Kini jarak Dita dan Tian begitu dekat bahkan Tian terpesona dengan permainan harpa dari jemari Dita. Tahan dirimu! suara hati Dita terngiang di telinga. Ia tidak boleh terburu-buru. Dirinya masih dalam penyamaran. Ia saat ini bernama Isabel, kekasih Frans. Mungkin embel-embel kekasih Frans terlalu berlebihan. Dia cukup diam jika tidak ditanya.
"Nona, Yang Mulia raja ingin berkenalan."
Dita tersenyum lalu memberi hormat pada sang raja. Andai saja ia bisa menyapa Tian dengan akrab seperti dulu saat mereka masih bersama. Sangat menggelikan ketika mereka yang dulu pernah sangat dekat, kini seperti orang tidak saling mengenal.
"Suatu kehormatan bagi saya, Yang Mulia."
Dita menikmati perannya sebagai hamba kerajaan. Bahasa tubuhnya sangat lihai memeragakan rasa hormat pada sang raja.
"Siapa namamu?" tanya sang raja.
"Saya Isabel, warga kerajaan ini."
"Permainan harpamu sangat bagus, kalau boleh saya ingin mendengarkan sekali lagi," pinta Yang Mulia Elnorez.
"Anda ingin lagu apa?" tawar Dita.
"Apapun," jawab Yang Mulia. Dita menelan ludah, ia merasa sangat canggung seperti bertemu mantan kekasih. Sekarang saja mereka belum putus tapi rasanya sudah lama tidak saling sapa.
Jemari Dita siap memainkan barisan senar berjajar membentuk nada dan irama. Lantunan nada terdengar, jika di dimensi manusia, lagu itu adalah milik Christina Perri. Dita masih malu untuk benyanyi. Dia merasa gugup, dilihatnya Tian adalah orang lain. Pria itu bukan lagi Tian. Wajah yang masih sama tapi lebih ketara ketampanannya.
Dita masih terus memetik harpa sampai beberapa warga kerajaan tertarik melihatnya karena permainan harpa itu langsung disaksikan sang raja. Mereka memberanikan diri mendekat demi menuntaskan rasa penasarannya.
Tepuk tangan terdengar saat Dita berhenti bermain.
"Bravo Isabel!" Ujar raja sambil bertepuk tangan diikuti warga lain yang menonton. Dita menutup mulutnya dengan tangan karena malu. Tak disangka banyak penguni aquarez yang menyukai permainan harpanya.
"Terimakasih, Yang Mulia."
Dita membungkuk memberi hormat pada sang raja. Bukan, makhluk itu bukan Tian. Orang itu sangat berbeda dengan perawakan Tian yang nyantai. Raja adalah pimpinan yang berwibawa. Jerat sang ratu membuat Tian berubaCh total. Tidak ada lagi senyum pria yang begitu ramah. Semua hilang tak berbekas.
"Baik, saya akan lanjut berkeliling."
Tian pamit diikuti barisan penghuni yang berkumpul mengagumi permainan Dita.
"Hai!" sapa seorang wanita cantik bersisik ikan warna jingga, sungguh bertolak belakang dengan warna air danau.
"Aku Airi, namamu siapa?"
"Aku Dit- Maaf, namaku Isabel."
"Isabel, kamu baru di sini?"
"Iya, aku baru pindah dari kerajaan laut," karang Dita.
"Wah, apa nggak susah napasnya? Padahal dari laut," ujar Airi.
"Nggak, aku mudah beradaptasi."
Dita juga heran saat tahu dirinya begitu mudah hidup dalam danau. Ia memang ini kerajaan gaib tapi hidup dan berkembang dalam air.
"Kamu hebat, udah gampang beradaptasi, pintar main harpa. Ayo kita berteman," ajak Airi. Dita tersenyum, ia bisa bergaul dengan mudah di kerajaan aquarez.
"Ayo, kita cari makan."
Untuk mencari makanan di kerajaan, sangat mudah. Buah menggantung bebas di pohon, tinggal petik untuk dimakan, bentuk dan jenis buah tidak jauh berbeda dengan di dimensi manusia.
Semua bebas tinggal menikmati hidup. Makan, beraktifitas, tidur, lalu ulang lagi di hari berikutnya. Minum? Kadar air mereka sudah berlebih.
"Isabel, kamu tinggal di mana?" tanya Airi setelah memetik dua buah untuk dirinya dan Dita.
"Aku membangun pondok di sebelah istana," jawab Isabel.
"Hebat sekali," ujar Airi.
Frans yang membuat pondok itu untuk tempat tinggal Dita selama di Aquarez. Airi tidak menanyakan hal tersebut, biar saja, yang penting ia sudah dikenal sebagai warga Aquarez untuk menjalankan misi merebut Tian kembali.
"Iya, aku ingin menjadi wanita perkasa yang siap bertempur kapanpun."
"Wah, berarti kamu siap ikut perang kalau Aquarez berperang melawan kerajaan laut?"
"Hah? memangnya ada?" tanya Dita kaget.
"Menurut desas - desus, akan ada peperangan di kerajaan ini karena prajurit lautam sering datang untuk mengawasi kehidupan di sini."
"Ya ampun, kehidupan di sini begitu tenang. Kenapa di serang?"
"Untuk itulah Yang Mulia Ratu kami mencari seseorang untuk menjadi raja agar dapat perlindungan dan kekuatan lebih untuk melawan musuh," terang Airi.
"Bukannya dia mencari orang tampan agar tidak kesepian?"
"Ada desas desus seperti itu tapi yang aku percaya adalah ratu mencari suami untuk melindungi kerajaan dari musuh," sanggah Airi.
"Itu cuma desas desus. Belum tentu benar," ujar Dita. Ia berani bilang begitu karena tahu faktanya. Tidak mungkin ratu sekuat itu minta perlindungan.
"Ngga cuma itu, pangeran Frans adalah musuh. Dia kaki tangan kerajaan laut. Tapi bukannya kamu dari laut?" tebak Airi. Dia menjauhkan diri selangkah dari Dita.
"Ya, aku hanya anak rumahan yang tidak mengerti apapun di dunia laut."
"Masa sih?"
"Iya, makanya aku berenang jauh sampai ke mari. Harusnya air sungai yang bermuara ke laut."
"Ini malah kebalik?"
"Ya namanya juga hidup, sesekali berpindah tempat, ganti suasana baru agar tidak bosan.Laut begitu membosankan bagiku, aku ingin suasana baru," ujar Dita.
"Baiklah, apapun itu aku senang kenal sama kamu."
"Hihihi, aku juga senang. Ada orang lain yang aku kenal di sini selain Frans."
"Frans? Pangeran?"
Dita menggeleng, "ada jutaan nama Frans di dunia ini."
"Syukurlah, dia terlalu tinggi untuk digapai," ujar Airi. "Udah ganteng, tinggi, sakti, ngga ada sisik ikan sama sekali, mulus!" lanjutnya.
"Yah, namanya juga pangeran, ngga mungkin kalau pangeran biasa-biasa aja."
"Kami tahu nggak, dia dulu pernah menumbuhkan pohon dan langsung berbuah saat kerajaan dilanda musibah limbah pabrik masuk ke danau ini."
"Oh iya?"
"Dia baik dan ramah, benar-benar idaman. Sayangnya untuk bersama dia harus dari golongan orang terpandang, bukan dari rakyat jelata sepertiku."
Mereka ngobrol sembari memakan buah yang sudah dipetik. Hanya sekali makan cukup untuk satu porsi bisa kenyang sampai waktu makan berikutnya.
"Oh iya, besok adalah hari penobatan raja Elnorez. Datang yuk, ke halaman depan istana?" ajak Airi.
"Besok?"
"Iya, kamu dandan yang cantik siapa tahu dilirik pangeran Frans."
"Aku mau datang, apa kata besok aja."
"Mainkan harpamu besok, aku ingin dengar lagi."
"Kalau bisa aku ingin membawanya ke depan istana," harap Dita.
"Agak susah, ya sudah, besok kamu langsung datang aja. Aku tunggu saat terompet kerajaan mulai memanggil kita."
Panggilan bagi penduduk adalah terompet sebagai tanda akan diadakan acara. Semua penduduk harus datang. Dita yang menjadi "warga" Aquarez tentunya wajib mengikuti acara tersebut.
****
Aquarez di bawah kepemimpinan Raja Elnorez. Penobatan akan dilaksanakan hari ini, semua warga diundang ke istana termasuk Isabel yang sudah tercatat sebagai warga Aquarez. Isabel alias Dita dengan gagah berani mampu menghadapi raja Elnorez.
Begitu terompet ditiup oleh petugas kerajaan. Warga sementara menghentikan aktifitas, mereka harus datang mengikuti penobatan sang raja pemimpin baru mereka.
Dita menghela napas, mau tidak mau ia harus datang dengan langkah gontai dan di depan matanya harus melihat sang ratu bersanding dengan Tian miliknya. Tian yang setidaknya pernah bersanding dengan dirinya sebelum terkena jerat ratu penggoda.
Ratu Oseanna keluar menuju halaman istana tepat di sebelahnya ada raja Elnorez memandang lurus ke depan. Tian tidak lagi mengingat Dita. Nekat, ia memanggil Tian dengan suara keras.
"Tian!" seru Dita dengan berani.
Bersambung.