Ayu benar-benar harus menelan semua permainan mantan suaminya pada tunangan jalang itu, serta keluarga besarnya.
Oh shit! Seharusnya ia segera melepaskan diri darinya, bukan ikut dalam kebohongan.
Setiap hari berada di kediaman orang tua Michael Putra Prasojo membuat dirinya makin muak.
Ia tak tega menyaksikan kegembiraan mama Michael segera berangsur berubah menjadi kekecewaan dan kemarahan ke putra sulung nanti.
Ia sudah tak memiliki ikatan apapun dengan Michael. Tapi terus berdekatan dengan dirinya membuat Ayu serba salah.
Pria itu terus menyita waktu dan energinya.
Yang menjadi pertanyaannya selama mereka bertemu dan berbicara banyak, pria itu tetap tidak mengenal siapa dirinya.
Penampilan Ayu banyak berubah, ia bukan Rara yang bodoh dan lugu.
Ayu tidak tahu apa yang terjadi selama 10 tahun berlalu mengenai Michael Putra Prasojo lagi.
Ia tidak peduli sama sekali.
Saat mereka bertemu pertama kali, mata tajam pria itu mencoba menembus relung hatinya padahal sedang bersama Veronica Young, tunangannya.
Ia hanya berharap Michael tak pernah mengingat masa lalu mereka, apalagi tentang putranya, Alexander Prasetya Nugraha yang tak pernah ada dalam hidupnya sejak dari kelahiran hingga tumbuh besar seperti sekarang ini.
"Anita, pergilah menemui Nyonya Catarina di kediamannya. Ikuti saja menjadi keinginan beliau, jika ada sesuatu yang kurang kau bisa hubungi aku nanti," perintah Ayu tegas.
Bawahannya menganggukkan kepala.
"Kenapa Mbak Ayu, yang tidak ke sana? Pasti Pak Michael menggerutu lagi kalau Mbak Ayu tidak menemuinya langsung, apalagi Nona Veronica, duh pusing aku menghadapi klien besar seperti mereka!"
Kini atasannya, Ayu Saraswati tersenyum.
"Bukankah kau yang memaksa menerima tawaran mereka. Sebenarnya Nit, aku sudah ingin menolaknya saat pertama kali bertemu. Kalangan atas memang membayar apapun yang kita tawarkan, resikonya menerima segala kemauan termasuk keluhan gerutu mereka!" tutur Ayu sambil menyiapkan berkas proposal lainnya.
"Pergilah sekarang, jangan sampai kesiangan. Aku harus melakukan pekerjaan lain di luar kantor. Biar Pak Rahmat mengantarmu, aku bisa pergi dengan taksi nanti!"
Anita keluar dari ruangan, segera mengambil tas dan buku catatan menuju kediaman Nyonya Catarina yang mewah dan megah.
Ayu sedang menghubungi kolega Om Irwan. Berkas dokumen yang diperlukan sudah selesai, setengah jam lagi mereka bertemu.
Matanya kembali menerawang, memutar pandangan ke ruang kerja yang menjadi kehidupannya selama ini.
Dalam waktu dekat harus merelakan semua kerja kerasnya, menitipkan ke bawahan atau menjual aset melanjutkan hidup di negeri orang lain.
Ayu tidak takut ancaman Veronica Young yang akan membongkar masa lalunya.
Yang ditakuti dirinya harus terjadi perseteruan 2 keluarga antara Tuan Prasojo dan Papanya, Tuan Brotoseno.
Pernikahannya dengan Michael Putra Prasojo 10 tahun lalu tidak dihadiri keduanya.
Om Irwan menjadi wali dirinya saat itu, menerima secara terbuka atas keponakan Ayu Saraswati agar tinggal di kediamannya.
Kemudian bajingan Michael pergi begitu saja, setelah sehari pernikahan mereka.
Sepucuk surat perceraian dikirimkan ke sana, saat dirinya sudah membawa pergi Alex ke tempat tinggal yang lain.
Om Irwan mengajak pindah ke Eropa, untuk membesarkan putranya di negeri asing.
Namun Ayu menolaknya.
Kini keadaan seperti berulang. Ia merencanakan pelarian untuk kedua kalinya.
Pergi dari mantan suami hanya demi menyelamatkan putranya.
Michael Putra Prasojo tak pernah berubah adatnya begitu keras, sangat tidak mudah diajak kompromi.
Ayu selalu mengalah, bukan menyerah!
Ia tidak ingin perdebatan panjang, hinaan besar, caci maki, sumpah serapah terlontar lagi di depan mukanya.
Masa-masa buruk itu sudah berlalu!
***
"Hei Ayu, sedang apa kau di sini?" Tegur seseorang saat dirinya berada di restoran menunggu kedatangan kolega Om Irwan.
Ayu menoleh ke arah suara memanggil namanya.
Duh! Brengsek itu mengenali dirinya di sini!
Wajahnya pura-pura gembira membalas sapaannya. "Hai Catherine, aku bertemu klien di sini dan kau -------?
Wanita blasteran yang cantik, mencibir halus ke arahnya. Ayu menyadari itu.
Ia bukan gadis populer di sekolah dulu, tak berniat melakukan reuni dengan siapa pun hingga kini.
"Aku sedang makan siang bersama pacarku," tunjuk Catherine ke tengah restoran. Pria tampan selalu menjadi targetnya, sebagai mainan saja.
"Aku kaget melihatmu berubah cantik, sudah 10 tahun berlalu. Kau tak pernah ikut kumpul dengan kawan-kawanmu setelah lulus!" ujarnya tak percaya.
Senyum Ayu mengembang bukan karena pujian. Ia ingin wanita ini segera pergi dari hadapannya.
"Maafkan aku, Catherine. Mungkin lain waktu kita bertemu kawan-kawan lagi, sampaikan saja salamku pada mereka."
Akhirnya wanita brengsek itu pergi dari hadapannya. Tidak lama kolega Om Irwan datang menghampiri.
"Ayu Saraswati?" sapanya halus.
Mereka pun berjabat tangan mengenalkan diri, lalu duduk membahas hal penting lain. Pria muda dan ramah berada di seberang mejanya.
"Aku Denny yang ditugaskan Pak Irwan dari KBRI Paris membantu dalam pengurusan dokumen yang kau perlukan. Ini berkasnya sudah selesai, kau bisa berangkat kapan saja, paspor dan visanya sudah disetujui," paparnya lugas.
Ayu mengangguk senang. Satu amplop coklat diterimanya dari pria itu. "Terima kasih banyak atas bantuannya, Pak Denny!"
Namun Denny berkilah tak bisa menolak tugas itu langsung dari atasannya.
"Sudah menjadi kewajibanku membantu, kau bisa memeriksa semuanya nanti. Maafkan aku harus kembali ke kantor lagi, ada pekerjaan lain."
Begitu cepat singkat pertemuan itu. Ayu menyalami kembali sampai pria itu pergi meninggalkannya seorang diri lagi.
Amplop coklat besar sangat penting baginya tergeletak di atas meja. Antara senang dan sedih ingin melihat semua isi di dalamnya.
Seandainya ia tak pernah bertemu mantan suami, nasibnya tak akan seperti ini.
Hidup dalam ketakutan, kecemasan tak bertepi. Matanya nanar, amplop itu bukan solusi dari masalah yang ia hadapi.
Tapi jalan keluar supaya lepas selamanya dari Michael Putra Prasojo.
Pria yang tidak dihindari yang segera menikah dengan tunangannya, Veronica Young wanita jalang.
Apa pun yang terjadi dengan pesta mereka nanti, bukan urusannya. Ayu tak mau lagi terlibat permasalahan mereka berdua.
Baru saja hendak memasukkan dokumen ke dalam tas, seorang pengganggu datang langsung duduk di hadapannya.
Oh No, Alano Putra Prasojo ada di sini!
Wajah pria itu menyeringai geram dan kesal memandang Ayu.
"Ternyata kau ada di sini juga, mengapa tidak bersama pacar gelapmu, Michael! Bukankah kau selalu pergi berdua di belakang kami semua, pura-pura lugu padahal penipu," tuding Alano tajam.
Buru-buru Ayu merapikan diri. Pria yang di depannya tak memiliki sopan santun. Jawaban apa pun yang dilontarkan darinya tidak akan dipercaya.
Alano sungguh sudah gelap mata selalu memusuhi dirinya.
"Kau memang sengaja ingin merusak pesta pernikahan mereka. Berdalih sebagai penyelenggara hanya untuk merebut calon pengantin pria dari tunangannya. Akui itu, Ayu!" tuduh Alano kasar.
Giliran Ayu menatap garang, kesal menjadi tumpuan kesalahan mantan adik iparnya.
"Tuduhanmu sangat kejam dan tidak berdasar, Alano! Tidak mengenal siapa aku sebenarnya, sebaiknya jangan pernah bicara apa pun padaku. Tak lama lagi Michael akan menikahi Veronica, dan itu membuktikan aku bukan pacar gelap kakakmu!"
Alano menatapnya sinis. "Umurmu pasti seusiaku, kenapa kau suka dengan pria yang lebih tua darimu? Mengapa harus kakakku yang menjadi tumbal pelarian kesepian hidupmu huh!"
Bedebah kau, Alano!
Ayu tak tahan lagi mengutuk pria itu. Ia buru-buru meninggalkan restoran, sebelum melemparkan semua yang ada di atas meja makan ke muka bajingan itu.
Raut muka sinis Alano Putra Prasojo terus mengiringi kepergiannya.
Sekarang musuh Ayu Saraswati, bukan satu. Kakak beradik yang tak tahu malu, membuat dirinya makin tak betah tinggal di Jakarta.
Sebuah taksi mengantarkannya pulang. Di sepanjang perjalanan, emosi Ayu bekerja keras memikirkan rencana berikutnya.
Ia harus secepatnya berkemas.
Tidak ada jalan lain, selain keluar dari negeri ini. Jari mungilnya kini menekan nomor panggilan tour and travel milik kolega.
"Hai Mbak Meggy, bisa kirimkan informasi penerbangan ke Paris dalam waktu dekat? Akhir pekan lebih baik. Ya, untuk dua orang, satu dewasa dan satu anak-anak."
Momen itu semakin dekat. Ayu seperti dikejar waktu!
***