Bab 330
Dafi masih tertawa melihat aku yang masih penasaran menunggu jawabannya.
"Yes, benar sekali. Aku juga gak menyangka bisa bertemu kamu di sini. Ternyata kita satu universitas," jawab Dafi.
"Ya, ampun. Gak nyangka, ya. Bisa kebetulan begitu."
"Bisa dong, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Yang gak mungkin terjadi itu melihat telinga sendiri tanpa bantuan alat atau orang lain."
"Sok puitis, tapi benar juga sih," batinku.
"Jadi bagaimana? Mau pulang bareng, gak? Sekarang sudah tahu kalau kita satu arah, kan? Jadi gak bakalan merepotkan aku kalau cuma mengantar kami pulang."
Aku mulai bimbang jadinya. Ikut apa tidak, ya? Setelah berpikir beberapa detik, aku pun memutuskan untuk ikut dengan Dafi. Gak ada salahnya juga, kan?
"Mana helmnya?"
Dafi memberikan helm berwarna biru yang disimpan di dalam jok motornya. Aku pun naik ke motornya sambil memakai helm tersebut.