Chereads / Queendom in The Water / Chapter 10 - PQ - 10

Chapter 10 - PQ - 10

Semua menoleh ke arah Dita termasuk ratu Oseanna.Tian tidak bergeming, dia hanya menghela napas lalu mengangkat dagunya agar kesan berwibawa semakin terlihat. Frans panik, tubuhnya segera menghilang lalu berpindah tepat di sebelah Dita.

"Jangan terburu-buru," bisik Frans.

"Oh, kamu ingat teman saat di tempat tinggal yang lama?" ia mengalihkan perhatian.

"I-iya," Dita tergagap. Tadi ia refleks memanggil raja dengan nama Tian. Untung saja, Frans mampu membuat perhatian warga teralihkan. Sayangnya, Dita jadi kurang nyaman berada di situ. Dirinya adalah Isabel, pacar Frans.

"Sorry, agak menggebu karena..."

"Isabel," sapa Airi. Poni lurus sedahinya sedikit terkibas aliran air.

"Iya?" Dita menjawab sekenanya.

"Pangeran Frans?"

Sudah Dita duga, Airi datang karena ingin dekat dengan pangeran.

"Iya, ini Isabel pacarku."

Frans langsung menjelaskan tanpa diminta. Kalimat itu membuat Airi sedikit kecewa. Baginya mimpi menjadi istri pangeran sudah cukup tinggi.

"Isabel ngga bilang kalau dia pacar sang pangeran," ujar Airi.

"Masa mau bilang ke semua orang? Santai aja, itu privasi," ujar Dita dengan nada ramah dan malu. Dia sekarang masih dengan status pacar Frans.

"Sudahlah, kita lihat saja penobatan dari sang raja," tutup Frans untuk mengembalikan fokus Airi dan Dita ke depan sana. Sebuah panggung didirikan untuk penobatan raja.

"Wahai semua penduduk Aquarez," ujar Ratu Oseanna mengatakan itu untuk memusatkan perhatian semua warga ke arahnya.

Ada sang ratu, calon raja, dan empat pengawal ada di panggung. Dita menelan ludah, ia tidak rela melihat kekasihnya langsung kedua kali setelah saat dia main harpa. Kali ini dengan jarak pandang yang jauh. Sedih rasanya melihat kekasih yang dulu dekat sekarang malah menjauh dan pergi. Tian akan menjadi milik orang lain. Namun Dita masih percaya dirinya dan Tian akan kembali ke jasadnya masing-masing.

"Perhatian semuanya," Sang Ratu membuka suara. "Ratu tidak lagi sendiri, ada pria tampan yang kini menjadi suamiku. Secara otomatis, tahta kerajaan beralih ke tangan sang pria. Namun harus ada penobatan agar kalian semua tahu."

Warga Aquarez patuh dan disiplin, semua nada terdengar sama. Tidak ada suara sumbang dari warga untuk menentang. Setidaknya untuk saat ini.

Penobatan raja berlangsung hikmat. Frans terus menggandeng tangan Dita agar tidak kelepasan. Tindakan itu menimbulkan kecemburuan dari para wanita.

"Pangeran kok sama perempuan itu?"

"Kok bisa sih?"

"Dia kayaknya warga laut?"

"Laut bukannya musuh kita?"

"Itu ada mata-mata yang sering ke lingkungan danau sini. Aku sering lihat seperti orang jubah hitam."

"Siapa tahu saja dia mata mata dari laut?"

"Mungkin saja, bisa jadi dia berpura jadi warga sini."

Frans mendengar semua bisikan itu. Ada rasa tidak nyaman telah mengundang Dita ke sini. Maksudnya agar Dita lebih mudah merebut Tian kembali. Namun ia tidak berpikir dampak ke depannya seperti yang terjadi sekarang. Malah ada kecurigaan tentang kehadiran Dita di Aquarez.

Namanya juga gibah, di dimensi lain juga masih ada termasuk di Aquarez. Kali ini Dita yang jadi selebritis. Sejak penobatan itu dia jadi buah bibir karena hubungannya dengan Frans.

Airi tidak lagi dekat dengan Dita karena ia sedang jadi sorotan saat ini. Alhasil, ia sendirian lagi setelah menonton acara penobatan. Frans masih bertugas di istana. Dita tidak terlalu berharap dengan Frans. Dirinya memang bukan kekasih Frans, hanya pura-pura untuk identitas.

Aquarez tidak ada pagi, siang, ataupun sore. Semua sama, hanya air tak beriak tanda kondisi perairan tenang. Kerajaan itu tepat di dalam danau hanya saja dimensi yang berbeda dengan manusia. Namun di dalam air tidak terbaca waktu dimensi manusia karena tertutup dengan air.

Suatu waktu, Dita sedang mementik buah di pinggir istana. Kenapa istana? Dita ingin menemukan celah siapa tahu bisa bertemu pandang dengan Tian. Ia masih memaksa, sudah berkali-kali Frans bilang sabar dulu, nanti akan ada celah yang penting Dita sudah menetap di Aquarez.

Tanpa sadar ada sepasang mata mengawasinya. Ada seseorang melihat gerak-geruk Dita dari kejauhan. Namun Dita cuek, ia tetap santai memakan buah di bawah pohon sebelah istana.

Sedangkan di dalam istana, Frans merasa kalau Dita sedang dalam bahaya. Daripada dirinya menjadi saksi ibunya dan Tian bermesraan, ia berteleportasi menuju tempat Dita.

"Dita," panggil Frans. Gadis itu kaget sampai menjatuhkan buah yang ia makan.

"Frans, kaget tahu!" ujar Dita. Ia langsung mengambil buah itu dari tanah.

"Ini ngga kotor, kan?" tanya Dita sambil mengangkat buah itu ke arah Frans.

"Nggak, ini bukan dunia manusia yang penuh debu," Frans duduk di samping Dita.

"Iya, di sini damai, selalu sejuk, dan menyenangkan. Pantas Tian betah di sini," balas Dita lalu mulai menggigit buahnya lagi.

"Begitulah, cuma nanti kalau raga kamu di dimensi manusia sampai meninggal, ia akan jadi raga kosong karena jiwanya di sini yaitu kamu."

"Berarti aku harus segera kembali bersama Tian," ujar Dita kembali menggebu.

"Dita," ujar Frans. Tangannya memegang kedua lengan Dita.

"Jangan terburu-buru, nikmati waktumu. Kita memiliki dimensi waktu yang berbeda dengan manusia. Di sini waktunya lebih cepat, tidak seperti manusia yang ada satuan waktu pagi, siang, malam. Bisa saja tiba-tiba sudah 100 tahun."

"Bagaimana kita mengukur waktu di sini?"

"Tidak ada, kita menjalani waktu senyaman mungkin seperti tidak pernah berakhir."

"Bagaimana orang berkembang biak di sini?" tanya Dita penasaran.

"Tidak ada anak kecil, semuanya dewasa karena masuk ke negeri ini karena tersesat, berpindah dimensi, dan orang-orang terpilih yang menemukan portal Aquarez."

"Pantas, tidak ada bayi."

"Angka kelahiran di sini sangat minim. Kebanyakan adalah makhluk gaib yang ingin tenang lalu berpindah ke sini. Ada yang dari langit, dalam bumi, roh manusia yang sudah dikubur, bahkan moksa," jelas Frans.

"Moksa?" tanya Dita.

"Moksa adalah manusia yang menghilang begitu saja dari bumi. Dia berpindah begitu saja dengan kekuatannya sendiri. Biasanya orang yang berilmu tinggi dan bisa menentukan sendiri ia ingin hidup di umur berapa."

"Apa aku dan Tian termasuk moksa?"

"Bukan, kalian diculik dari dimensi manusia. Ada kemungkinan kembali, jika kamu bisa mengembalikan keinginan Tian."

Dita menghela napas, ada gelembung beterbangan dari cuping hidungnya.

"Sampai kapan aku harus menunggu?"

"Aku ingin kamu segera mendapatkan dirinya karena nggak tega ngelihat kamu sedih karena ibuku."

"Lalu aku ingin bertanya, kenapa ibumu menculik Tian? Dia salah apa?"

"Dia tidak salah, ibuku yang genit," Frans terkekeh. Sebenarnya ia malu memiliki ibu seperti itu. "Aku minta maaf sebagai anaknya," lanjut Frans. Ia berdiri lalu membungkukkan badan. Dita termangu, ia merasa sangat dihormati. Ia percaya Frans akan membantunya dalam menghadapi semua ini.

"Jadi Dita, raga kamu di dimensi manusia dengan separuh jiwa. Aku hanya bisa mengambil separuh jiwamu, begitu juga Tian. Kalian bisa jadi bertemu di dunia nyata tapi tidak saling kenal seperti dulu."

"Lalu jika aku dan Tian kembali, apa bisa kembali ke raga masing-masing?"

"Belum pernah ada kejadian seperti itu. Namun jika kamu berani, silakan lepas Tian dari jerat sang ratu. Apapun bisa dilakukan di dunia ini, termasuk membawa Tian ke raganya. Hanya butuh kemauan Tian saja," Frans duduk di sebelah Dita.

"Dia masih terjebak dalam jerat dan kenyamanan hidup di sini. Tidak ada panas, tidak ada dingin yang membeku, tidak ada kesedihan, semuanya lengkap. Terang saja Tian bahagia hidup di sini," keluh Dita.

Tanpa Dita sadari, Airi mengawasinya dari jauh tapi gerak-gerik Airi terbaca oleh Dita.

"Airi!" panggil Dita. Airi merasa malu, ia menghampiri Dita, mencoba berbicara dengannya mumpung ada Frans.

"Isabel, maaf. Tadi aku mencuri pandang ke pangeran Frans."

Dita dan Frans tertawa. "Sudahlah Airi, santai aja. Kita tidak sedang kencan," ujar Dita santai untuk memperkuat penyamarannya.

"Kencan juga ngga masalah," ujar Airi.

"Airi gabung ke sini aja, sama kita," ajak Frans.

"Wah, pangeran ngajak aku ngomong!" ungkapnya senang.

"Pangeran itu hanya gelar karena aku anak sang ratu, aku hanya manusia biasa," ujar Frans. Airi makin berbunga, ia duduk di sebelah Dita. Ia senang bisa dekat dengan pangeran meski terhalang Dita. Jarak mereka cukup dekat seperti teman lama.

"Perlakuan Pangeran sangat berbeda dengan ratu," ujar Airi.

"Dia memang sombong," ujar Frans.

"Dia ibumu," Dita mencolek bahu Frans.

"Memang, 1000 tahun yang lalu dia melahirkanku. Sudah waktu yang sangat lama. Andai saja bisa, aku tidak ingin dia yang melahirkanku."

"Tapi sebentar lagi pangeran punya adik," ujar Airi mengingat sang ratu baru saja menikah.

"Jangan," Dita keceplosan. Ia tidak rela Tian menjalani kehidupan dengan janda ratu Aquarez.

"Kenapa?" Airi ingin tahu.

"Frans terlalu tua untuk menjadi seorang kakak, harusnya dia yang punya keturunan," ujar Dita cepat sebelum dia mengungkapkan hal lebih banyak lagi.

"Apa kamu dan pangeran yang mau punya anak?" goda Airi.

"Nggaklah, masih jauh," jawab Dita.

"Kalian beneran pacaran, kan?" tanya Airi.

"Benar," tegas Frans.

"Sepertinya kerajaan laut dan danau akan berdamai," ucap Airi.

"Laut dan danau?" tanya Frans. Ia bermaksud mengungkapkan sebuah rahasia. Namun ia takut Airi akan membocorkannya. Kalau Dita pasti akan merahasiakannya.

Akankah Frans mengungkapkannya?

Ada rahasia kelam antara danau dan laut. Semua bermula saat pemberontakan Oseanna terhadap kerajaan laut. Ibunya adalah pemberontak yang ulung.

Bersambung