mati."

Melihat apa yang dilakukannya saat ini dan menyadari siapa dan seberapa hebat dirinya sendiri.

Tujuannya adalah melakukan hal baik serta menjauhkan hal buruk, bahkan seutas pikiran dan sepenggal kata yang tak bijak akan dicegah.

Sama sekali tak menghitung dan menyadari perilaku baik selama hidup, yang terpenting adalah memahami dirinya sendiri dan senantiasa berbuat baik dalam segala hal.

Jasanya tak pernah dikenang.

Jiwanya tak butuh banyak dukungan.

Pengorbanannya tak ingin di abadikan.

Hal hal baik sama sekali tak ingin dipuji.

Tindakan bijaknya tak ingin dihargai.

Cukup dirinya saja yang terlihat oleh orang orang, tetapi kebaikan ada dibalik layar.

Kebaikan adalah cerminan harga diri.

Kebaikan adalah nilai yang tak bisa dicari.

Kebaikan bukan untuk dijual, namun dipelihara hingga nyawa lepas dari raga.

Kebaikan bukan pula terbentuk dari sepenggal kata melainkan tindakan nyata.

Kebaikan yang sebenarnya itu dari diri  sendiri untuk orang lain dengan niat semata mata karena tuhan. Bukan dari diri sendiri untuk orang lain dengan niat untuk publikasi.

Kebaikan bukan untuk pameran.

Kebaikan tidak digunakan untuk hiburan.

Mata yang tak pernah menatap layar kaca melainkan hati yang merasakan tusukan dari lidah dan diri sendiri yang rela hancur demi menegakkan kebaikan.

Begitu pula dengan kasih sayang.

Kasih sayang yang begitu dalam.

Mencintai tanpa kata rindu melainkan mencintai dengan cara berkorban demi kebahagiaan seseorang.

Kasih sayang yang terbungkam karena kemauan diri sendiri, tak peduli raga tak berdekatan asalkan segalanya tentang satu orang selalu tersimpan dalam hati.

"Loving in the shadow."

Kasih sayang yang tak pernah mengharapkan rasa yang kembali. Kasih sayang bukan hanya sekedar mengasihi namun menuntun untuk menjadi seseorang yang dicintai menjadi orang terbaik suatu saat nanti.

Rasa yang diperjuangkan bukan untuk dinikmati bersama melainkan rasa sayang yang diutamakan semena mena untuk satu orang dengan maksud menghidupi dan mengambil alih semua beban. Sebuah cara merebut hati bukan untuk tempat kenyamanan tapi untuk tempat kepercayaan.

Mencintai itu diam, memikirkan, terkadang perlu menangis di tengah malam lalu kembali berjuang memberi kehidupan yang berarti pada seseorang yang benar benar penting, orang yang layak dilindungi serta orang yang layak untuk diberi kemapanan.

Bukan menjadi budak cinta melainkan menjadi pahlawan hati yang tak pernah dikenal. Segala keputusan telah dilalui dan semua pengorbanan hanya untuk satu orang.

Mencintai menggunakan hati yang tulus.

Setiap berbuat selalu berpikir kritis.

Menghadapi segalanya dengan analisis.

Rasa cinta dan tindak kasih sayangnya tak pernah diceritakan pada siapa saja dan rasa sakit atas perjuangan dan pengorbanannya demi satu cinta tak pernah diungkapkan pada orang yang dicintainya. Cintanya sangat besar tapi caranya untuk mencintai seperti ilusi, tak terlihat namun bisa dirasakan oleh seseorang.

Bergerak tanpa jejak.

Eksekusi tanpa menampakkan diri.

Mata melihat.

Hati merasakan.

Mulut diam.

Tidak banyak orang yang jujur dalam perbuatan salah dan jahatnya, kejujuran itu hal langka dan kebajikan adalah peliharaan yang tidak boleh dilepaskan.

Bohong dalam berbuat baik lebih menjadi pilihan manusia sedangkan jujur dalam berbuat salah merupakan rasa malu manusia.

Kebaikan manusia belakangan ini menjadi modus belaka untuk mendapat sanjungan para manusia lainnya, kepalsuan yang merajalela. Cinta tidak lagi karena rasa tetapi cinta karena kata kata, cinta yang setia pada harta bukan pada pengorbanannya.

Kebaikan palsu selalu ingin dilihat oleh ribuan manusia lemah dan tidak yang tak luput dari salah, kebaikan palsu sama sekali tak merasakan adanya tuhan yang maha esa yang sempurna dan melihat segalanya.

Entah mereka lupa atau disengaja, yang terpenting bagi mereka adalah lebih baik terlihat baiknya daripada terlihat buruknya.