Samsul masih menimbang-nimbang, dalam lamunan. Ia dituntut untuk segera mengambil keputusan. Tidur atau tetap terjaga.
Samsul memutuskan untuk menghitung jumlah kambing yang berhasil melompat pagar kayu rendah. Pada hitungan ke sebelas menuju ke dua belas,
Dheg!
Dengan gamblang gendang telinganya ditabuh suara derap langkah kaki yang berjalan serentak. Gelombang suara itu makin lama makin membesar. Ia memperkirakan sumber suara itu dari arah depan. Dan itu berarti sangat dekat dari posisinya sekarang.
Sial! Pekiknya tertahan. Ia tak punya waktu untuk menerka-nerka siapa sejatinya sang pemilik suara. Sekelebatan kilat ia bangkit dan berlari menuju kamar. Tubuh yang tegap itu menghempas di atas ranjang. Ia menutup telinganya rapat-rapat dengan bantal.
"Asu!" pekiknya mengutuk apapun suara itu.
Mukadimah teror belum berhenti. Bukan hanya makin kencang, suara derap kaki itu makin lama makin terasa merambat mendekatinya. Pemilik suara itu seolah mengejarnya.