Sonia masih diam menatap tali kosong sebelum ia menyadari sesuatu di belakangnya tengah bergerak, Sonia menoleh memperhatikan sekeliling, satu persatu anak perempuan itu terbangun dari tempatnya. mereka menatap Sonia yg masih tertegun. serempak mereka menunjuk Sonia
Sonia tak tahu apa yg terjadi karena ratusan anak-anak itu menunjuk seraya membuka mulut seakan ingin mengatakan sesuatu hingga Sonia menyadari di belakangnya ia merasakan sesuatu sedang berdiri di sana kehadirannya begitu dingin, perlahan Sonia menoleh saat sosok itu menghisapnya
Sonia tersentak dari tidurnya, ia menatap Rizky di bangku kemudi yg kemudian tersenyum tak enak saat melihatnya. "Maaf Mir, Rizky baru bisa nyetir, jadi ya gini masih kasar" kata Guntur di samping bangku Rizky
Eka menatap Sonia, ia meminta agar Sonia kembali tidur karena ia yang paling terlihat begitu lelah. Sonia mengangguk sebelum matanya bertemu dengan mata Maria. sejak awal entah kenapa Sonia merasa tak nyaman saat berada di sekitarnya, dan tampaknya perasaan ini tak akan berubah
ada hal-hal yg membuat Sonia merasa ada yg janggal dari seorang Maria, meski ia tak pernah melakukan apapun yg membuat Sonia tak suka tapi di dalam dirinya seakan ada yg membuatnya harus menjaga jarak, sesuatu yg tidak bisa Sonia cari jawabannya.
Rizky menghentikan mobil, di depannya ada anak-anak yg di pandu oleh seorang guru menyebrang jalan, Sonia menatap anak-anak itu, ia teringat dengan mimpi-mimpi tentang anak yg terus berulang-ulang datang kepadanya, Sonia tak tahu maksud mimpi-mimpinya.
di tengah pikiran kacaunya, tiba-tiba Sonia merasa aneh, semua yg ada di sekitarnya mendadak sunyi, semua orang bergerak dengan semestinya namun tak ada satupun suara yg bisa Sonia dengar. Sonia menatap sekeliling, memperhatikan satu-satu namun tetap saja. hening.
wajah kebingungan Sonia tak di sadari oleh yg lain, namun Sonia merasakan akan terjadi sesuatu yg tak enak, benar saja, dari jauh sebuah Truk besar tengah melaju kencang menuju anak-anak yg tengah menyebrang, Sonia tercekat ia berusaha membuka pintu mobil untuk memperingatkan,
namun aneh, pintu mobil seakan terkunci dan semua berjalan dengan sangat cepat karena setelah semua itu terjadi, Sonia kembali mendengar suara-suara itu, suara Eka yg tengah menjerit, di depannya, anak-anak itu tewas di lindas truk, sekilas Sonia melihat Maria tersenyum
semua orang yg ada di dalam mobil buru-buru keluar termasuk warga sekitar, Sonia tertegun berjalan mendekat, langkahnya lunglai melihat darah membanjiri jalanan, Sonia melirik Maria yg masih duduk di dalam mobil, Sonia yakin menangkap suara aneh dari bibir Maria, hanya suara itu
Maria seperti membaca sesuatu, dan di keheningan itu Sonia hanya samar-samar mendengarnya, Rizky akhirnya menarik semua temannya pergi, ia cepat-cepat menjalankan mobil, Eka masih histeris, menyaksikan kejadian itu di depan matanya benar-benar melukai perasaannya.
Maria menenangkan Eka, ia ikut menangis dan berkata bahwa ia tak bisa keluar karena terlalu takut melihat darah, namun Sonia memperhatikan tatapan Maria yg tertuju kepadanya, ia sedang menghina dirinya. anak ini seperti tengah menantangnya.
mobil kembali melaju. setelah kejadian itu tak ada satupun orang yg berbicara, semua memilih untuk diam. bergelut dengan pikiran masing-masing. setelah menempuh perjalanan berjam-jam sampailah mereka di pemberhentian terakhir.
"ambil yg perlu aja. yg paling penting persediaan airnya, jangan sampe kehabisan sebelum sampai di puncak. ngerti" Sonia menatap toko peralatan itu, Rizky dan yg lain melangkah turun, Sonia akhirnya ikut. ia masih mengawasi Maria namun gadis itu memilih untuk menyendiri.
Sonia mendekati Eka yg tengah sibuk memilih bahan yg harus dia bawa, "Kalian itu sudah kenal lama sama Maria?" Eka menoleh menatap Maria yg memilih untuk berdiri di samping mobil sebelum menjawab pertanyaan Sonia, "sudah sih, ini kali ke 6 kami naik ke gunung ini" kata Eka,
"tapi denger-denger ini kali ke 14 Maria naik ke gunung ini, dia itu suka banget sama gunung tapi anehnya dia cuma mau mendaki gunung ini, aneh kan?" Sonia hanya mengangguk, ia tak mengerti, untuk apa seseorang menghabiskan waktunya di satu gunung ini.
Sonia ikut mengambil persediaan sebelum matanya teralihkan pada wartel di samping toko, ia menatap penjaga toko bertanya apakah ia bisa menggunakan telepon itu, "bisa mbak, silahkan" kata si penjaga toko Sonia memasukkan nomer telpon tujuan sebelum bicara, "halo mbak, ini Sonia"
seseorang di seberang telpon tiba-tiba berteriak kencang "ANJ*NG!! kemana aja, seenaknya ambil cuti, sudah sebulan gak balik!! cuti model apa sampe sebulan TAI!!" Sonia menghela nafas panjang sebelum mengatakannya, "maaf mbak, kayanya aku belum bisa balik" "belum bisa gimana??"
"ada yg harus aku cari dulu" setelah mengatakan itu, terjadi jeda cukup panjang di antara merekam sebelum orang yg ada di seberang mengatakannya. "ya sudah kalau itu maumu, ngomong-ngomong Riko mau bicara, kayanya ada yg mau dia sampaikan?"
Sonia terdiam sejenak sebelum mendengar suara lelaki yg ia kenal. "Mir, kamu di mana!! denger, aku kudu sampaikan ini" ucap Riko, suaranya seperti terburu-terburu, "Lindu Mir, Lindu, dia.." tiba-tiba suara Riko menghilang, "LINDU KENAPA RIK, RIK??"
Sonia masih tidak bisa mendengar suara Riko, dan setelah menunggu sembari Sonia berusaha menghantam-hantamkan gagang telepon suara Riko terdengar lagi, "LINDU BAKAR RUMAH JOGLO, TAK ADA SATUPUN ORANG YG SELAMAT, SEMUA MATI MIR, LINDU BUNUH SEMUA ORANG!!" telepon terputus
Sonia mencoba menghubungi nomer itu lagi namun tak berhasil dengan langkah tergopoh gopoh, Sonia melangkah keluar sebelum Rizky dan yg lain mencoba bertanya ada apa dengan dirinya, kenapa setelah telepon Sonia terlihat gusar, namun Sonia menolak bercerita, ia harus pulang
saat keluar dari toko, Maria menghentikannya ia berdiri di depan Sonia dan mengatakannya. "Adikmu baik-baik saja, dia harus melakukan itu, lanjutkan saja pencarianmu, kau pikir sudah berapa lama aku menunggumu di sini, cari Rinjani demi adikmu dan penuhi takdirmu"
Sonia menatap Maria. Bayangan tentang apa yg ia ucapkan masih terngiang-ngiang di telinganya. "Codro. Aku mengenalnya. Dia yg membawaku sampai di titik ini. Bukan karena sebab tapi karena kita semua sudah terikat" Sonia tak mengerti ucapan Maria. "Kita semua?" Sonia bertanya.
"iya. Kita semua" "berarti bukan hanya kita berdua saja tapi masih ada yg lain?" tanya Sonia Maria menerawang jauh memandang bola mata Sonia sebelum bicara. "masih ada yg lain. Kelak, kita semua akan saling bertemu satu sama lain, layaknya jerat dalam dahan bunga Wijayakusuma."
"bersama, kita akan menuju babak akhir dengan kisah sendiri-sendiri" Maria memberikan senyuman, membuat Sonia semakin yakin bahwasanya Maria bukan orang yg sekelebat datang namun dia memiliki tujuan lain dan Sonia harus mewaspadai gadis ini.
Mobil kembali melaju. Menempuh perjalanan terakhir. Di lihatnya sebuah gunung tinggi besar di selimuti hutan gelap nan hitam, Sonia terpaku pada titik puncak yg semakin di lihat semakin terbayang jelas bahwa benar, Rinjani ada di sana sedang memanggil-manggil dirinya.
"sebelum mendapat nama baru, gunung ini dulu di panggil dengan nama gunung Sangkluk, karena bila di lihat sekilas menyerupai seorang Sangkluk" ucap Maria tiba-tiba, semua orang memandang Maria. "Sangkluk?" tanya Eka, "iya Sangkluk" kata Maria menatap semua orang.
, secara harafiah artinya seorang ibu pendosa yg memohon pada tuhan namun karena begitu hitam pekatnya selimut yg ada di tubuhnya ia menjadi lumpur namun terus menerus mengeras hingga menggumpal dan menadi gunung ini" "dongeng rakyat ternyata" sahut Guntur mencibir dari depan.
Maria tersenyum menyeringai membalas Guntur, "benar. Kadang dongeng rakyat memang berlebihan tapi tak semua dongeng yg di ceritakan itu bohong mungkin di sana ada seorang ibu pendosa yg menunggu untuk di bersihkan" Sonia menatap Maria, ia merasakan sentuhan dingin di tengkuknya
Mata Guntur dan Maria saling menatap tajam satu sama lain membuat Sonia merasa khawatir, ada sesuatu yg salah di sini, dan dia belum tahu di posisi mana ia berada. tak hanya guntur, Eka juga menatap tajam Maria seakan tak ada satupun yg terima dengan ucapan Maria.
Sonia masih teringat dengan perkataan Riko tentang Lindu yg membantai semua orang namun Maria berhasil meyakinkannya, ia bilang bahwa Lindu tak perlu di khawatirkan melainkan mata rantai antara Codro dan Rinjani harus di putus. mengetahui bahwa Maria tahu banyak tentang semua-
membuat Sonia mengurungkan diri kembali, ia sudah sejauh ini dan Sonia harus tahu apa hubungan antara bapak dan Rinjani sehingga detail ingatan kecil itu bisa kembali. datail yg akan membuka semuanya,
Mobil menepi setelah menanjak cukup jauh, di sebuah basecamp yg di kelilingi pohon besar seorang pria berseragam mendekati mereka. Rizky yg pertama keluar, ia mendekati pria berseragam itu, menatapnya, sebelum saling memeluk satu sama lain.
"Rizky Rizky" ucap si pria berseragam, Sonia dan yang lain kemudian mengikuti, si pria berseragam memandang semua orang menyapanya sembari tersenyum ramah. "selamat datang" katanya ramah, ia sempat menatap Sonia dan mengangguk sopan, namun wajahnya berubah saat melihat Maria.
tatapan ramahnya berubah menjadi tatapan geram terlebih saat melihat Maria keluar dari dalam mobil. Sonia tahu ada yg salah dengan semua orang yg ada di sini namun ia tak tahu ada apa dan kenapa semuanya menjadi seperti ini.
si petugas kemudian mengangguk pada Maria lalu pargi
Sonia mengawasi jalur pendakian. suara itu masih terdengar di telinganya. Meraung namun juga menangis, Maria tiba-tiba datang mendekati Sonia, "kamu adalah Catirahyana, salah satu putik bunga yg belum mekar" kata Maria, "aku berharap setelah ini selesai kita bisa bertemu lagi"
Sonia terdiam. lagi-lagi istilah aneh yg ia dengar dari mulut gadis ini. Sonia meninggalkan Maria karena percuma baginya setiap apa yg keluar dari mulutnya tak ada satupun yg ia mengerti terlebih percayai, gadis ini menyimpan sesuatu yg tidak mengenakan dan hanya Sonia yg tau.
Sonia melangkah masuk ke pos namun dirinya terhenyak menyaksikan Eka dan Guntur memasukkan kapak dan parang di dalam tas—Eka dan Guntur sama tertegunnya dengan dirinya. Semua mendadak menjadi canggung. untuk apa parang dan kapak itu. batin Sonia, terlebih Rizky bereriak "bunuh?"