Bab 23
"Sepertinya harus diundurkan lagi, Sarah. Tak mungkin aku menikah jika mamaku keadaannya seperti itu," jawab Erik membuat Sarah kecewa.
"Mengapa wanita itu tidak mati saja sekalian?" pikirnya dalam hati.
Sarah kecewa, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa untuk saat itu. Walaupun dia harus menanggung malu karena sudah kadung menyebar undangan ke beberapa teman terdekatnya.
"Kami minta maaf, Sarah. Om juga gak menyangka jika Tante kamu akan mengalami hal seperti ini," ucap Heru ikut meminta maaf agar Sarah tak marah.
"Gak papa, Om. Sarah mengerti, orang tua Sarah juga pasti mengerti. Om tenang saja, kita akan sabar menunggu sampai Tante sembuh," sahut Sarah sambil memasang senyum manis nya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Sarah membaca nama si pemanggil yang tertera di layar ponselnya.
"Om Ronggo," desis Sarah.
Dia pun segera mengangkat panggilan itu, Erik memperhatikan raut wajah Sarah yang langsung memucat setelah beberapa saat menerima panggilan tersebut. Erik yakin kalau si penelepon itu menyampaikan kabar soal kaburnya Joya dari dekapan mereka.
"Kamu kenapa, Sarah? Kenapa wajahmu pucat seperti itu?" tanya Erik.
"Oh, gak papa. Aku cuma pusing aja. Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu. Ada pekerjaan yang harus aku kerjakan. Permisi Om, Erik."
Sarah menjawab pertanyaan Erik dengan gugup dan langsung kabur begitu saja meninggalkan Erik dan Heru yang tampak tersenyum senang melihat kepergian Sarah.
Mereka pun masuk ke dalam ruang ICU. Tampak Helena sedang duduk bersantai sambil membaca majalah di atas tempat tidurnya. Helena pun tersenyum begitu melihat kehadiran Erik dan Heru suaminya.
"Bagaimana, Pa. Apa Sarah percaya?" tanya Helena.
"Sementara berhasil, Ma. Tapi kita harus waspada. Bisa saja dia menyuruh anak buahnya untuk memata-matai kita di sini," kata Heru mengingatkan.
Erik juga setuju dengan ucapan papanya itu. Sarah pasti tidak akan menyerahkannya begitu saja. Dia pasti akan terus mengawasi keluarganya.
Tak lama ponsel Erik juga berdering, ternyata Kita yang menelepon. Segera dia mengangkat panggilan dari kekasih hatinya tersebut.
"Halo, Sayang. Bagaimana keadaan kamu?" tanya Erik.
"Alhamdulillah, aku baik-baik saja, Rik. Hm, aku punya rencana untuk menjebak Sarah, tapi aku butuh bantuan dari kamu," jawab Joya.
"Oh, ya. Apa itu? Aku pasti akan membantu kamu dengan sekuat tenagaku," jawab Erik antusias.
Joya pun menerbangkan rencananya secara jelas dan terperinci.
"Apa itu tidak berbahaya, Joya? Aku takut kamu kenapa-kenapa nanti?" tanya Erik dengan khawatir.
"Tidak, aku akan hati-hati. Kita laksanakan rencana ini besok, ya."
"Baiklah, kami hati-hati." Erik pun mengakhiri panggilannya laku menceritakan rencananya Kita pada Heru dan Helena.
Mereka berharap kalau semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana.
------
"Halo, siapa ini?" Sarah bertanya pada si penelepon.
"Kamu pasti kaget jika tahu siapa aku," jawab Joya sambil tertawa.
Dia sedang menelepon Sarah setelah di beri nomor teleponnya oleh Erik.
"Jo-joya? Dari mana kau tahu nomor teleponku?" tanya Sarah panik.
Tentu saja dia panik, sebab tidak semua orang tahu nomor teleponnya. "
"Mengapa Joya bisa tahu, apa Erik yang memberitahunya?" batin Sarah.
"Kau tak perlu tahu, yang pasti aku ingin bertemu denganmu empat mata hari ini!" kata Joya.
"Hari ini, aku tak bisa ke sana?" jawab Sarah.
"Tenang saja, aku tahu kau bakal menolak jika bertemu di Surabaya. Aku ada di Jakarta sekarang, jadi kita bertemu hari ini di Mal," Joya pun menyebutkan tempat yang akan mereka jadikan tempat untuk bertemu.
Sarah pun akhirnya setuju, setelah selesai bicara dengan Joya dia segera menghubungi Ronggo untuk meminta pertolongan.
"Tenang saja, Sayang. Kali ini gadis itu tidak akan selamat!" kata Ronggo dengan yakinnya.
Sarah pun merasa tenang dan segera bertolak menuju ke mal untuk menemui Joya.
Sementara itu, Joya sudah standby di tempat janji bertemu dengan Sarah. Dia sudah tiba lebih awal agar bisa mengawasi keadaan. Erik dan Heru serta saudaranya yang lain juga sudah ada di sana. Mereka memakai penyamaran ala-ala detektif James Bond agar Sarah tak mengenali mereka.
Sekitar setengah jam kemudian Sarah tiba di lokasi. Dia celingukan mencari keberadaan Joya. Tempat itu sangat ramai, Sarah sampai kebingungan mencari Joya.
Untung saja Kita meneleponnya sehingga Sarah bisa dengan mudah bertemu dengan Joya. Mereka bertemu di sebuah kafe yang akan begitu ramai.
Joya duduk di meja yang terletak di tengah ruangan. Di meja kiri dan kanannya duduk Heru dan anak-anaknya.
"Silakan duduk, Sarah!" sambut Joya dengan santai.
Sarah mengawasi keadaan sekelilingnya, dia sedang memastikan anak buah Ronggo sudah mengikutinya. Senyum nya terbit begitu melihat anak buah Ronggo sudah memasuki kafe dan mengambil posisi bersiap untuk menculik Joya kembali.
"Berani sekali kamu, tidak takut aku culik lagi?" ucap Sarah.
Joya tersenyum mendengar ucapan Sarah.
"Kena kau, Sarah!" gumam Joya.
"Apa kau bilang?" tanya Sarah melihat Joya bergumam barusan.
"Tidak apa, aku tak takut. Buktinya aku berhasil kabur dari sekian anak buahmu, kan?" pancing Joya.
Sarah tertawa lalu berkata kalau itu hanya kebetulan.
"Sekarang kau akan menyesal karena berani menemuiku, Joya. Kau lihat para pria di ujung sana. Mereka itu anak buahmu dan mereka bersenjata. Kalau kau berani macam-macam, kau akan mati kali ini!" ancam Sarah.
"Aku tak takut, kau lihat segerombolan pria yang berdiri di depan pintu masuk itu? Mereka polisi dan sekarang sedang menunggu untuk menangkap basah kau dan anak buahmu," jawab Joya.
Sarah melihat ke arah pintu masuk, memang benar ada sekitar sepuluh orang pria sedang berdiri sambil mengobrol santai. Namun, mata awas Sarah tahu kalau Joya tak berbohong.
Mereka itu memang polisi, wajah Sarah langsung memucat. Lebih terkejut lagi saat Heru dan Keempat anaknya membuka penyamaran mereka.
"Ka-kalian!" serunya tak bisa berkata-kata lagi.
"Aku tak menyangka sikapmu begitu buruk, Sarah. Ternyata kamu dalang dari penculikan Joya selama ini. Lalu kamu ingin masuk ke dalam keluargaku, jangan mimpi kamu, Sarah!" kata Erik dengan dengan marah.
Sarah panik, lalu berusaha melarikan diri. Dengan cepat Joya mengejar dan menangkap Sarah. Anak buah Sarah yang akan kabur juga telah ditangkap para polisi yang sudah menunggu di depan pintu sejak tadi.
Kejadian itu menarik perhatian para pengunjung. Bahkan ada yang merekam kejadian tersebut lalu menyebarkannya ke internet. Dalam sekejap wajah Sarah dan Joya jadi terkenal.
Sarah pun digiring ke kantor polisi, demikian juga dengan semua anak buahnya. Erik, Joya beserta keluarga Kusuma juga turut ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.
Joya bersaksi dan menceritakan kronologis dua kali penculikan yang dialaminya. Saat pemeriksaan sedang berlangsung, Ronggo datang menjenguk Sarah. Namun, dia tak bisa bertemu karena Sarah sedang dalam proses pemeriksaan.
Ronggo mencoba mengintimidasi keluarga Kusuma, tapi Heru tak takut dengan ancaman dari Ronggo. Terlebih saat itu mereka sedang berada di dalam kantor polisi. Ronggo akhirnya pulang dengan tangan hampa.
Bersambung.