"Itu aku masih sakit. Jangan sekarang, nanti malam aja. Main solo gih."
What, darimana Lyra tahu hal-hal begitu?
Martin sontak menyeringai. Topeng, semua yang Lyra tunjukkan selama ini hanya sebatas cover.
"Benar kan, kamu gak sepolos kelihatannya. Ya udah, bangun, aku bakalan main solo."
Eh?
Puji Tuhan. Syukur deh. Akhirnya Lyra lepas. Berselang sedetik, tahu-tahu orang tersebut berbalik.
"Sama kamu, tanpa masuk, biar aku ajarin yang lebih hot," lanjut Martin sambil menyeringai.
Hal yang membuat Lyra bergidik ngeri. Lebih mirip lihat hantu ketimbang monster maniak intim.
Bye, Lyra tak mampu melakukan apapun saat Martin menggendongnya seperti karung beras. Hua, hidup Lyra kok gini amet!?
Gak tahan!
Tidak, semangat, gak boleh gitu. Harus bisa!
***
Saat ini, berkat cara menyakinkan Lyra, dirinya, Martin dan Arsy tengah kumpul bersama. Sudah malam dan ketiganya baru selesai makan.
"Maksudnya Nona?"
Bener gak sih, Arsy orang multifungsi yang seperti Martin bilang?
Masih nanya maksudnya. Salah?
Kurang pas diksi yang dipakai?
"Mau atau tidak, kamu memisahkan Jane dari Danes. Kamu lihat sendiri, Jane terang-terangan di tikung oleh sekretaris Alkhair Corp. Jane bukan orang bodoh, dia cuma tak ingin kehilangan semua hal yang pernah ia sia-siakan dulu. Dan aku yakin Denes tengah membalasnya sekarang. Well, gak semua hal yang ku bilang benar sih. But, dengan begitu pernikahan mereka pasti gak normal."
Bosan dengar Lyra bicara panjang lebar namun gak ada hasilnya, lebih baik Martin yang turun tangan langsung. Habis muter-muter. Biar cepat.
Lyra kalau jelasin buang-buang air liur aja.
Lyra lihat Arsy lurus, lalu tak lama setelahnya tersenyum. Terlepas bagaimana cara Martin bantu ia menyampaikan isi hajat yang ia mau, yang penting adalah, hal utama tercapai.
Gak masalah disudutin atau tidak. Yang penting kak Jane 'selamat!'
Sekarang tinggallah Arsy yang terlihat berpikir. Ia terlibat?
Lebih-lebih dikorbankan, itulah yang terjadi sekarang. Kali ini beda, semua tentang tulus, hati dan perasaan Arsy tersetel untuk berbuat baik.
Sambil hembusan napas panjang, Arsy pun akhirnya berucap. Yang terjadi adalah soal hidup kedepan. Ia tak bisa sembarang ambil keputusan pas.
"Akan saya pertimbangkan Tuan dan Nona. Namun harap tak paksa saya. Ini menyangkut hidup kedepan. Banyak sih yang nikah sama janda. Tapi saya memiliki keluarga, kalau mereka gak setuju dan saya kurang cocok, itu pasti sulit."
"Tunggu, kau punya keluarga?"
Dasar atasan bodoh. Gak tahu pegawainya sendiri punya keluarga atau tidak. Lagian walau gimanapun pasti punyalah.
Oh Lyra ingat, bukannya Arsy tidur di mansion?
Habis waktu-waktu 'rawan' udah ada di tempat. Kalau bibi kan beda. Orang itu pasti ikut kemanapun Martin pergi.
"Ada, saya punya seorang adik yang tinggal bersama Paman dan Bibi."
Lyra mengerjap beberapa kali. Rasanya agak aneh, jadi begini toh lihat orang yang mau tak mau tinggal berpisah dengan keluarga. Sedih.
Demi pekerjaan.
Martin manggut-manggut tanpa paham, ia harus pikirkan solusinya.
"Oke, beri jawabanmu kalau sudah mendapatkannya. Tenanglah, kamu bebas mau ambil keputusan apapun. Tak ada unsur paksaan."
Ambil napas dalam-dalam, hembuskan. Pelan-pelan biar gak keluar dari bawah. Lyra pun tersenyum hangat. No problem, semua memang tak sesuai harapan terus.
Banyak yang meleset.
Orang lain pun sama. Berlaku untuk umum.
"Ya sudah, kami pergi dulu," ujar Martin kemudian tarik tangan Lyra agar ikut dengannya.
Pasti ingin 'itu,' gak jauh-jauh kok. Lyra sudah hafal.
"Ly, aku mau kasih kamu sesuatu."
Perhatian Lyra teralih. Ia pikir Martin langsung main serang, eh, ternyata ingin kasih sesuatu.
Gak, hal pertama yang harus Lyra lakukan adalah memastikan si perempuan murahan Satin biar gak ganggu suaminya lagi.
Awas kalau macam-macam.
"Jangan sogok aku. Bilang, udah kamu urus belum si Satin? Aku gak mau tahu ya, pokoknya kamu gak berhubungan lagi sama si perempuan centil itu. Dia cabe-cabean. Aku gak terima. Selama kamu belum bosan, hanya aku yang boleh berhubungan sama kamu."
Tidak hanya Martin doang yang bisa posesif, Lyra pun bisa kok. Biar sama-sama rasain gimana di batasi pergerakannya oleh pasangan yang gak fleksibel. Pokoknya gak mau tahu!
Gak terima!
"Kau cemburu?"
Dasar, Lyra kepengen ngamuk!
Wajah Martin sangat menyebalkan!
Jawaban...?
Martin terobsesi banget sih Lyra yang kalah...!?
***
Eeh, masih nanya. Ya iyalah, siapa yang gak cemburu suami di skinship orang lain?
Depan mata sendiri!
Catat itu baik-baik.
Sayang beribu sayang, Lyra gak bisa ngamuk, nanti aja, tahan dulu. Yang sabar, Ly.
Manik tajam Lyra ikut kemanapun Martin melangkah. Sekarang orang itu kembali bersama sebuah kotak beludru warna merah. Isinya kalung?
Bahkan Martin gak pernah ungkit soal cemburu ke Arsy, yang ia pikir hanya soal nuntut Lyra kalah total.
Hak kepemilikan terus, yang lain gak pernah.
Mata Lyra sontak berbinar, jarang lho mitra with benefit kasih benda berharga, lalu, setelah Lyra pikir-pikir, ia diperlakukan cukup hormat. Ya... walaupun harus tahan banting sebab Martin ambil banyak hal darinya.
Harus siap sedia saat orang tersebut butuh tempat 'berlabuh.' Tempat penampungan hasrat.
Lyra mirip pemuas nafsu gak?
"Tenang Ly, Satin udah aku suruh untuk gak ganggu lagi, tapi aku tekankan, Satin orang yang ambisius. Kamu harus lindungi aku biar gak digangguin dia. Aku kan punya kelainan seksual. Sangat mudah dia jebak aku."
"Ya kamu ingat udah nikah dong, kamu bilang mau setia. Aku tinggal nih, terserah kamu mau ngapain," sungguh Lyra kesal.
Pengen gelud, ya udah ayo panco, lihat siapa yang menang.
"Ya udah," ujar Martin cuek.
Dasar, mana golok, biar Lyra tebas nih leher si Mr Jinan. Ambil hartanya, mayat dibuang ke laut dan aset-aset berharga untuk Lyra. Semua tanpa terkecuali.
Lyra istri lho, gak bisa diginiin.
"Sudah jangan ceramah terus. Nih, aku kasih kalung biar cantik."
Hubungan macam apa yang mereka jalani?
Wajah Lyra sontak datar. Ia tak terlalu paham, bingung.
Dikasih kalung gak mempan, Lyra gak bisa diam aja diperlakukan buruk. Siapa orang itu ingin buat Lyra terbuai?
Kalau cuman kalung mah gak mempan. Lyra maunya makan!
Kalung gak buat kenyang kok, yang ada malah bikin hati galau. Habis, ada kenangan-kenangan yang bersisa.
Benar gak?
Kalau makanan kan, selain kenyang, hanya satu kali. Lalu langsung habis.
Mending dimuseumkan. Tuh benda-benda 'peninggalan' mantan Ada lho museum yang nyimpan hal-hal begitu. Kalau gak salah, namanya museum patah hati.
Aish!
Lyra diam tak berkutik saat Martin menyingkap rambutnya. Berposisi di belakang untuk memakaikan kalung ke Lyra. Nampak cantik.
Lyra lihat liontin kalung berbentuk hati. Ceritanya dua sedang berhadapan ke cermin.
Mereka cocok kalau dalam scene tersebut, namun, bisakah bertahan lama?
Apa yang Lyra harap?
Dirinya salah. Sangat.
*****