Lyra malu, seperti dugaanya, tindakan Martin mengundang tatapan aneh dari seluruh karyawan. Lyra bingung, tak paham harus melakukan hal seperti apa. Rasanya Lyra seperti tengah berada di kerumunan, di mana ia menjadi bahan pembullyan. Pembullyan tersebut mengerjai Lyra sampai malu sehingga tak berani sekedar menatap orang-orang. Pada akhirnya Lyra menenggelamkan wajah di dada bidang Martin. Lyra malu. Kalau tahu Martin akan keras kepala seperti itu, Lyra tak akan pura-pura sakit.
Sebaliknya, Lyra terpikir soal hal lain. Hal bertolak belakang. Kalau Martin tahu Lyra pura-pura sakit, pasti Martin marah besar. Lyra harus mempersikapkan diri, ia akan habis di tangan Martin.
Ketika sampai di mobil, Lyra diletakkan Martin di salah satu kursi. Martin menghidupkan mesin mobil, sebelum Martin menjalankan mobilnya, Lyra harus mengatakan yang sebenarnya.
"Maaf Martin, sebenarnya aku tidak sakit. Aku pura-pura sakit agar kamu dan Denes tidak bertengkar."
